(Part-14) Double Marah

20.7K 1K 13
                                    

HappyReading ^^

Alfran POV

"AAAAAAAA"

"AAAAAAAAA"

Mendengar jeritan suara wanita membuatku ikut berteriak, sampai-sampai terbangun dari posisiku.

"Kenapa kau berteriak??" Bentakku sembari menggaruk rambutku kesal setelah mengetahui pelaku teriakan tiba-tiba itu adalah Natasya.

"A-apa yang kau lakukan??" Tanyanya dengan raut wajah panik bersandar dikepala ranjang, dengan selimut yang ia peluk erat.
"Tentu saja tidur" Jawabku yang masih kesal

Memangnya dia pikir apa yang kulakukan disini??- Dasar bodoh.

"Bu-bukan itu maksudku, apa yang kau lakukan padaku??" Rahangku terjatuh seketika, dengan mulut terbuka aku memandanginya. kemudian tertawa terbahak bahak. Sangking kerasnya aku tertawa aku merasa perutku keram.

"Kenapa kau malah tertawa? ini tidak lucu" Geramnya menatapku jengkel. Sekuat tenaga aku mencoba meredakan tawaku.
"Hahahaa.. kau.. kauu.. kau pikir aku berbuat apa??" Tanyaku disela-sela tawa yang tak kunjung mereda.

"Kutanya apa yang kau lakukan??" Tanyanya lagi dengan pelan namun terdengar dingin. Aku berhenti tertawa memandangnya yang juga menatapku
"Tidak ada" Jawabku jujur.
Aku memang tidak melakukan apapun padanya.

Natasya turun dari ranjang meninggalkanku yang masih berdiam ditempat, melihati punggugnya menjauh hingga terdengar suara pintu tertutup keras membuatku tersentak.

Dia marah padaku? (Lagi)

Aku mendengus sinis, memangnya kapan Natasya memaafkanku setelah kejadian itu. Bahkan semalaman kami hanya saling diam. Meskipun aku sudah menyanyikan lagu yang kupikir ampuh untuk meminta maaf. Tetap saja dia mengabaikanku. Dan pagi ini? bukannya baikan aku malah mendapat Double Marah.

"Natasya cepatlah" aku terburu-buru memakai sepatuku. Ini semua karena Natasya yang mandi terlalu lama. Sampai-sampai kami hampir kesiangan.

"Cepatlah" Kataku tak sabaran menarik lengannya untuk menjauh dari depan cermin. Natasya hanya menurut saat tangannya terus kutarik, bahkan ketika kami sudah sampai dimeja makan.

"Ayah, Ibu, Kak Nathan. Maaf kami tidak ikut sarapan, tidak apa-apakan?? Karena pagi ini kami ada ulangan" ucapku meminta maaf pada keluarga Natasya yang sudah duduk dimeja makan.

"Iyya. Untuk hari ini kalian pakai mobil yang digarasi yaa. Mungkin besok lusa mobil baru untuk kalian baru terbeli" mendengar 'mobil baru'. Aku langsung tersenyum sumringah. Tanpa disuruhpun aku mengangguk semangat dan mengucapkan.
"Terima kasih"

Aku rindu membawa mobil.

Tanpa menunggu lebih lama lagi. Aku kembali menarik Natasya untuk berjalan- Sebab dia begitu lamban.

"Ayo masuk" perintahku pada
Natasya yang hanya diturutinya.

Saat merasa semua sudah siap. kuinjak pedal gas sekuat tenaga. Kudengar Natasya menjerit ketakutan melihatku menyelip-nyelip kendaraan lain.

"Bisa kau pelankan sedikit??" Tanyanya ketakutan mencengkram bagian bawah baju seragamku. "Kau ingin kita terlambat??" Ujarku yang malah balik bertanya. Kulihat dari ekor mataku Natasya menggelengkan kepalanya. "Bagus" Ucapku menambah kecepatan membuat Natasya hanya memejamkan mata dengan erat- Hahaha wajah tegangnya terlihat begitu lucu.

"Sudah tidak usah berlebihan, kita sudah sampai" Kataku melihat Natasya yang masih memejamkan mata padahal kami tiba sejak lima menit yang lalu. Perlahan ia membuka matanya tak lama kemudian terdengar ia menghelai nafas lega. "Syukurlah ternyata aku masih hidup" gumamnya lega. Ia beranjak membuka pintu mobil dan berjalan meninggalkanku, yang masih harus membuka pintu terlebih dulu lalu berlari menyusulnya.

"Natasya" panggilku mengejar Natasya. Natasya terhenti membuatku ikut berhenti.

"Menjauhlahh" Bisiknya, Kemudian meninggalkanku. Dengan pandangan orang-orang dikoridor yang penuh tanya menatapku.

Ahh sudahlahh abaikan mereka.

☆ ☆

Aku sedang mencoret-coret bukuku malas, sebab sedari tadi sang guru hanya duduk entah membaca apa setelah memberikan kami kertas ulangan yang sudah selesai kukerjakan sedari tadi. Iseng-iseng aku membuat doodle dengan berbagai karakter.

"Natasya" bisik Ayra yang duduk disampingku. "Hm" jawabku tanpa menoleh kearahnya.
"Coba kau lihat! Jangan-jangan Alfran itu menyukaimu" mendengar itu aku menoleh menatapnya horor.
"Aku hanya berkata sesuai apa yang aku lihat" Katanya santai.

"Kau ini. Boleh aku tertawa? dia itu baru sebulan disini sudah menjadi most wanted, sedangkan aku apa?? Jangan berbikir konyol" ucapku yang balas berbisik. Kudengar Ayra berdecak kesal
"Kau itu terlalu merendahkan diri. Bahkan seluruh kelas XI, Aku melihat kau yang paling cantik"
Rasanya aku ingin tertawa melihat temanku ini

"Jangan selalu memujiku. Nanti bisa-bisa aku melupakanmu, karena terlalu sibuk memberikan tanda tangan pada para fansku" candaku tersenyum geli kulihat Ayra mencebikkan bibirnya kesal.
"Lihat! Alfran memandangimu lagi" Senggolnya yang berbisik padaku. Aku hanya mengabaikan Ayra tanpa menoleh kearah yang ia maksud sebab akupun sadar akan hal itu- Bahwa Alfran sesekali memandangi begitu lama.

"Sudahlah Ayra, bisakah kau tenang?? Aku tidak ingin kena marah karenamu" Ujarku malas, Kudengar Ayra lagi-lagi mendengus kesal.

TEEETTT... TEEETTT.. TEEEEETTT..

Samar-samar Ayra bersorak senang mendengar bell jam isitirahat sudah menggema seantereo sekolah. Aku hanya tersenyum tipis melihatnya yang begitu semangat merapikan buku-bukunya.

"Natasya ayo cepat aku sangat lapar" Katanya menarikku keluar kelas saat tiba diambang pintu kelas kami berpapasan dengan- Dev

"Kau" tunjuknya padaku. Aku hanya mengerutkan alis.
"Bisa kupinjam temanmu sebentar??" Tanyanya beralih pada Ayra. Ayra menoleh memandangku, kuberikan tatapan yang mengartikan agar ia menjawab 'tidak'. Tapi bodohnya Ayra malah mengangguk.
"Ayo ikut aku" Kata Dev menarik tanganku. "Tidak mau" tolakku menghempaskan tangannya agar terlepas dari tanganku.

"Tapi temanmu sudah bilang iyya" Tegasnya mencoba meraih kembali tanganku, tetapi sebelum ia menyentuhnya kurasakan seseorang menarikku agar menjauh dari Dev.

Aku mendongak mendapati Alfran yang mengatupkan rahangnya menatap Dev dengan tatapan tajam- kenapa dia ini?
"Alfran?" Kataku begitu pelan. Alfran beralih menatapku tajam membuatku bergidik ngeri.
Tanpa berbicara sepatah katapun ia menarikku berjalan menjauh dari Ayra dan Dev.

"Berapa kali harus kukatakan jauhi dia" bentaknya setelah kami tiba dirooftop. Aku menarik tanganku agar terlepas dari cekalannya.
"Bukankah? itu bukan urusanmu" Kataku mencoba berbicara setenang mungkin seolah baru saja aku tidak mendengar ia membentakku.

"Kenapa harus dia?? Kenapa bukan laki-laki lain saja" Geramnya yang masih menatapku begitu tajam. Melihat tatapan itu membuatku terluka.

"Itu bukan urusanmu" dinginku yang menghindari tatapannya.
"Kau menyukainya??" Tanyanya yang membuatku tidak percaya dengan jalan pemikiran Alfran.
"Natasya tatap aku!" Bentaknya.

"IYYAA.. kau puas?" Teriakku menatapnya dengan air mata yang mengalir begitu saja.
Shitt!-Ini memalukan.
"Jadi tidak usah campuri urusanku" Kataku dingin lalu berjalan meninggalkannya yang masih setia berdiri ditempatnya.

Tidak tahukah dia?? Aku terluka dengan ucapannya :'(

TBC ;)

DIVOTEEE.. DIVOTEEE. AYOO DIVOTEEE.

KRITIK DAN SARANNYA SANGAT SAYA BUTUHKAN.

TRIMAKASIH ^^

Jodoh?? Mungkin.Where stories live. Discover now