Part-33 (Ciuman tak terduga)

17.8K 867 5
                                    

Anggap aja saya sedang berbaik hati. Karena kemaren saya ngilangnya lama. Itu karena saya fokus bertapa dulu buat nyari ide.

Walaupun saya update banyak part kali ini, tapi nggak tahu kenapa ini cerita alott bener dahh, buat cepetan kelar.

Padahal saya udah baca matra berbagai matra. Tapi kayaknya butuh beberapa part lagi supaya nyampai di ending.

Dan tidak warasnya saya masih belum dapat ide mau bagai mana endingnya. Jadii sabaaarrr..

Sebenarnya saya juga mau fokus sama cerita baru makanya pengen cerita ini supaya cepet kelar. Tapi apa daya idenya cuman muter disitu-situ aja. Pengen disoftware kali yaa ini otak.

Berikan saya Krtik dan Saran.

HappyReading ^^

Natasya berjalan menuruni tangga sembari mengotak-atik ponselnya, hingga tidak memerhatikan langkah kakinya saat menuruni satu persatu undakan anak tangga yang terhubung kelantai dasar sekolahnya.

Terlalu sibuk membalas pesan Ayra yang sedang menunggunya dikantin, tanpa ia sadari seseorang sedang berlari terburu-buru hingga tak segaja menabraknya. Natasya yang kehilangan keseimbangan memekik sembari memejamkan matanya dengan erat, menunggu harap-harap cemas bercampur pasrah jika kepala atau badannya akan terbentur lantai.

Merasa aneh, sebab sedari tadi badannya tidak terasa sakit sama sekali, Natasya mengerjap-ngerjapkan matanya hingga benar-benar terbuka. Pandangannya seketika bertemu dengan mata coklat milik Dev. Mereka saling menatap satu sama lain, dan Natasya akui kalau Dev memang pantas menduduki posisi lelaki terpopuler disekolah mereka setelah Alfran.

"Kau baik-baik saja??" Dev membuka suara lebih dulu, Natasya yang tersadar akan posisi mereka saat ini menjauhkan diri dari Dev, yang ternyata adalah orang yang menolongnya sekaligus menabraknya.
"Aku baik-baik saja" Jawab Natasya tersenyum tipis.

Dev yang melihat ponsel milik Natasya tergeletak dilantai, berjongkok memungut ponsel itu. "Maaf, aku tidak sengaja" Ucapnya sembari menyodorkan benda itu pada Natasya. "Terima kasih, tidak apa-apa. Lagi pula aku yang salah" Ucap Natasya meraih ponselnya.

"Sepertinya ponselmu rusak dan tidak bisa dipakai lagi. layarnya juga sedikit pecah" Natasya mengangguk sedih membenarkan ucapan Dev tentang ponselnya. Lelaki itu merongoh kantong seragamnya, kemudian mengeluarkan benda persegi berwarnah hitam. "Aku baru membelinya dua hari yang lalu, ambil saja" Dev memberikan ponsel miliknya pada Natasya, yang dengan cepat ditolak halus gadis itu. "Tidak perlu ini bukan salahmu"

kini giliran Dev yang menggeleng.
"Aku yang menabrakmu, anggap saja ini permintaan maafku" Natasya tetap ingin menolak, sebab merasa tidak enak menerima ponsel Dev begitu saja.

"Buang saja kalau kau tidak mau menerimanya, sebab itu bukan milikku lagi tapi milikmu" Natasya menatap Dev dengan mulut menganga, ia tahu orang yang sekolah disini hampir semuanya orang kaya, tapi bukan berarti begitu cara seseorang memberi sesuatu pada orang lain.

Natasya mengehelai nafas berat memandang ponsel ditangannya bergantian dengan punggung Dev yang sudah berjalan menjauh.
Dengan beribu-ribu pikiran diotaknya Natasya membalikkan badan untuk berjalan kearah kantin, dimana Ayra sudah
menunggunya disana.

Setibanya dikantin Natasya mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru, hingga matanya menemukan sosok yang ia cari. Ayra yang sedang duduk satu meja bersama Wiki, teman debat Ayra akhir-akhir ini.

"Hii" Sapa Natasya mendudukkan bokongnya dikursi depan Wiki dan Ayra. "Natasya kau dari mana saja?? Tidak tahukah kau, aku sudah duduk menunggumu sedari tadi disini" Semprot Ayra jengkel, yang hanya dibalas Natasya dengan senyuman meringis sembari bergumam "maaf"

Mendengar beberapa orang heboh dan berhamburan keluar. Mereka saling melempar tatapan satu sama lain. "Ada apa ya??" Tanya Wiki pada Ayra dan Natasya, sembari menoleh kearah orang-orang yang berbondong-bondong berlari keluar kantin yang pastinya menuju suatu tempat itu.

"Coba kau bertanya" perintah Ayra yang juga terlihat begitu penasaran. "Aku bertanya, tapi kau harus jalan denganku nanti" Tawar Wiki tersenyum penuh arti.

"Tidak perlu aku bisa sendiri" Tolak Ayra yang beranjak dari duduknya lalu berjalan mencegah beberapa siswi yang hendak berlari keluar.

Ayra terlihat bertanya dan ketiga siswi itu menjawab dengan tergesa-gesa, setelah mendengar jawaban salah satu dari mereka, Raut wajah Ayra seketika berubah panik tanpa mengucapkan terima kasih atau apapun. Ia berlari kembali kearah Natasya dan Wiki.
Melihat perubahan raut wajah Ayra itu, membuat firasat Natasya menjadi buruk.

"Astaga ini berita besar, Alfran dan Dev sedang berkelahi" Ucap Ayra setengah menjerit. "Apa??" Tanya Natasya untuk meyakinkan bahwa pendengarannya tidak salah.

"Kuulangi sekali lagi. Dev dan Alfran sedang berkelahi" Ulang Ayra menekankan kata-kata dikalimat terkahirnya. Sontak Natasya berdiri dari duduknya tanpa memerdulikan keterheranan Ayra dan Wiki. Ia berlari mencari dimana keberadaan Alfran.

"Natasya" Teriak Ayra, berlari menyusul Natasya yang sudah berlari jauh.
***

Sorak-sorakan orang-orang yang mengelilingi mereka membuat perkelahian Dev dan Alfran semakin panas.

Dengan kuat Alfran menendang perut Dev membuat lelaki itu tersungkur memegangi perutnya yang terasa sakit. Alfran yang terlihat begitu emosi meraih kerah baju Dev dan mencengkramnya sangat kuat.

Mereka saling menatap tajam penuh emosi satu sama lain. Terlihat mereka sudah mendapat banyak luka memar, Tetapi Dev lah yang lebih parah. Sebab setiap bertengkar dengan Alfran hasilnya selalu sama dia yang akan selalu kalah. Namun itu tidak membuat Dev takut menantang atau membuat lelaki itu marah. Karena menurutnya membuat Alfran emosi dan marah. Ia merasa berhasil mengacaukan perasaan musuhnya- lebih tepatnya mantan temannya itu.

"Sampai kapan kau akan membuatku terus-menerus menghajarmu?" Tanya Alfran tajam dengan aura yang menurut orang-orang melihatnya begitu mengerikan. Meski ujung bibirnya sedikit sobek dan mengeluarkan darah masih sempat-sempatnya Dev menyeringai sinis.
"Aku sudah pernah bilang kan?? Sama sekali aku tidak takut merebut sesuatu darimu"

BUGG

Lagi-lagi Dev mendapat pukulan diwajahnya dari Alfran.
"Apa masalahmu?? Apa sampai saat ini kau masih berpikir aku merebutnya darimu?? Dan kematianya juga salahku-"

BUGG

Kini Alfran yang mendapat pukulan dari Dev.
"BERHENTI BERPURA-PURA SEOLAH KAU TIDAK MELAKUKAN APAPUN PENCUDANG" Raung Dev yang terlihat berapi-api.

"Keparat" Baru saja Alfran ingin melayangkan kembali pukulannya pada Dev tiba-tiba..

"CUKUPP" Teriak Natasya yang berdiri merentangkan kedua tangannya menghadap Alfran dengan Dev yang beradah tepat dibelakangnya.
Alfran dan Natasya saling menatap satu sama lain, pandangan Alfran terlihat kosong sedangkan Natasya menatapnya dalam.

CUPP

Semua pasang mata yang berdiri ditempat itu terbelalak kanget sedangkan Alfran mengetatkan rahangnya dengan tangan mengepal kuat, melihat Natasya yang dicium Dev didepan mereka semua.

"Berengsek"

BUGG..

BUGG..

BUGG..

BUGG..

BUGG...

Pukulan demi pukulan terus Alfran layangkan dengan membabi buta pada Dev. Natasya yang begitu sulit menggunakan otaknya untuk bekerja sangking syoknya hanya bisa mematung kaku. Tanpa bereaksi apapun karena ciuman tak terduga dari Dev.

》》》

Jodoh?? Mungkin.Where stories live. Discover now