Attention!!!⚠️ Dilarang keras memplagiat cerita ini ... Mohon kerjasamanya ;)
Dunia tak lagi sama, mata yang dulu menatap dengan dalam entah mengapa tidak lagi mengerjab, tangan yang dulu kokoh kini tak lagi bertenaga, hanya air mata menjadi saksi...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Se menakutkan apapun kematian nanti ... ia akan menjemput kita kapan saja, tanpa kompromi, tanpa aba-aba dan meninggalkan luka bagi yang di tinggalkan, dengan tak bisa di obati dengan obat apapun. —Cherlynaayundhya.
Drt ... Drt ... Drt ...
Handphone miliknya bergetar, layar handphonenya telah berkali-kali memperlihatkan nomer tanpa nama itu. Dan ini sudah yang ke-10 kalinya sampai pemuda itu kesal sendiri.
"Kenapa?" Tanyanya tak santai.
"Lo di mana kak?" Suara yang terdengar khawatir itu malah membuat pemuda itu berdecih.
"Kak mending lo pulang sekarang deh perasaan gue gak enak."
"Apa-apaan sih lo? gak usah sok ngatur deh!"
"Gak gitu kak maksud gue–"
"Lo ada sumbang apa buat hidup gue bangsat!"
Diam hening sebentar tak ada sahutan dari seberang sana.
"Lo cuman anak tiri kalo lo inget ... Sadar posisi lo dong!"
"Kak gue cuman ingetin doang gak lebih." Pemuda itu tertawa.
"Apa lo mau lapor bokap soal gue mabok lagi? Tunggu aja lo habis di tangan gue!"
"Ini demi kesehatan dan keselamatan lo kak ... Keluarga juga tau lo itu lagi sakit!" Suara gadis itu meninggi namun terdengar sedikit gemetar.
"Yapping lo gak mutu anjing!"
Tut!
Sambungan terputus
Pemuda itu terlihat melempar handphonenya ke sembarang arah, ia memijit pelipisnya yang terasa berdenyut, kemudian mengusap wajahnya gusar. matanya memerah jalanan di depan terlihat buram di matanya bahkan gerakan tangannya terlihat panik takala seorang terlihat hampir menyentuh mobil miliknya yang berada di kecepatan rata-rata. namun terlambat deru kencang mobilnya kini terganti dengan suara teriakan yang terdengar memekakkan telinga.
"BAYU AWAS–"
BRAKK ...
Dan tabrakan itu tak bisa di elakkan.
*******
"Kondisi Pasien kritis di minta pendonoran darah secepatnya–" beberapa perawat terlihat bergerak cepat yang di beri kabar terduduk lemas pikirannya blank ia tak bisa berfikir jernih.
"Suster tolong tranfusi darah saya saja bisa kan sus?" Sang suster melihat seorang wanita paruh baya dengan tangis yang penuh di wajahnya tengah memohon memegangi lengan sang suster, suster itu berhenti sejenak.