Hai-hai bertemu lagi dengan saya di lapak ini hehe >.<
Happy reading guys!
Pada hari aku menyatakan perasaan yang nyaris jadi abu itu, sebenarnya semua sudah mati dari jauh-jauh hari.
—Dirgantara Andre Nicolas
*******
Bugh ...
Pintu mobil tertutup, sang sopir tidak bertanya apa-apa sepertinya Rayhan sudah memberi tahu alamat rumah mereka.
Citt ...
Mobil taksi itu mulai bergerak dengan kecepatan rata-rata mengikuti mobil-mobil yang juga melaju di keheningan malam.
Raysa mulai menyadari sesuatu ... ternyata pemuda itu agak condong ke arah nya! membuat gadis itu segera menjauhkan dirinya dari pemuda itu, dan merapatkan tubuhnya pada pintu mobil.
Ia menahan tubuh pemuda itu dengan map tebal miliknya, matanya sekilas melihat pria itu membuat ingatan berapa menit lalu dengan cepat berkelebat di pikirannya.
"Astaghfirullah ...." Ia dengan dengan refleks mengelap kasar bibirnya, sambil melirik kesal kearah pemuda itu.
"Hiss ...." desisnya ia menahan tangannya di udara, kemudian kembali fokus kedepan.
"Kenapa Abang malah taro dia di sini sih, gak di depan aja," Gerutu Raysa dalam hati.
Plukk ....
Kepala pemuda itu jatuh dengan cepat di bahu Raysa, gadis itu membulatkan matanya dengan refleks mendorong tubuh pemuda itu menggunakan kakinya.
"Awas aja lo apa-apain gue!" batinnya.
Pemuda itu telah tersandar kan pada pintu mobil di sebelahnya, membuat gadis itu bernafas lega. Setelah beberapa menit berlalu Raysa memilih melihat keluar jendela, berusaha menahan luapan emosi yang sedari tadi benar-benar berkecamuk.
Raysa tersenyum tipis melihat lingkungan rumah nya. seperti nya sebentar lagi ia akan sampai.
Citt ...
Mobil taksi itu telah berhenti sempurna di depan rumah nya, ternyata abangnya juga baru sampai, buru-buru gadis itu keluar dari taksi.
"Abang urus yang di mobil Raysa mau ganti dulu."
Dengan sigap Rayhan bergerak mengangkat tubuh pemuda itu masuk ke dalam rumah, sedangkan Raysa masuk ke dalam rumah melempar map-nya ke atas meja kemudian berlari masuk ke
dalam kamar mandi dengan air mata yang berlinang, dadanya terasa sesak, ia membasuh bibirnya berkali-kali dengan air, kemudian menatap pantulan dirinya sendiri di cermin.
"Kamu udah gak suci Raysa! First kiss mu sudah bukan milik suami mu kelak!" Gadis itu memegang pinggiran wastafel kuat-kuat menyalurkan emosinya, pikirannya berkecamuk benar-benar kacau! matanya memburam, ia menangis lagi ....
"Ya Rabb ... Rencana apa yang kelak kau siapkan untuk ku?" gumamnya lirih.
*******
Raysa telah membersihkan tubuhnya, ia juga mengganti pakaiannya dengan pakaian yang lebih santai baju tidur yang di lapisi rok plisket hijau army dan jilbab langsung sesiku dengan warna senada.
Jujur dia masih tak ingin melihat wajah pemuda itu, mengingat penyebab pingsan itu tamparannya, membuat hatinya tergerak. akhirnya ia memutuskan untuk memasakan bubur untuknya.
YOU ARE READING
Epilog tanpa prolog : From different way to same way
Teen FictionAttention!!!⚠️ Dilarang keras memplagiat cerita ini ... Mohon kerjasamanya ;) Dunia tak lagi sama, mata yang dulu menatap dengan dalam entah mengapa tidak lagi mengerjab, tangan yang dulu kokoh kini tak lagi bertenaga, hanya air mata menjadi saksi...
