11.Seperti luka namun tak berwujud

Start from the beginning
                                        

Lalu giliran piring Rayhan Raysa bergerak ingin mengisi piring Rayhan.

"Mau ngapain lo?" Rayhan tampak menyelidik, kemudian mengamankan piring nya lebih dulu.

"Ambilkan lo makan lah! Abang mau lauk yang mana?" Ujar Raysa terdengar di manis-maniskan.

"Emm tau gue lo lagi ada mau nya, udah-udah gue bisa ambil sendiri!"

"Mana ada ... enggak loh."

"Hooh di jidat lo tu keliatan tulisan 'harus baik kalo ada maunya'!"

"Souzdzon itu gak baik loh bang dosa!"

"Giliran begini aja inget dosa kemarin kemana aja?"

"Latihan militer!" Jawab Raysa asal.

"Gak nyambung!"

"Bodo!"

"Amat!"

"Amat itu bukannya amat kursi."

Raysa menyerngit "Tau ah, lo ngomong apa bang."

"Ayat kursi! Gitu aja ga tau!"

"Yeee di kata nyambung!"

"Lo juga gak nyambung!"

"Gue suruh kang dedi bawa aja lo ke barak! Dasar Todller jompo biar lo encok-encok di sana!"

"Bagus lah biar gue gak deket-deket lo alergi gue!"

"Padahal elo ... Jauh dikit, mini riysi? pulang telat dikit, udih gui bilingin piling iti biring gui! lah gitu mau sok-sokan!"
Raysa meniru ucapan Rayhan dengan nada mengejek membuat pemuda itu berdecak.

"Tau ah lu gak jelas!"

"Yeeee giliran gini aje malu-malu kocheng jijik gue liatnya bang!" Raysa tertawa keras merasa menang.

"Ya ... Ya ... Seterah lu aje lah." Rayhan terlihat muak ia kemudian mulai fokus memakan makanannya.

Percakapan dua adik kakak ini sedikit membuatnya tertegun, mungkin mereka bukan keluarga yang utuh tapi entah di dalamnya terlalu hangat sampai ia menunduk dan meneteskan airmata. bukan-bukan karna ia iri atau semacamnya hanya saja kehangatan itu terlalu membuat hati mungilnya tercelos seakan menertawai takdir hidup Cherly yang berdiri dengan kakinya sendiri saja tertatih-tatih ... Ia punya semua lengkap dari figur orangtua, kakak, adik kakek nenek, paman bibi-walaupun bukan kandung. tapi semua terasa asing dan berbeda, ia rasa ia bukan di rumah tapi tempat di mana ia memberi makan egonya bertahan lama agar ia bisa meraih mimpinya.

"Lo okey Cher?" Tanya Raysa khawatir.

Cherly buru-buru mengusap airmatanya yang mengalir kemudian tersenyum.
"Okey kok."

"Terus kenapa?" Tanya Rayhan ikut penasaran.

Cherly mengehembuskan nafas ringan kemudian berucap riang.
"Masakan lo enak banget syaaa hehehehe."

                          *******

.kak Arkan
Lo di mana? Papa cariin.

Sudah dua jam pesan itu terkirim dan tetap bertahan mengambang di pop up notifikasi. tak berniat membalas gadis itu hanya menghela nafas panjang. Entah ini sudah yang keberapa kali nya gadis itu menghela nafas seakan bebannya bertumpuk hingga ia tak sanggup sekedar mengungkapkan bahwa ia tidak baik-baik saja.

Cherly melepas ikatan rambutnya menyisirnya pelan dengan jemarinya, kemudian ikut bergabung dengan Raysa yang berada di atas kasur, gadis itu menarik selimutnya hingga sebatas ketiaknya.

"Lo kalo ada masalah cerita aja Cher." Raysa membuka suara gadis itu meneleng untuk melihat Cherly dari samping, Cherly belum mau membuka suara gadis itu bungkam.

Epilog tanpa prolog : From different way to same wayWhere stories live. Discover now