Attention!!!⚠️ Dilarang keras memplagiat cerita ini ... Mohon kerjasamanya ;)
Dunia tak lagi sama, mata yang dulu menatap dengan dalam entah mengapa tidak lagi mengerjab, tangan yang dulu kokoh kini tak lagi bertenaga, hanya air mata menjadi saksi...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Raysa telah bersiap menuju kampusnya, gamis berwarna cream di padukan dengn Khimar hijau army, serta tootbag yang ia cangklong kan di bahu kanannya, ia melihat penampilannya sekali lagi di kaca. Gadis itu menarik bibirnya untuk tersenyum.
"Everything gonna bealright, honeyc'mon...." Raysa menarik nafas panjang kemudian berkata lirih "fighting!"
*******
Sinar mentari pagi ini terlihat begitu bersemangat untuk menunjukkan cahayanya, berbeda dengan Raysa Anindya elfath, gadis berhijab itu terus saja melengkung kan bibirnya ke bawah sambil menenteng paperbag malas.
"Harusnya ini kan tugasnya bang Rayhan," cibir Raysa dalam hati.
Pasalnya Raysa harus mengembalikan baju Dirga, yang notabenenya merupakan tugas Rayhan karna dirinya telah mecuci kan baju Dirga.
"Ini Abang yang kembaliin kan?" tanya Raysa dari ruang tamu.
"Apaan itu?" sahut Rayhan dari kamarnya.
"Baju ... baju orang yang kemarin itu, gue udah cuci nih, harum, mulus, licin seperti baru lalat hinggap aja kepeleset." ucap Raysa terdengar bangga.
"Aduhhh ... Adek Abang yang paling cantikk!!" Firasat Raysa tak baik soal ini.
"Abang minta tolong dong lo yang kembaliin ya ...." lanjut Rayhan berteriak dari kamarnya.
"Dihhh sesuai kesepakatan dong! gue yang nyuci Abang yang kembaliin!" Seketika senyum di bibir Raysa luntur.
"Suer Abang hari ini gak ke kampus sya, kasih aja ke Dirga, truss tagihin duit karna lo udah loundriin baju dia," ucap Rayhan tertawa pemuda itu berjalan kearah Raysa dengan pakaian yang rapi.
"Ya?" Kata Rayhan lagi menuntut.
Jujur saja, Raysa tak ingin menemui pemuda itu, rasanya ia ingin mencakar-cakar wajah tampannya itu, sebentar— tampan?
"Karna lo diam gue anggap iya, gue pergi dulu ada urusan mendadak, lo mau di antar?" Rayhan berbalik menghadap Raysa, Raysa mencebik kesal moodnya kembali rusak setelah ini.
"Lo kok diem ... marah?" tanya Rayhan.
"Yaudah deh gue antar adik tersayang Abang ini yuk ...." Ajaknya sedikit mendorong tubuh Raysa.
"Yaudah Abang jalan kalo Abang bikin salah maapin yaaa ...." pemuda itu menepuk kepala Raysa pelan, kemudian Raysa mencium punggung tangan Rayhan, meski terlihat ogah-ogahan.