"Jagain Cherly gue lo! Kalo ada apa-apa gue bogem lo duluan loh bang!"
"Siap kanjeng ratu siappp!"
Raysa tertawa. "Udah lo berdua mending jalan deh nanti telat." Cherly menatap Raysa "Lo gak papa di tinggal?" Tanyanya terdengar khawatir.
"Gak papa lah emang kenapa?"
"Terus masalah–"
Rayhan tampak menyerngit. Raysa mendelik kearah Cherly mengisyaratkan gadis itu untuk menutup mulutnya.
"Eh mending lo cepat jalan deh bang! Telat nanti udah jam setengah sembilan."
"Yaudah gue jalan ... Siang nanti biar gue yang anter," Putus Rayhan.
"Gak usah Abang, entar gue naik gojek udah pesen gue."
"Serius?"
"Duarius bang! Udah-udah lu pada berangkat dah!"
"Kalo gitu gue minta tolong Dirga jemput lo ya?" Raysa mendelik.
"Dih ngapain sih bang? Ngerepotin orang itu namanya! Udah bang Raysa bisa sendiri kok."
"Kalo ada apa-apa hubungin gue!" Ucapan Rayhan terdengar serius.
"Iya Abang ku yang paling ganteng sedunia ini ... Ih bawel banget sih bang!"
Rayhan menyodorkan punggung tangannya, Raysa mengambil tangan Rayhan untuk di salim ogah-ogahan.
"Assalamualaikum adek Abang yang paling cantik ...." Raysa memicingkan mata curiga.
"Waalaikumsalam Ini ni kalo manis-manis begini ni ada maunya pasti."
"Astaghfirullah seudzon terus nih bocah! Udah kita berangkat ya?"
"Iya, hati-hati!" Cherly yang sedari tadi menyimak menyodorkan tangan ikut menyalimi Raysa.
"Jaga diri lo sya ... Kalo ada apa-apa hubungin kita-kita jangan hadapin sendirian oke?" Raysa mengangguk.
"Siap komandan laksanakan!" Cherly terkekeh.
TIN ... TIN ... TIN !!
"Udah belum nih? Gue mau jalan," Pekik Rayhan terdengar tak sabar.
"Ya udah jalan sana!" Raysa Berkata tak santai.
"Yang di belakang hati-hati, yang nyopir terserah!"
"Tega lo sya?"
"Bomat!"
Rayhan tertawa kecil, selain kuliah dan berkerja. Sekarang job sampingannya adalah membuat Raysa kesal entah keduanya apa di masa lalu hingga di dunia sekarang keduanya tampak seperti kucing dan tikus.
"Dah!" Cherly melambaikan tangannya, di balas lambaian kecil dari Raysa, ia mendongakkan kepalanya memejamkan mata sejenak kemudian menarik nafas pelan.
"Everything gonna be fine alright?" Ucapnya hampir seperti gumaman.
Mobil milik Rayhan menghilang di tikungan, meninggalkan debu tipis di udara, Raysa menatap jalanan agak lama, sebelum akhirnya menutup pagar perlahan.
Angin berhembus lembut, tapi gesekan daun terdengar ganjil seolah ada sesuatu yang bergerak kasar di balik nya, lalu bersembunyi. Raysa menegakkan tubuhnya menahan nafas, memastikan pendengarannya tak salah.
Perlahan hawa dingin menelusup seperti mencengkram tengkuknya.
Drt ... drt ... drt
Handphone di sakunya bergetar, membuatnya terlonjak kecil. Raysa buru-buru mengangkat nya.
"Ray? Lo dimana?"
Suara nina terdengar terburu-buru.
"Lagi di rumah nih ... Kenapa?"
"Ck, Lo lupa apa gimana dah? Anak kesehatan di suruh stand by! Anak-anak pada demo, Lo gak buka grub BEM?"
YOU ARE READING
Epilog tanpa prolog : From different way to same way
Teen FictionAttention!!!⚠️ Dilarang keras memplagiat cerita ini ... Mohon kerjasamanya ;) Dunia tak lagi sama, mata yang dulu menatap dengan dalam entah mengapa tidak lagi mengerjab, tangan yang dulu kokoh kini tak lagi bertenaga, hanya air mata menjadi saksi...
12.Hope and reality
Start from the beginning
