12.Hope and reality

10 3 2
                                        

Hari-hari tak tenang itu muncul kembali

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Hari-hari tak tenang itu muncul kembali ... Setelah banyak kejadian yang begitu tak masuk akal terus menghampirinya contohnya malam tadi sebuah surat telah berhasil mengacak-acak pikirannya seharian ini bahkan dirinya kurang tidur akibat otaknya yang di ajak berfikir 24/7.

Raysa sempat menganalisis surat yang mendarat dengan tak etis di kamarnya. namun nihil, amplop surat itu hanya berisi kertas usang bertulis simbol aneh yang tak gadis itu pahami.

Raysa mengacak-acak rambutnya frustasi.
"Udah tau lemot gini malah di kasih tebak-tebakan. Kan gue gak bisa!"  Bibirnya mengerucut kesal, ia menyimpan surat itu pada laci meja nakas miliknya. Ia menyandarkan dirinya lelah pada kursi dan memoletkan tubuhnya. Kursi miliknya terputar.

Gadis itu melirik Cherly sekilas, gadis berambut sebahu itu tidur dengan nyaman ter ulas senyuman kecil dari bibirnya.

Raysa tersenyum simpul.
"Gak bakal gue biarin orang ngerebut senyum itu lagi Cher ... Lo berhak bahagia."

Raysa menghembuskan nafas panjang.
"Gak seharusnya lo pada ikut keseret masalah gue," Gadis itu, mengambil foto polaroid dengan potret dirinya, Cherly dan Nadia di sana.

"Ya Allah gue mohon, cukup gue. Jangan mereka."

                            *******

"Hari ini gue kelas siang lo ada kelas pagi gak?" Tanya Raysa, Cherly mengangguk.

"Kuat lo masuk hari ini?" Tanya Raysa lagi terdengar khawatir.

"Gue kuat ... hatchi!" Cherly menggosok hidungnya yang terasa gatal.

"Dih flu begitu masih mau paksain diri?"
Cherly mengambil sweater tebal milik Raysa dan menggunakannya tanpa izin.

"Gue udah pake sweater nih udah gak usah khawatir, yang perlu lo khawatirin tu diri lo sendiri okey?"

"Berangkat sama siapa?" Raysa terlihat kembali mengintrogasi Cherly.

"Go-car udah pesen tadi."

"Bukannya pulsa lo abis ya?"

"Lo tau dari–"

"Udah lo tunggu sini Abang gue belum berangkat kok, lo bareng aja sama dia." Cherly tampak bingung ia tak merespon apapun.

"Tenang kali ini dia naik mobil kok." Cherly bernafas lega. "Jangan sungkan gitu ah lo kayak bukan Cherly tau gak!" Cherly tertawa.

"Anjay lah perkara gue canggung ke Rayhan lo segininya?" Raysa mengangguk.

"Itu tandanya lo lagi banyak masalah dan lo berusaha tutupin dari gue! udah tau temennya ini cenayang!" Cherly tertawa.

"Ya ya ya terserah lu aje." Raysa tersenyum lebar kemudian bertolak menuju kamar Rayhan mencari pria itu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: 6 days ago ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Epilog tanpa prolog : From different way to same wayWhere stories live. Discover now