Setelah melepas helm nya Raysa lebih dulu melangkah lebar lalu pelukan hangat menyergap Cherly seolah melindungi dirinya.
"Gimana ada yang sakit? Ada yang luka? Dia apa-apain lo gak?" Pertanyaan bertubi-tubi itu membuatnya tertawa, apalagi dari tadi Raysa sibuk menelisir wajah Cherly dan memintanya memutar tubuhnya.
"Oke aman." Raysa bergumam.
"Ya ampun gue khawatir banget takut lo kenapa-napa!"
Cherly tertawa kecil meski mati-matian menahan gemetar yang menyerang tubuhnya.
"Yuk masuk dulu ganti baju lo masuk angin yang ada lo."
"Hatchu~" Cherly terlihat menggosok-gosok hidungnya yang terlihat memerah
"Kan baru juga di omongin!" Raysa tampak mengerutu, gadis itu merangkul tubuh Cherly membawanya ke dalam kamar.
"Lah terus gue gimana?" Rayhan terlihat kebingungan masih dengan posisi yang sama.
"YAELAH BANG UDAH GEDE JANGAN MANJA!!" Raysa berteriak, sepertinya masih mendengar suara Rayhan.
"Nasib-nasib."
Poor you Rayhan;)
*******
"Makan yuk? Gue dah masak!" Raysa muncul di depan kamar miliknya dan itu bertepatan Cherly hendak mendaratkan bokongnya pada kasur Raysa.
"Nggak deh syaa ... Gue gak ada tenaga."
Raysa menyerngit, "Gak ada ... gak ada! Pokoknya lo harus makan biarpun cuman sesuap!"
Dan disini lah Cherly berakhir ... Makan bersama kakak beradik serasa rival.
"Lagian udah gue bilangin gak usah juga ngeyel!"
"Ini juga karna lo ya bang!"
"Enak aja bawa-bawa gue ini kan jadwalnya elo!"
"Kan lo yang inget bang ... Ya lo yang beli lah! Masa gitu aja harus di ingetin sih?"
"Lah yang doyan siapa?"
"Elo!" Raysa tak segan-segan menjawab.
"Yang minum?"
"Elo!"
"Loh?" Rayhan mengangkat alis kanannya bingung.
"Loh?" Raysa juga ikut bingung.
"Lah piye?" Sambung Cherly.
"Yang langganan minum teh chamomile kan lo dan antek-antek lo yang selalu lo katain ... 'Masuk aja bikin-bikin apa kek anggep rumah sendiri' giliran habis noh adek dia yang di salahin!" Raysa menunjuk dirinya sendiri dengan bibir yang juga ikut maju.
"Kenapa harus Shin teyoung?"
"Ahh tau lah lu bang capek gue ngomong sama lu!"
"Ya udah kalo gitu besok Abang yang belanja."
"Nah gitu dong! Jadi Abang itu jangan patriarki! Pengertian dikit sama adeknya gitu loo." Senyum sumringah terpancar jelas dari bibir Raysa.
"Besok gue kirim sekalian list barang-barang yang habis ... Sama sekalian alat mandi ya bang ehh skincare gue juga habis deh kayaknya."
"Lo niat minta tolong apa porotin gue sih?"
"Dua-duanya ... Ehh tapi anggap saja sedekah lah biar pahala lo nambah!" Raysa mengambil piring Cherly yang telah berisi lauk itu di depan Cherly memudahkan gadis itu untuk menyantap makanannya.
YOU ARE READING
Epilog tanpa prolog : From different way to same way
Teen FictionAttention!!!⚠️ Dilarang keras memplagiat cerita ini ... Mohon kerjasamanya ;) Dunia tak lagi sama, mata yang dulu menatap dengan dalam entah mengapa tidak lagi mengerjab, tangan yang dulu kokoh kini tak lagi bertenaga, hanya air mata menjadi saksi...
11.Seperti luka namun tak berwujud
Start from the beginning
