"Lih siapa juga yang geer?"

"Muka lo malu gitu kok."

"Gak ngapain malu kan lo yang minta?"

"Pasti lo baper di mintain nomor sama cowok seganteng gue."

"Amit-amit."

"Amin-amin."

"Apaan sih Lo?"

"Gak gue gak kenapa-napa."

"Berisik udah sana pulang ngerusuhi rumah gue lo!"

"Nanti kangen."

"Suka ya lo sama gue?" Tuding Raysa.

"Suka sama lo? Yang ada bikin darah tinggi, yang ada gue stroke!"

Raysa menahan kekesalannya yng sudah berada di ujung tanduk.

"Udah-udah sana pergi gak lo!" Rasya mengangkat sendal nya tinggi siap untuk di lempar ke kepala Dirga.

"Galak amat mbak!"

"Bodo."

Dirga tertawa kecil kemudian menatap Raysa dengan tatapan serius.

"Soal yang lo tanyain ke gue ... Kayaknya lo perlu jaga diri bukan gue mau berpikiran buruk, tapi ada baiknya kita jaga-jaga kalo ada apa-apa yang mengganjal cerita sama gue."

"Harus banget ya lo tau?" Pemuda itu menyerngit tapi ia tetap menetralkan air wajahnya.

"Emang semua tentang lo gue gak harus tau, tapi kali ini ... Gue rasa gue ada hubungannya dengan yang lo tanyain ke gue." Dirga tersenyum.

"Sebisa mungkin gue jaga diri, lo juga jaga diri lo, gue tau lo se-mandiri itu sampe semua hal gak butuh bantuan but, izinin gue buat bantu lo bisa?"

Raysa tertegun bingung harus menjawab apa, Dirga maju selangkah kemudian bergerak menepuk pelan kepala Raysa pelan nyaris seperti mengelus.

Raysa refleks memundurkan tubuhnya membuat jarak diantara mereka, gadis berhijab itu menundukkan kepalanya.

"Lo-lo ngelewatin batas lagi," Lirih Raysa

"Eee sorry-sorry!" Pemuda itu tersadar dengan tindakannya cepat-cepat memalingkan wajahnya kemudian tertawa kecil.

Angin berhembus kencang terasa mengigit, burung-burung berterbangan berkeok-keok membelah langit, langit sore kini telah menyingsing berganti langit yang mulai menggelap dengan bintang yang menggantung indah, cahaya bulan tampak bersinar meski sedikit redup.
Sangat kontras dengan suara adzan yang mengalun indah menyambut Maghrib.

Raysa menutup matanya menjawab bait demi bait yang di kumandangkan dengan khusyuk, Dirga menyergit heran kemudian ikut menutup matanya meski ia  uga tak paham apa yang sedang di lakukan Raysa. Setelah azan selesai gadis itu menyatukan kedua tangannya kemudian berdo'a ia kemudian mengusap wajahnya panjang sambil menghembuskan nafas.

Dirga menatap Raysa sedikit heran masih bingung dengan aktivitas yang dilakukan gadis itu sebelum ia di curigai ia mengalihkan pandangannya berpura-pura ikut mengusap wajahnya. Kecanggungan meliputi keduanya, Dirga berdehem lalu mendongakkan pandangannya pada langit. Rambut hitam legam miliknya sedikit tertiup angin, pemuda itu tersenyum.

"The moon is beautiful isn't it?"

"Hah?" Tanya Raysa.

"Hah?" Dirga juga tampak terkejut kemudian menatap Raysa salah tingkah.

Epilog tanpa prolog : From different way to same wayWhere stories live. Discover now