11. an Enemy

2.3K 194 7
                                    

"Ayah, lukanya terbuka lagi. Kemungkinan dia akan terbangun besok. Itu karena lukanya terbuka dan racunnya kembali bereaksi." Kata Reine terlihat khawatir

"Keadaanya memang pasti akan semakin parah." Kata Khanz.

"Biarkan saja dulu dia istirahat. Nanti pasti akan baikan." Kata Khanz menenangkan Reine

"Baik." Kata Reine mengikuti ayahnya keluar dari kamar Kazuto.

Reine akhirnya kembali keluar menuju halaman setelah memeriksa dan mengobati Kazuto,

"Kak! Bagaimana keadaan Kazuto?" Tanya Leon menghentikan latihannya.

"Baik. Hanya butuh istirahat saja. Dia mungkin lelah dengan latihan tadi. Kita lebih baik berlatih saja lagi." Kata Reine tersenyum menutupi kekhawatirannya.

Semuanya lalu melanjutkan latihan mereka. Mereka memang bersemangat, tapi mereka juga menutupi kekhawatiran dan juga rasa takut mereka. Rasa takut akan kehilangan seseorang yang mereka sudah cintai dan sayangi. Setelah mereka selesai latihan, Gray meminta kakaknya untuk menemuinya di kamarnya.

"Kak, katakan apa yang terjadi sebenarnya?" Kata Gray yang membuat Reine kaget sekaligus terlihat kecewa

"Aku tau semua ekspresi kakak sejak kecil. Kakak mungkin bisa membohongi mereka, tapi tidak denganku." Lanjut Gray.

"Gray, kakak hanya takut membuat kalian merasa khawatir sehingga kalian tidak fokus dengan latihan kalian." Jawab Reine

"Kak, katakan saja apa yang terjadi. Aku tidak akan membuatnya mempengaruhi latihanku. Mungkin ini malah bisa membuatku semangat dengan latihanku demi melindungi seseorang yang berharga." Kata-kata Gray sontak membuat Reine ingin menangis.

"Maafkan kakak. Mungkin kau bisa menerima kejadian ini, tapi tidak dengan mereka." Kata Reine

"Aku tidak bermulut besar. Aku hanyalah sebuah patung es berjalan yang akan melindungi orang yang berharga untukku. Mereka juga pasti berpikir sama." Kata Gray. Reine lalu tersenyum dan memberitahu Gray yang sebenarnya,

"Kau tau? Aku sebenarnya tak ingin kau mengetahui hal ini. Tapi, mau bagaimana lagi? Yang penting, kau jangan membuat temanmu ikut khawatir dengan masalah Kazuto." Kata Reine dan Gray mengangguk tanda dirinya mengerti.

"Luka Kazuto, kembali terbuka. Entah karena apa, lukanya kembali terbuka. Untung saja, lukanya berjauhan antara satu dengan yang lain. Kazuto kemungkinan akan susah untuk sadar dalam beberapa jam. Jadi, untuk saat ini tak usah khawatir berlebihan." Kata Reine

"Bagaimana kalau kita keluar? mereka bisa-bisa curiga ada apa-apa." Kata Reine sambil melangkah keluar dari kamar Gray. Gray lalu mengikuti kakaknya keluar dari kamarnya, dan Gray pintar menyembunyikan ekspresi khawatirnya dari teman-temannya.

Gray lalu duduk di sebuah sofa yang terletak ruang keluarganya. Gray juga seperti biasa hanya diam dan akan menjawab singkat jika ditanya sesuatu oleh teman-temannya.

"Anak-anak! Aku akan keluar dulu sebentar, mungkin agak lama. Aku ingin mengurus beberapa hal terlebih dahulu sebelum kita semua pergi ke dunia sihir. Jaga diri baik-baik ya. Reine, kau yang bertanggung jawab." Kata Khanz lalu memasuki mobilnya dan melambaikan tangannya selagi mobilnya melaju.

Mereka yang masih ada dirumah pun memulai beberapa kegiatan, entah itu bermain kartu, menonton TV, atau berguling-guling dilantai secara tidak jelas.

"Kak, boleh minta ijin tidak?" Tanya Chloe

"Ijin? Ada apa?" Tanya Reine

"Kita akan pulang dulu sebentar, kami disuruh mengurus beberapa hal oleh orang tua kami dirumah." Kata Lyra

Witch and WarWhere stories live. Discover now