Attention!!!⚠️ Dilarang keras memplagiat cerita ini ... Mohon kerjasamanya ;)
Dunia tak lagi sama, mata yang dulu menatap dengan dalam entah mengapa tidak lagi mengerjab, tangan yang dulu kokoh kini tak lagi bertenaga, hanya air mata menjadi saksi...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Katanya lo mau bersihin gudang loteng rumah sya?" Raysa tersentak dari lamunannya kemudian mengangguk.
"Nanti-nanti lah gue bersihinnya!"
Rayhan berdecih. "Dari abad kapan lo ngomong nya gitu muluu." Rayhan menggeleng.
"Lagi ngumpulin niat bang!" Gadis itu meregangkan tubuhnya kemudian merebahkan tubuhnya kuat di atas sofa.
"Yang serius lho! nanti lo malah nostalgia di sana, lihat gambar-gambaran lo yang bahkan gak di approve sama anak TK!" Rayhan tertawa terbahak-bahak, lalu ikut bergabung di sofa bersama Raysa dan Talia sepupu mereka yang sedang menonton televisi.
"Aku ... Aku mau lihat! Pasti bagusan gambar Talia ya?" Bocah perempuan yang baru memasuki sekolah dasar itu terkikik, dengan menampilkan giginya yang kropos di beberapa tempat.
"Eh engga ya! Tanyain aja tuh sama Bubu ... gue menang juara lukis pas SMA!"
"Ngimpi lu? Kan itu kaligrafi yang gue buat, tinggal lo setor ajee huuu." Rayhan malah mengejek habis-habisan membuat bibir gadis berhijab itu mengerucut.
"Emang gue gak jago gambar! Dah lah gue mau bersihkan sekarang!" Raysa menjawab ketus sembari melengos pergi dari kedua saudara nya.
"Lah ngambek dia ... Samperin gih lia!" Rayhan malah berucap santai sambil menikmati teh Chamomilenya.
"Emn kayaknya kak Raysa lagi PMS deh ...." Talia melirik Rayhan.
"Kayak tau PMS aja."
"Tauuu lah! kata Aya pipis gak berhenti-berhenti makanya bikin Bubu marah-marah terus." Talia menjelaskan apa yang dia serap dari perkataan ayahnya ketika bundanya sering marah-marah di rumah.
"Emm gak salah sih ... tapi salah, Udah sana susul kakak lo!" Talia mengerucut tak terima. Rayhan melirik Talia.
"Nanti Abang beliin es krim deh!" Rayhan memberi pilihan.
"Oke deh janji yaa!! Aku bakal bujuk kak Raysa! pokoknya es krim gak mau tauuu!!" Bocah itu secepat kilat berlari menuju loteng atas tempat Raysa berada.
"iyaaa bawel!" Pemuda itu tertawa kecil sambil melanjutkan menyesap tehnya perlahan.
Bug ... Bug ... bug Lantai loteng rumah mereka yang terbuat dari kayu mahoni itu, terasa bergema jika seseorang berlarian dengan kencang di atasnya