06.Him again?

24 5 1
                                        

Raysa mengerjabkan matanya yang terasa berat, ia menarik tubuhnya untuk duduk lalu pandanganya menyapu ke ruangan ini, sepertinya ini bukan kamarnya, rumah sakit? Raysa melihat infus yang terpasang rapi di punggung tangannya.

ngingg ... telinganya berdengung, kepala mendadak terasa berat apalagi ia berusaha mencerna apa yang terjadi.

"Gue mandi ... teruss ganti baju ... keluar gue pake jilbab wait-wait ...." Raysa bergumam kemudian meraba kepalanya ia bernafas lega ternyata jilbab masih terpasang di sana.

But changkeman ... ia mencium aroma baru di jilbabnya berarti?

Ceklek ...
Ruangan tempat Raysa di rawat itu terbuka mengalihkan eksistensi Raysa sekelebat ingatan mulai berputar di otaknya takala suara berat itu menyapanya "udah bangun?"

Brukk ...

Tubuhnya limbung setelah ia rasa kepalanya memberat serta perutnya yang terasa bergejolak kuat seakan mengobrak abrik isinya ... matanya memburam
tak ada yang dapat di lihatnya selain sesosok baju hitam menghampiri dirinya dengan panik berteriak "RAYSA!?"

"LO!?" Gadis itu mengumpat tertahan astaghfirullah!? Sudah jelas yang membawanya ke rumah sakit ini tak lain dan tak bukan adalah Dirga, ya seorang Dirga! oh my God please, him again?

"Gimana udah enakan atau ada sesuatu yang lo mau biar gue ambil-"

"Lo yang bawa gue kesini?" Potong Raysa bertanya tanpa menatap Dirga.

Dirga mengangguk "Gue niatnya ngecek lo sebelum pergi, tapi gue lihat lo pingsan makanya gue buru-buru bawa lo ke rumah sakit."

Raysa memegang kepalanya yang semakin terasa berdenyut "Berarti lo liat gue gak arghtt-" ia sedikit mengacak jilbabnya kemudian kembali memperbaikinya.

Dirga menautkan kedua alisnya bingung mencerna dalam kata-kata Raysa.

"Gak bersihin rumah lo? Gak kok rumah lo tetap bersih tenang." Dirga menjawab cepat.

Raysa kini yang di buat terperangah
"Bu-bukan itu tapi... Yaudah lupain-lupain!"

Dirga kembali berpikir keras
"Maksud lo hijab yang lo pake di kepala lo itu?" Tanya Dirga hati-hati.

Mata Raysa membulat sempurna ia kemudian menatap Dirga penuh selidik, pemuda itu melanjutkan kata-katanya.

"Gue temuin lo pingsan gak pake hijab terus gue sempet beliin itu di toko terdekat, lumayan lama karna gue gak ngerti begituan untung lo masih gak papa pas gue bawa lo ke sini."

Hah!? What the hell batin Raysa berteriak ... gadis berhijab itu menutup matanya dia malu bercampur kesal sekali sekarang, seseorang tolong selamatkan Raysa BUNDAA-

Raysa menahan kekesalan yang memuncak di sana, ia meremas selimut yang di gunakannya kuat-kuat. Ia harus pergi dari sini sekarang juga!

Raysa hendak melepaskan infus yang terpasang di punggung tangannya, buru-buru Dirga bergerak menahan tangan Raysa.

"Gue gak sakit!" Pekik Raysa masih terlihat kukuh, siapa pun dapat menebak ekspresi Raysa, kalut bercampur malu.

"Simpulkan sendiri kalo lo di infus berarti lo kenapa." Dirga terlihat acuh tak acuh memberi tahu, Jujur Dirga tidak ingin ribut sekarang.

"Terus maksud lo gue harus di opname ya gak mau lah!" Gadis itu masih berusaha melepas tangannya yang di cekal Dirga. Sial ... Raysa ingat hal itu lagi! Gadis itu memalingkan wajahnya.

"Bisa sekarang lo istirahat? Lupain dulu sesuatu yang bikin lo gak nyaman, masih ada esok buat berfikir." Dirga mengembuskan nafas berat sembari melepas cekalan tangannya.

Epilog tanpa prolog : From different way to same wayWhere stories live. Discover now