Cherly menangkup muka Raysa dengan kedua tangannya menatap tulus mata Raysa, kemudian menghapus air matanya yang semakin bercucuran.
"Lo percaya sama gue, gue bakal bantu lo keluar dari trauma itu oke? Ada gue disini!" Raysa malah semakin terisak ia memeluk tubuh Cherly kuat.
"Bantu gue Cher ... gue harap gue bisa sembuh secepatnya."
*******
Cherly melangkahkan kakinya keluar dari ruangan Raysa setelah memastikan gadis itu telah tertidur, manik matanya menelusuri rumah sakit mencari sosok yang dari tadi terus memenuhi kepalanya.
Gadis berambut sebahu itu terus melangkah kakinya sampai ia melihat pemuda itu ... Yang kini tengah duduk di cafetaria rumah sakit, jujur ia gugup sekali! Namun ia harus bisa membaca keadaan, sudah cukup penderitaan Raysa ia tak ingin kejadian-kejadian yang sama terus terulang dengan orang yang berbeda.
Cherly mengontrol air wajahnya kemudian mendekat kearah Dirga, dia yang gugup itu membuat otaknya blank jadi tangannya bergerak cepat mengambil handphone Dirga, merasa terusik pemuda itu mengangkat wajahnya.
"Ada masalah lo?" Ucap Dirga kaget bercampur kesal.
Cherly mendecak tak suka, meski berbanding terbalik dengan hatinya di buat berdebar takut tak karuan, Dengan sisa-sisa keberaniannya ia menatap Dirga penuh perhitungan.
"Gue tau lo yang belikan barang-barang yang sekarang ada di meja nakas ruangan Raysa kan?"
Dirga menautkan kedua alisnya bingung
"Gimana-gimana? Gue gak ngerti ucapan lo."
"Barang-barang yang sekarang di ruangan Raysa itu lo yang beliin kan?"
Dirga kini berusaha mencerna apa yang di katakan gadis itu, kemudian menjawab "Owh itu, Gue di suruh Rayhan."
Cherly memicing curiga "Bohong!"
"Emang gue di suruh Rayhan," Dirga menjawab tenang.
"Rayhan tau kalo Raysa gak suka coklat dan di situ banyak sekali coklat!" Jelas Cherly.
"Kalo gak suka kan tinggal di sisihkan aja, atau kasih orang yang mau, masalah begitu aja mau di ributin." Dirga menjawab santai.
"Dan juga gue cuman ikut perintah, lagian lo siapa nya Raysa sih mau ikut campur urusan ini?" lanjut Dirga.
"Wah." Cherly terperangah.
"Gue sahabatnya kalo lo mau tau, sampe lo macam-macam sama dia lo yang bakal dapat bagian dulu!" Lanjut Cherly menatap Dirga jengah.
Cherly melanjutkan kata-katanya
"Dan satu lagi bukan sekedar gak suka, dia punya something yang buat dia histeris kalo lihat coklat."
Dirga menghembuskan nafas berat, sudah cukup salah pahamnya jujur saja Dirga tak tau apa-apa soal itu lalu dirga menjawab pendek "Iya itu inisiatif gue, sorry gue gak tau."
"Bukan gue yang butuh maaf lo," Cherly semakin mendekatkan tubuhnya ke arah Dirga.
"Minta maaf secara personal ke Raysa, kalo udah gak ada urusan, stop bantuin Raysa dalam bentuk apapun gue rasa lo paham ucapan gue."
Cherly kemudian berjalan meninggalkan Dirga pemuda itu mengacak-acak rambutnya kesal.
"Gue cuman mau balas budi anjirr malah jadi gini sih?"
Di sisi lain Cherly berteriak keras di lorong rumah sakit yang terlihat sepi dadanya berdebar hebat.
"DARI DEKET KEGANTENGANNYA BERTAMBAH MAKSIMAL NJIRR ... BISA GILAK GUEEEE!!!!"
YOU ARE READING
Epilog tanpa prolog : From different way to same way
Teen FictionAttention!!!⚠️ Dilarang keras memplagiat cerita ini ... Mohon kerjasamanya ;) Dunia tak lagi sama, mata yang dulu menatap dengan dalam entah mengapa tidak lagi mengerjab, tangan yang dulu kokoh kini tak lagi bertenaga, hanya air mata menjadi saksi...
06.Him again?
Start from the beginning
