26. Win or Not?

1.6K 133 2
                                    

"Gray! Kau darimana?" Tanya Leon setelah Gray menghampirinya di pinggir arena. Gray menunjuk mata kanannya, dan Leon tersenyum sumringah. Mereka berdua lalu memperhatikan pertarungan antara Kazuto dengan wanita yang menang melawan Fey tadi.

"Berarti, setelah ini kita yang akan bertarung." Kata Gray.

"Jangan merendah. Aku tak akan segan." Leon tersenyum kearah Gray yang dibalas dengan senyuman juga.

"Pica de tierra." Kazuto membuat tanah menjadi tajam dengan memunculkan jarum-jarum kecil di permukaan arena.

"Destructor de la luz." Jarum Kazuto hancur menjadi serpihan es yang bertaburan di langit karena elemen cahaya musuhnya.

"Cih!" Kazuto kelelahan melawan musuhnya kali ini. Tidak hanya kuat, musuhnya juga menggunakan otaknya dengan cerdas dan bijak.

Mata Kazuto perlahan berubah biru gelap. Musuhnya yang menyadari bahwa sesuatu telah terjadi pada Kazuto, langsung semakin waspada.

"Luz ambiente." Musuh Kazuto bertindak lebih dulu dengan membutakan penglihatan Kazuto.

Tapi, Kazuto memiliki caranya tersendiri. Ia membuat es dari bawah tanah dan mengangkat dirinya semakin naik ke atas dengan balok es yang meninggi itu.

"Gray. Aku tidak berpikir ini adalah hal yang bagus." Leon melangkah mundur dan menarik lengan Gray yang menatap Kazuto yang berdiri di atas dan langsung sadar lalu mengikuti Leon menjauh. Para penonton juga melangkah menjauh, bukan karena mereka semua tau kalau Kazuto berubah, tapi karena kabut putih yang terjadi karena salah satu sihir musuh Kazuto.

Kepakan sayap terdengar keras dari atas sana. Membuat para penonton menghadap ke atas setelah asap yang tebal sudah tidak dekat lagi dengan mereka. Kazuto terbang. Terbang dengan sayap yang ia buat dengan es berwarna birunya.

"ROAR!!" Kazuto mengaum dengan keras dan menyebabkan tanah disekitar arena menjadi beku dan licin.

Kepakannya yang keras menebarkan serpihan es di langit yang cerah. Ia terjun kebawah dengan cepat dan kencang.

"Planta de hielo! Destructor!" Kazuto membuat sebuah kapak raksasa dengan esnya. Kazuto lalu memegang ujung gagangnya, dan menghantamkan kapak itu ke permukaan tanah.

Tanah yang menjadi es itu langsung hancur setelah terhantam kapak Kazuto. Musuh Kazuto membeku dan menyerah. Dan wasit mengumumkan bahwa kali ini, Kazuto lah yang memenangkan ronde.

***

Singkat cerita, Gray memenangkan ronde melawan Leon dengan telak. Leon memang tak menyangka kalau dirinya akan kalah melawan pemarah berjalan itu. Dan wasit mengumumkan, bahwa yang ditunggu-tunggu telah tiba, yaitu Final dari turnamen ini.

Gray melawan Kazuto. Siapapun yang nantinya memenangkan pertarungan ini, mereka akan tetap mendapat keenam senjata legenda itu. Gray dan Kazuto telah berdiri di kedua ujung arena yang telah diperbaiki dengan bantuan dari Leon dan beberapa penyihir elemen tanah lain.

Bel tanda pertarungan bisa dimulai telah berbunyi. Dan Kazuto melancarkan serangannya dengan menciptakan hujan es, sama seperti waktu ia lepas kendali. Walaupun dirinya saat ini tidak lepas kendali, ia dapat mengendalikan dan menciptakan sihir yang lebih kuat dari biasanya.

Walaupun begitu, bukan hanya Kazuto saja yang telah berkembang dan semakin kuat, Gray menembakkan api-api kecil dan menghancurkan es-es yang berjatuhan itu sebelum mengenai dirinya. Dan untungnya, arena telah dipasangi pelindung, jadi sihir yang tercipta didalam tak akan bisa sampai keluar arena. Mereka berdua kembali bertarung sambil tetap mempertahankan hujan es dan peluru apinya.

Penonton sangat terkesima melihat mereka berdua. Walaupun masih muda, mereka sudah bisa mengendalikan sihir yang begitu luar biasa. Leon hanya tersenyum, mengetahui kalau para penonton itu tak mengetahui siapa mereka berdua sebenarnya.

Diantara keenam anak legenda, Gray dijuluki sebagai pemilik serangan jarak dekat terkuat. Kazuto pemilik serangan jarak jauh terkuat. Reine adalah Sang Penyembuh. Chloe adalah satu-satunya yang memiliki kemampuan untuk tahan terhadap sebagian besar elemen. Lyra adalah yang tercepat. Dan Leon adalah pemilik pertahanan terkuat diantara mereka semua.

Jadi, jika si jarak jauh dan jarak dekat bertarung, susah menebak siapa pemenangnya. Alasan Leon kalah adalah, pertahanan Leon sudah mampu ditembus dengan mudah oleh tubuh Gray yang diselimuti api.

Dan kini, Leon juga terkagum sendiri melihat Gray dan Kazuto bertarung melawan satu sama lain tanpa melihat kebelakang.

"La llama ardiente." Gray menyelimuti tangannya dengan api lalu menyerang Kazuto dengan serangan jarak dekat.

Kazuto yang lemah dalam pertarungan jarak dekat, hanya bisa menghindar dan melakukan perlawanan kecil. Gray mencoba memukul perut Kazuto, tapi perisai es milik Kazuto membuat serangannya tak mempan. Dan kini, Gray mencoba memukul wajah Kazuto dengan sikunya, tapi ditahan tangan Kazuto.

"La llama ardiente." Gray mengeluarkan api dari siku yang masih ditahan tangan Kazuto. Dan tentu saja, tangan Kazuto hampir terbakar karenanya.

Mata Kazuto perlahan berubah seiring pertarungan yang semakin sengit. Begitu juga dengan Gray, aura merah mulai memancar keluar dari tubuhnya. Mereka berdua akan mengeluarkan serangan terkuat mereka.

"Congeladores y regulador de frío!"

"Elemento regulador de fuego!"

"Astaga, ini tidak bagus!" Leon bergumam.

BHAM! BANG! DUAR!

Pertarungan berhenti tiba-tiba karena ada ledakan yang sangat besar di pusat kota itu. Mata Gray dan Kazuto kembali seperti semula. Mereka lalu teringat dengan 3 cewek yang seharusnya sekarang bersama mereka. Mereka pun menghampiri wasit dan berkata, "Hai! Ya, begini, aku menyerah melawannya. Hadiahnya, ketiga senjata ini sudah menjadi miliknya kan? Oke? Terima kasih!" Kazuto mengambil ketiga senjata itu dan pergi bersama Leon dan Gray.

Mereka bertiga lalu pergi meninggalkan wasit yang terlihat sangat kebingungan itu dan juga penonton yang terlihat panik. Panik karena rumah mereka terdapat di pusat kota, atau panik karena salah satu keluarga mereka bekerja di sana.

Setelah sampai di pusat kota, Leon langsung mencoba merasakan getaran bumi untuk menemukan mereka bertiga. Dan tak lama kemudian, Leon menemukan langkah kaki khas milik Chloe. Ia lalu berlari semakin cepat, karena ia merasakan kalau ditempat Chloe berjalan itu, bukan hanya ada Reine dan Lyra. Tapi, menurutnya ada lebih dari 20 orang yang mengelilinginya.

Begitu mereka sampai disana, tak perlu diragukan, orang-orang yang mengelilingi Chloe, Lyra, dan Reine sudah berbaring tak berdaya.

"Apa yang kalian lakukan?" Tanya Kazuto sambil menaruh ketiga senjata yang ia bawa sendiri.

"Bertanya. Bertanya tentang END. Kata salah satu dari mereka, kita memang tak perlu menghancurkan seluruh kerajaan. Tapi hanya perlu menghancurkan sebuah bola kristal yang menjadi kunci pengubah kepribadian kerajaan." Kata Lyra.

"Lalu kalian bawa hadiahnya?" Tanya Reine dan Leon mengangguk.

"Aku bertanya pada salah satu penonton tadi. Katanya, yang itu merupakan senjata es, itu senjata api, dan yang lagi satu petir. Lalu, ketiga senjata yang tersisa tersebar di tiga daerah." Kata Leon menyerahkan salah satu senjata itu pada Chloe.

"Hm, baru saja aku senang." Kata Lyra.

"Berarti, kita sudah mengetahui dimana letak kristal ini?" Tanya Gray dengan tatapan tajamnya.

Lyra mengangguk mantap, "Tepat di bawah tanah kota ini."

'Pantas saja, aku merasakan getaran yang tak biasa dibawah arena tadi.' Batin Leon.

"Lalu, bagaimana dengan Paman dan Oma?" Tanya Kazuto.

"Mereka berdua tadi berkomunikasi denganku melalui telepati. Mereka sedang berhadapan dengan Raja Kerajaan Drean. Mereka meminta bantuan kita untuk memecahkan masalah ini secepatnya." Kata Reine.

"Kalau begitu, ayo!"

Witch and WarWhere stories live. Discover now