7. First Practice

2.6K 215 1
                                    

"Baiklah, siapa yang akan kupilih pertama ya?" Kata Khanz menyeringai.

Gulp! Itulah yang terdengar dari beberapa anak diruangan itu

"Oya, kalian jangan tegang. Rileks, tadi itu hanya sedikit pemanasan." Kata Khanz sambil tersenyum

Gubrak!

"Bilang dulu dong, paman!" Gerutu Lyra

"Hehe, maaf. Baiklah, bagaimana kalau Leon dulu pertama?" Tanya Khanz. Leon pun maju dan meletakkan tangannya di sekitar bola kristal yang ada dimeja itu.

"Ngomong-ngomong paman, sebelum aku memulai, apa guna gelas berisi air itu?" Tanya Leon

"Ini? Ini adalah minuman yang berisi penambah tenaga. Kalau kau kelelahan, minum saja. Tidak apa-apa kalau sudah merasa lelah. Tes ini memang banyak memerlukan tenaga." Kata Khanz. Leon lalu mulai berkonsentrasi, terlihat disekitar bole kristal, memancarkan cahaya berwarna coklat.

Dan tiba-tiba.. ruangan itu berubah menjadi desa yang tandus tanpa air sedikitpun.

"Wahhh! Jadi ini, ruangan sihir?" Chloe terkagum-kagum. Begitu juga yang lainnya. Tapi tetap saja, itu adalah sebuah desa yang tandus. Desa yang memiliki beberapa gubuk tua dan sudah reyot.

"Leon, cukup." Kata Khanz, Leon lalu kembali tersadar dan desa itu menghilang.

"Itu bagus! Kau adalah penyihir elemen tanah kan? Nah, kalau kau ingin mencoba lagi, datang kesini. Dan kalau kau sudah sangat mahir, desa yang tadi bisa berubah menjadi tanah luas gersang dengan beberala kaktus. Itu adalah tingkat akhir dari elemen tanah." Kata Khanz menjelaskan, Leonpun kembali duduk ditempat sebelumnya.

"Selanjutnya, bagaimana kalau Reine? Ayah sudah lama tak melihat perkembanganmu." Kata Khanz

Reine meletakkan tangannya disekitar bola kristal dan beberapa saat kemudian, ruangan itu berubah menjadi sebuah hutan berisi air terjun.

"Indahnya!!" Kata Lyra sambil berjalan-jalan kesekitar hutan itu.

Cbyurr!!

"Ehm, apa paman lupa memberi tau kalian ya? Sebenarnya, ini bukan cuma ilusi biasa, kalau ada air, orang yang terkena air akan basah. Kalau ada api, orang yang terkena api itu akan merasakan panas." Kata Khanz dan Reine menghentikan sihirnya itu.

"Reine! Bagus, sangat bagus!" Kata Khanz

"Terimakasih ayah." Kata Reine kembali duduk.

"Nah, Kazuto ayo!" Kata Khanz. Kazuto lalu mengikuti arahan Khanz dan meletakkan tangannya di sekitar bola kristal itu.

"Wah, kira-kira kalau tempat Kazuto apa ya?" Tanya Lyra kegelian

"Ent--" omongan Reine terputus karena dirinya tiba-tiba sedang berada ditengah-tengah padang salju yang tebalnya hampir selututnya.

"Rr..aku..l..lupa...kal..au....dia...e...ss..." kata Gray terbata-bata.

"Kazuto, sudah! Kasian semua temanmu itu." Kata Khanz sambil menunjuk teman-teman Kazuto.

Semuanya menggigil kedinginan. Bahkan Lyra dan Leon sudah kedinginan dan berwajah biru.

"Ah! Maaf maaf! Aku tak sadar kalau akan begini jadinya." Kata Kazuto

"Kazuto, kau tak mengeluarkan semua tenagamu ya?" Tanya Khanz.

Kazuto mengangguk dengan alasan, "kalau aku keluarkan semua, mungkin temanku ada yang masuk rumah sakit nantinya."

"Maksudnya tidak semuanya?" Tanya Chloe.

"Kalau Kazuto mengeluarkan semuanya, mungkin... bukan padang salju yang terjadi, tapi kita akan dikelilingi bongkahan es besar. Paman tau ini karena paman bisa merasakan kekuatan sihir orang." Kata Khanz menjelaskan

Witch and WarWhere stories live. Discover now