"Mabok visualnya bang Dirga gue kiw!"
Nadia semakin menjadi-jadi.
Dirga menggelengkan kepala sembari tertawa kecil kemudian menjalankan mobilnya, ia membunyikan klakson mobilnya untuk berpamitan lalu mobil milik nya ikut bergabung bersama pengendara-pengendara lainnya, dengan kecepatan sedang.
"Lo betulan gak papa nih?" Tanya Dirga melihat Raysa dari kaca depan. gadis itu menggeleng, Dirga menyerngit tapi ia kembali acuh dan meneruskan aktivitas nya.
Raysa memilin ujung bajunya matanya bergerak tak tenang ia ingin bertanya tapi urung entah mengapa terasa berat sekali ... Sedangkan beribu-ribu pertanyaan berdesakan ingin di keluarkan.
Gadis itu menghembuskan nafas berat kemudian menggeleng, okey... ini yang akan terlibat bukan hanya Dirga, tapi juga dirinya jika ia tak tahu dia sendiri kan yang kesusahan? akhirnya ia memutuskan untuk membuka suaranya.
"Lo-lo punya musuh?"
Dirga menyerngit "Maksudnya?"
Raysa merutuki dirinya.
"Eee ralat maksudnya orang yang gak suka sama lo atau sama keluarga lo mungkin?"
Dirga tampak berfikir pemuda itu mengangkat bahunya, "Gue rasa gak ada sih ... Buktinya gue sehat sampe dunia hari ini."
"Hubungannya dengan sehat apaan dah," gumam Raysa.
Akhirnya Raysa hanya ber-oh ria, ia juga bingung jika Dirga berkata begitu akhirnya ia memutuskan untuk menutup mulutnya kembali padahal ia masih ingin bertanya lebih lanjut perihal tadi.
"Lo khawatir ya sama gue?" Selidik Dirga.
Raysa mendengus "lih pede amat lu!"
"Gak usah khawatir ... seorang Dirga ini mah Ultramen biasanya juga jaga bumi." Raysa membuka rahangnya lebar, ia menutup rahangnya cepat kemudian menyahut.
"Kalo gue sih aslinya bidadari cuman selendang gue gak ketemu-ketemu jadi gue masih ada di bumi, bantu gue temuin dong?" Kali ini Dirga yang di buat tertawa hingga matanya menyipit.
"Halu mulu deh perasaan," ucap Dirga di sela tawanya.
"Lo juga halu kali mana ada Ultramen di dunia nyata?" protes Raysa, entah mengapa obrolan nyeleneh kali ini membuatnya melupakan spekulasi-spekulasi yang sempat membuat nya overthinking.
"Ada buktinya gue!" ucapan Dirga membuat Raysa tertawa.
Dirga berdecih "Lo juga! emang punya bukti kah kalo lo titisan bidadari?"
"Gue cakep ya karna gue titisan bidadari!" celetuk Raysa gadis itu tertawa lebar ia memukul-mukul pahanya geli karna ucapan sendiri.
Dirga melihat tawa yang penuh itu dari kaca depan, dunia terasa berhenti sejenak terlihat tawa itu lepas tanpa beban. Mata Raysa juga tampak menyipit degan pipinya yang ikut bersemu, sangat kontras dengan cahaya lembut sore yang menembus masuk lewat jendela mobil.
Entah mengapa ia merasa telinganya memanas di tambah pipinya terasa seperti terbakar, sudut bibirnya terangkat tipis dan jantungnya benar-benar berdetak keras sangat keras, hingga ia yakin jika gadis berhijab itu mungkin bisa mendengar kannya juga–
*******
Raysa menggulingkan tubuhnya di kasur kesana-kemari perutnya kembali terasa bergejolak, entah karna sakit atau karna perkataan sejam lalu yang membuatnya entah harus berekspresi apa.
"Minta nomor lo!" Dirga tampak menyodorkan handphonenya pada Raysa, gadis itu menyerngit bingung tapi ia tetap memasukkan nomor nya di sana.
"Gak usah geer lo!" Semprot Dirga tiba-tiba Raysa membuka rahangnya lebar Dirga kemudian menarik handphone nya.
YOU ARE READING
Epilog tanpa prolog : From different way to same way
Teen FictionAttention!!!⚠️ Dilarang keras memplagiat cerita ini ... Mohon kerjasamanya ;) Dunia tak lagi sama, mata yang dulu menatap dengan dalam entah mengapa tidak lagi mengerjab, tangan yang dulu kokoh kini tak lagi bertenaga, hanya air mata menjadi saksi...
08.Penuh tanya
Start from the beginning
