Part-34 (Awal rasa kecewa)

17.5K 861 4
                                    

HappyReading ^^

Natasya dan Alfran hanya saling diam sembari sibuk dengan pemikiran masing-masing. Natasya masih terlalu sulit mencerna kejadian yang terjadi beberapa jam lalu diantara dirinya, Alfran dan Dev.

Natasya menunduk meremas ujung roknya, membiarkan angin sore menerbangkan helaian anak rambutnya. Terasa keadaan disekitarnya saat ini begitu hening, kaku, dan senyap. Bahkan ia merasa taman sore ini begitu sepi hingga yang terlihat disini hanya dirinya dan Alfran yang sedang duduk bersama.

"Aku- Hmmpptff" Baru saja ia ingin mengatakan sesuatu, mulutnya tersumpal sesuatu yang lagi-lagi membuat Natasya tak dapat berpikir selain berkata dalam benaknya.

Apa begini cara seorang pria, untuk membuat wanita gila sangking sulitnya berpikir?

Haruskah dengan ciuman?

Natasya hanya dapat menjerit dalam hati, kenyatannya ia hanya bisa diam membeku merasakan Alfran menciumnya penuh emosi.

Bibir Alfran terus bergerak tanpa tempo yang beraturan, Alfran terus mendorong tengkuk Natasya agar memperdalam ciuman mereka. Dengan konyolnya Alfran berniat menghapus bekas bibir Dev dibibir gadisnya.

Natasya mencengkram erat bagian depan seragam Alfran, kakinya terasa seperti jelly saat ini. Bahkan seandainya saja jika ia sedang tak dalam posisi duduk mungkin badannya akan benar-benar meleleh. Hanya karena lumatan-lumatan dari Alfran.

Natasya dapat merasa ciuman Alfranlah yang paling dasyat efeknya, bahkan jika dibandingkan dengan ciuman maut milik Dev ditengah kerumunan orang-orang tadi. Itu tidak ada rasanya kecuali, Shock yang mendalam.

Entah kenapa mengingat kejadian yang baru saat ini ia mengerti itu membuat Natasya merasa sedih, mengingat kenyataan dirinya baru saja dilecehkan oleh seorang pria ditengah-tengah kerumunan orang banyak. Bahkan Natasya begitu shock sangking shock dan malunya ia tidak sadar Alfran sudah menyeretnya menjauh dari tempat tadi.

Alfran merasakan asin air mata Natasya, membuatnya melepas pangutan bibirnya pada gadis itu.
"Maaff" lirih Alfran menyesal, sebab mengira dirinyalah yang membuat gadis itu menangis.
"Alfran" ucap Natasya tak kalah lirihnya. "Maafkan aku" Sesal Alfran meraih Natasya dalam pelukannya. Natasya tak bisa mengucapkan apapun selain menggeleng dan terus terisak.

"Kumohon maaffkan aku" Bisik Alfran tulus, Natasya semakin menangis membuat Alfran semakin merasa serbah salah.

"Hei.. berhentilah menangis" Bujuknya yang hampir frustasi hanya karena bingung menenangkan Natasya dengan cara apa lagi.
***

Alfran menoleh memandang Natasya yang hanya diam menunduk sembari terus berjalan disampingnya. Entah sudah keberapa kalinya Alfran menghelai nafas pelan.

"Alfran"

"Apa??" Tanya Alfran cepat, Natasya tidak mengangkat kepalanya untuk memandang Alfran, ia masih terus fokus pada jalan setapak yang ia tempati melangkah.

"Sebenarnya apa masalahmu??" Pertanyaan itu membuat Alis Alfran mengernyit.
"Maksudmu??" Natasya berhenti melangkah sejenak ia menghelai nafas berat, kemudian menatap Alfran lekat-lekat yang juga sudah berhenti berjalan.

"Kita sudah hampir 6 bulan bersama, dan aku tidak pernah mengetahui apapun dikehidupanmu dimasa lalu.."
Jeda sejenak, Natasya lagi-lagi menghelai nafas. "Dan kurasa aku tidak perlu mengetahuinya.. Tapi apapun masalahmu pada Dev dan peneror itu berhenti menyangkut pautkannya denganku" lanjut Natasya

Alfran diam membisu, ia merasa baru saja tertampar sesuatu yang keras hingga membuat ulu hatinya nyeri dan dadanya terasa bagaikan diremas erat hingga membuatnya sulit bernafas.

Jodoh?? Mungkin.Where stories live. Discover now