(Part-13) Saling Diam

21.2K 1K 11
                                    

HappyReading ^^

Natasya merosot dibalik daun pintu kamar mandi. Rasa kecewa akan sifat Alfran tadi membuatnya merasa sedih. Air mata yang sedari tadi ia tahan kini meluncur mulus melewati pipinya hingga terjatuh kelantai.

orang yang ia pikir bisa dijadikan teman membuatnya tidak percaya akan hubungan pertemanan antara pria da wanita itu ada.

Alfran sama- Alfran sama dengan yang lain. Batin Natasya menangis.

Ia benar-benar merasa kepercayaan dan rasa terbiasa terhadap Alfran sudah habis menguap entah kemana. Menyisakan luka dan kekecewaan yang mendalam terhadap suaminya itu.

Natasya menghapus air matanya kasar lalu berjalan kewatsafell membasuh wajahnya agar tak terlalu kentara terlihat bahwa ia habis menangis, merasa cukup Natasya memutuskan untuk keluar tetapi ia tak lagi mendapati keberadaan Alfran. Tak ingin memikirkan, Natasya melanjutkan langkahnya menuju lantai dasar dimana semua orang sedang menunggu untuk makan malam.

Natasya POV

Aku menghelai nafas berat saat kulihat semua orang sudah duduk dimeja makan sembari mengobrol dan salah satu orang yang saat ini aku ingin hindaripun ikut beradah disana- Tentu saja, karena dia adalah menantu di keluarga ini.

"Selamat malam" sapaku yang hendak mendudukkan bokongku dikursi samping kak Nathan bila saja ibu tidak mencengah.
"Natasya duduk disamping suamimu" katanya yang sejenak membuatku melongo namun didetik berikutnya. Lagi-lagi aku hanya mengangguk, terlalu malas untuk menolak yang hanya akan menghasilkan perdebatan panjang.

Kuseret langkahku mengitari meja makan hingga sampai disalah satu kursi kosong disamping Alfran. Aku tahu dia melirikku tetapi aku enggan untuk membalas meliriknya, mengingat kejadian tadi membuatku malas untuk melakukan apapun. Termasuk menyendokkan makanan kemulutku dan mengunyahnya.

"Bagaimana sekolah kalian??" Tanya suara Ayah ditengah acara makan kami.
"Baik Yah" Jawabku bersamaan dengan suara lelaki dan kuyakini suara itu milik pemuda disampingku-lalu siapa lagi.
Kudengar mereka bertiga (Ayah,ibu, dan kak Nathan) terkekeh geli.

"Bagaimana dengan calon cucu kami??"

"Uhhuukkk..uhhuukkk..uhhhukk" Aku merasa tenggorokanku terganjal dan hidungku terasa perih- aku tersedak hanya karena pertanyaan konyol ibuku.
Dengan cepat kuraih gelas yang berisi air putih disampingku dan menengaknya hingga aku merasa lebih baik.

"Kau baik-baik saja??" Tanya kak Nathan tersenyum geli. Bodoh- aku baru saja hampir mati dan dia?? Dia menertewakanku dan berpikir itu lucu.

Aku memandangi makananku tak berselara sembari mengaduk-ngaduknya dengan malas.
"Ayah bisakah tidak membahas ini dan biarkan aku makan dengan tenang??" Tanyaku dingin tanpa mendongak melihat raut wajah mereka saat ini.

Sejenak tak ada yang bersuara setelah aku membuka suara tadi, hingga kudengar suara Ayah yang berkata "Ayo makanlah".
Dan berikutnya aku hanya makan dalam diam mendengar kak Nathan, Ayah dan Alfran mengobrol, sedangkan Ibu hanya sesekali menimpali dan tertawa.

Mereka memang begitu akrab. Hanya aku saja yang tak pernah tahu siapa itu Alfran. Selain waktu kami kanak-kanak dan saat pertama bertemu dengan Alfran ynag mengenalkan lelaki itu sebagai calon suamiku, membuatku merasa dunia ini runtuh dan menimpahku saat itu juga.

"Aku sudah selesai" kataku yang beranjak berdiri membuat semua mata memandangku.
"Kalau begitu aku kekamar dulu, masih banyak tugas sekolah yang harus aku kerjakan" bohongku, karena terlalu malas beradah diantara mereka dengan situasi hatiku yang sedang tidak baik-baik saja.

Aku berjalan menghampiri ayah dan mengecup pipinya, lalu ibu kemudian kak Nathan.
"Selamat malam kak Nathan" ucapku setelah mengecup pipinya. Kak Nathan mengacak rambutku hal yang selalu ia lalukan saat kami bersama.
"Malam sayang" balasnya yang membuatku tersenyum.
Aku berjalan menuju tangga meninggalkan mereka yang masih terdengar mengobrol.

Jodoh?? Mungkin.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang