01.Serendipity

63 13 1
                                        

Hai! Dengan aku di sini ...

I hope you like it ...

Happy reading all!!🤗

Lampu warna-warni yang berkelap-kelip itu, bagai laser yang memancarkan cahaya dengan tajam, asap rokok dan bau alkohol dengan cepat menusuk indra penciuman, bersamaan dengan itu dentuman musik sangat keras membuat seluruh manusia bergoyang - goya...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Lampu warna-warni yang berkelap-kelip itu, bagai laser yang memancarkan cahaya dengan tajam, asap rokok dan bau alkohol dengan cepat menusuk indra penciuman, bersamaan dengan itu dentuman musik sangat keras membuat seluruh manusia bergoyang - goyang di luar kendali!

Diantara banyaknya manusia di sana, terlihat seorang pria tengah duduk disalah satu sofa berwarna merah darah, sambil memegang gelas wine nya santai.

"Apa aku boleh menemani mu?" Sapa seorang wanita sexy yg ikut duduk di samping nya, pemuda itu mengangguk pendek, tanpa pengulangan wanita itu merapatkan tubuhnya, menarik dasi pria itu hingga membuat keduanya saling berhadapan, ia membelai lembut dada pria itu.

"Apa kita bisa bersenang-senang?" tanya wanita itu sambil mengerlingkan matanya menggoda.

"Apa yang tidak untukmu ...." Jawabnya yang langsung memagut bibir wanita itu liar, pemuda itu menjatuhkan tubuh wanita itu pada sofa ,kemudian menindihnya dan kembali melanjutkan ciumannya.

Musik di dalam sana masih setia berdentum dengan keras, aktivitas manusia di dalam ruangan itu terus berjalan, dan detik waktu terus berputar Tanpa henti.

                              *******

Pada akhirnya pilihan terbaik dari setiap kejadian adalah menerima, memaafkan, mengikhlaskan dan melupakan.
-Raysa Anindya elfath

Bulan semakin meninggi, dan malam pun semakin larut, pohon-pohon bergesekan pelan searah dengan angin yang berhembus, perlahan tapi pasti seorang gadis terlihat terus melangkah kan kakinya, jilbab biru navy nya sedikit tertiup angin membuat nya merapatkan jaket hitam yang di kenakan nya.


Gadis itu berdiri di pemberhentian bus way, dengan air wajah cemas ia terus menatap layar handphonenya, jam telah menunjukkan pukul 21.30 padahal abangnya janji akan menjemput nya.

Nud ... nud ... nud ....

"Nomer yang anda tuju sedang berada di luar jangkauan."

"Hufft ...." Gadis itu menghembuskan nafas kasar, kemudian mondar-mandir tak tenang, Sembari terus mengecek handphonenya.

Tap ... tap ... tap ....

Gadis itu tak mengalihkan pandangan dari handphone saat ia mendengar derap langkah semakin dekat ke arahnya, tangan kirinya meremas kuat-kuat jaket guna meredam rasa takut, kakinya membeku benar- benar tak bisa bergerak. saat ia ingin memastikan siapa itu, seseorang telah memeluk tubuhnya membuatnya kembali membeku.

"Bella lo kemana aja ... lo tau gue nyariin lo kemana-mana," ucap pemuda itu terdengar serak kemudian ia menaruh kepalanya di pundak gadis berhijab itu.

Deg!

"Bella? Siapa Bella?"

Jantung gadis itu berpacu sangat cepat, ia dengan sekuat tenaga ia mencoba melepaskan diri namun nihil ... tangan itu terlalu kokoh untuk di singkirkan, gadis itu memutar tubuhnya hingga kini berhadapan dengan pria itu. bau alkohol dengan cepat menusuk indra penciuman nya membuatnya sangat pusing!

Gadis itu mengangkat wajahnya, di dapatinya pemuda berperawakan tinggi yang kini tengah menatapnya lekat, tangan pemuda itu bergerak kasar menangkup pipi gadis di hadapannya. kemudian dengan tempo memagut bibirnya, gadis itu membulatkan matanya, butiran bening lebih dulu menetes dari pelupuk matanya.

Satu detik ...

Dua detik ...

Ti

Plak!

Tamparan itu berhasil mengusaikan ciuman sepihak, gadis itu menatap sekilas pemuda yang terhuyung karna tamparannya, lalu menggosok bibirnya kasar sembari menepis air mata yang sedari tadi tak berhenti mengalir. ia mengerjab kan matanya berkali-kali, apa yang di lakukannya? Ia sudah tidak suci?

"Bella ada apa denga-n mu–"

Brukk ...

Tubuh pria itu tumbang, yang selanjutnya terjadi justru gadis itu terlihat panik, ia kemudian berjongkok tangan nya bergerak menarik jas pria itu guna menggoyangkan tubuhnya.

"Hei ... hei bangun, kenapa malah pingsan?"

Tangan gadis itu sedikit Tremor bagaimana bisa tamparannya berhasil membuat seseorang pingsan?

Gadis itu kembali menelfon abangnya sembari menggigit kukunya cemas.

"Abang tolongin Raysa," batinnya kacau.

"Kenapa jadi runyam begini?"
Pikirannya berkecamuk menatap pria itu sedikit marah ... tapi kenapa hatinya mendorong untuk menolong pria itu? Siapa pria itu sebenarnya?

Tin ... tin ...

Mata gadis itu menatap motor abangnya yang mulai mendekat kearahnya.

"Ada apa?" tanya Abangnya, Rayhan yang terlihat khawatir, dan  langsung turun dari motor dan lansung mengecek keadaan Raysa.

"Lo ga papa kan?" Gadis berhijab itu mengangguk, sembari menghapus jejak air matanya cepat sebelum Rayhan menyadari, ia menunjuk pria yg telah tergeletak di bawah kakinya.

"Tadi ada orang pingsan di sini, Abang bisa bantuin gak?" Rayhan mengangguk tanpa bertanya apa-apa.

Tanpa banyak bicara pemuda tegap itu mencegat taksi. Selang beberapa menit sebuah mobil telah merapat di pemberhentian bus way, Rayhan mengangkat tubuh pemuda asing itu masuk kedalam mobil. Raysa masih membisu di tempat nya.

"Kamu temanin dia di mobil biar Abang yang bawa motor nya." Gadis itu mengangguk, ia ingin cepat pulang.

Dengan lemas gadis itu menyusul  masuk ke dalam taksi tanpa sepatah kata pun, Rayhan terdiam sebentar sebelum akhirnya berjalan ke arah motor nya untuk menyusul.

                            *******

Hello guys!!

Gimana-gimana masih mau lanjut?

Hehehe sorry ya klo ga dapatin feel-nya
Lain kali aku perbaiki tata tulisan ku tpi pelan-pelan ya?

Udah sekian dari saya sampai berjumpa di next part Babay✨🤏

Epilog tanpa prolog : From different way to same wayWhere stories live. Discover now