Telinga Rasya jelas mendengar ucapan itu! Raysa mengangkat wajahnya di dapatinya wajah Dirga yang kini tersenyum kearahnya iris matanya terlihat menenangkan seperti samudra nyaris sedalam itu, jantung Raysa berdegup kencang seperti ingin lompat dari tempatnya.
"Yaudah gue pamit!" Putus Dirga kemudian bergerak melangkahkan dirinya canggung menyisakan Raysa yang termangu.
"Jangan lupa bayar biaya sarana- prasarana ke gue!" Teriak Dirga sesaat pria itu masuk ke dalam mobil.
"Eee satu lagi ... hati-hati kalo mau masuk rumah, gue takut lo nyungsep ... Secara lo kan ceroboh!" Terdengar Dirga tertawa kecil di sana.
Raysa menyerngit, "Sial–" mulai saat itu senyum Rasya berubah menjadi pulsa.
"Arghtt– bisa gila gue lama-lama!!" Gadis itu mencak-mencak menendang-nendang selimutnya kesembarang arah.
"Lagian hati gue lemah banget sih." Gerutunya sembari memegang dadanya yang terasa semakin berdebar tak karuan.
Gadis itu menggeleng "Gak gak mungkin ... gue gak mungkin baper ... gak akan pernah!"
Raysa mengamini ucapannya sendiri, takut jika ia bakal terjerumus masuk jauh kedalam sana, padahal dia juga sedang berusaha memulihkan segalanya.
*******
Dirga memukul stirnya kuat
"Sial ... sial ... Mulut gue asal nyaplok aja gilak gue!!" Pemuda itu kemudian mengacak-acak rambut miliknya frustasi.
"Gue tadi pas ngeliat langit otomatis mulut gue ngomong gitu," Alibinya pada diri sendiri.
"Iya ... bener banget!" Pemuda itu menepuk tangannya satu kali, kemudian mengangguk-angguk setuju pada omongannya sendiri.
Dirga kemudian melangkah keluar dari mobil dengan santai seolah tak ada yang terjadi. Ia mulai berjalan masuk ke dalam rumah, Dirga melihat mobil putih masuk ke dalam perkarangan rumah miliknya, setahu Dirga tidak ada mobil berwarna putih di rumahnya apa mobil kantor mama? Dirga menyerngit takala mamanya turun dari mobil itu.
"Mama?" Dirga menghampiri mawar yang tampak berjalan tergesa-gesa masuk ke dalam rumah.
"Ma? tumben pulang cepet ma ... urusan kantor udah kelar?" Tak di gubris wanita paruh baya itu tetap melangkah kan kakinya tanpa melirik ke arah Dirga.
"Ma ... mama kok diem gini sih? Dirga ada salah ya sama mama?" Dirga tak menyerah ia ikut menyusul mawar menaiki tangga, hingga lorong menuju kamar wanita paruh baya itu.
"Maa, mama gak makan dulu?" Tawar Dirga, masih tak ada jawaban.
"Ma ...." Dirga menahan lengan mawar membuat wanita paruh baya itu menghentikan langkahnya.
"Kamu kenapa Dirga? Mama capek, mau istirahat. kamu gak bisa ngertiin mama ya?!" Bentak mawar Dirga melepas tangan mawar, pemuda itu tak menyerah ia kembali mencari topik pembicaraan.
"Potongan rambut mama baru ya?" Dirga menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Katanya gak mau potong rambut ... ee tapi bagus kok ...." Dirga menampilkan dua jempolnya ke arah mawar, dengan senyum tengil khas miliknya.
Mawar memegang rambutnya kemudian menatap Dirga ketus. "Mama mau istirahat jangan ganggu!"
Dan—blamm
Pintu kamar mawar tertutup rapat, Dirga menghembuskan nafas gusar, ia melangkah kan kakinya menuju ruang makan, makan mungkin sedikit membantu otaknya untuk berfikir. di sana terlihat Angel tengah menyantap salad dengan tenang.
"Dih kakaknya belom makan malahan adeknya enak-enak di sini gak ajak kakaknya," Dirga mengambil tempat di sebelah Angel, gadis remaja itu mendengus. Sepertinya Dirga lupa sudah menghabiskan satu piring steik tadi;v
KAMU SEDANG MEMBACA
Epilog tanpa prolog : From different way to same way
Teen FictionAttention!!!⚠️ Dilarang keras memplagiat cerita ini ... Mohon kerjasamanya ;) Dunia tak lagi sama, mata yang dulu menatap dengan dalam entah mengapa tidak lagi mengerjab, tangan yang dulu kokoh kini tak lagi bertenaga, hanya air mata menjadi saksi...
08.Penuh tanya
Mulai dari awal
