"BANG! BANG! BANG!"
"ABANG TUKANG BAKSO MARI-MARI SINI. AKU MAU BELI!" Raysa bersenandung keras membuat Rayhan yang tengah menyemir sepatunya merasa terusik.
"Apaan sih nih bocah pagi-pagi udah rusuh! Gak kuliah lo?"
"Abang tukang bakso cepat lah kemari sudah tak tahan lagi~" Gadis itu kembali bersenandung menghiraukan Rayhan yang mencak-mencak karna suara vales Raysa.
"Bakso bulat seperti bola pingpong!"
"Astaghfirullah ... Lo lagi gak kesurupan kan? Pliss jawab enggak!" Rayhan melangkah panik dengan segera memegang ubun-ubun Raysa membacakan ayat kursi di sana.
"Ehh bang jali! Gue gak kenapa-kenapa astaga! ealah Panik banget sih?" Raysa tertawa terbahak-bahak.
"Iss ... gak jelas lah ni bocah!" Pemuda itu mendorong tubuh Raysa tanpa perasaan.
"Gue mau mintol nih ... Boleh gak?"
Ucap Raysa akhirnya.
"Paan buru. gue gak ada waktu!"
"Dieh sok sibuk! Artis lu?"
"Anak kecil mana paham."
"Jangan panggil aku anak kecil paman!"
"Aku Raysa namaku Raysa!" Balas Rayhan dengan nada mengejek.
Raysa melipat kedua tangannya di depan dada, "Lo anterin Cherly ke kampus dong bang! dia ada kelas pagi ini."
"Bayar berapa dulu? Gojek aja bayar masa gue gratis?"
"Astaghfirullah lo perhitungan banget jadi Abang heran!"
"Uang memang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang."
"Gue aduin lo ke paman biar lo di marahin!" Rayhan tertawa.
"Ngadu? Coba aja kalo berani."
"Lah nantangin lo?"
"Hayuk lah siapa takut!"
"Gue juga aduin lo gak berbakti sama Abang!"
"Apaan begitu gak gentle!"
"Giliran gue ngadu aja di bilang gak gentle."
"Wle ... Udah sana berangkat! Telat nanti Cherly gue!" Raysa segera menuju kamarnya untuk memberi tau Cherly.
"Teman aja terus yang di pedulin sekalian ganti keluarga aja lu!" Pekik Rayhan terdengar kesal.
"Entar gue ilang lo yang kepanikan bang!" Ejek Raysa yang kemudian menghilang di balik pintu kamarnya.
*******
"Lo siap-siap gih, sweater nya udah di pake kan? bawa Tumbler gue udah gue isi air, eh jan lupa ya minum obat nih klo rasa agak meriang, udah gue bekalin juga nih di makan yaa? nanti klo udah gak kuat hubungin gue aja nanti gue jemput oke?" Ucap Raysa panjang lebar dengan tangan yang juga sibuk menjejali barang-barang yang akan di bawa Cherly kedalam tas.
"Serius lo rempong amat kayak emak-emak!" Cibir Cherly, Raysa tertawa kecil "Persiapan, gue udah siap di lamar Asahi kalo lo lupa."
"Haluuuu lagi." Cherly memutar bola matanya malas, Raysa terkekeh.
"Yok!" Raysa mengamit lengan Cherly dan membawanya menuju tempat mobil Rayhan terparkir.
TIN ... TIN ... TIN !!
Klakson mobil Rayhan terdengar bersahutan dari luar memicu mulut Raysa untuk berteriak menanggapi kerusuhan yang di ciptakan pemuda itu.
"SABAR NGAPA YA! INI BOCAH ASTAGHFIRULLAHHALADZIM!!"
Rayhan nyengir mendapat respon ngegas dari adik tercintanya itu.
YOU ARE READING
Epilog tanpa prolog : From different way to same way
Teen FictionAttention!!!⚠️ Dilarang keras memplagiat cerita ini ... Mohon kerjasamanya ;) Dunia tak lagi sama, mata yang dulu menatap dengan dalam entah mengapa tidak lagi mengerjab, tangan yang dulu kokoh kini tak lagi bertenaga, hanya air mata menjadi saksi...
12.Hope and reality
Start from the beginning
