"Lo salah jalan noh mobil gue di sebelah sana!" Tunjuk Dirga sembari membunyikan mobilnya dari kunci miliknya. Raysa merutuki dirinya ... Astaghfirullah!!!
*******
Keduanya sudah berada di dalam mobil sekarang, Raysa duduk di kursi penumpang tak membiarkan kejadian yang lalu terulang lagi.
Tidak ada percakapan disana Dirga fokus menyetir, sedangkan Raysa menutup matanya sembari meremas perutnya yang terasa semakin sakit.
Diam-diam Dirga mencari literatur di internet tentang cewek datang bulan. ia tau noda tadi bukan sekedar noda biasa , makanya ia mencoba search mulai dari peralatan, cara menenangkan, dan apa yang di sukai para cewek jika Datang bulan. Pemuda itu sedikit melirik wajah Raysa dari kaca. Jujur saja ia juga bingung harus apa sekarang.
"Kita ke rumah sakit sekarang ya?" Ucap Dirga, Raysa menggeleng kuat.
"Gak usah lo anterin gue ke rumah aja."
"Tapi muka lo pucet gitu–" Raysa berdecak ia kembali menutup matanya.
"Oke," putus Dirga.
Netra hitam milik Dirga menangkap toko swalayan yang tak jauh dari mobilnya, ia segera kesana.
Pemuda itu melepas sabuk pengamannya, kemudian turun dari mobilnya.
"Gue keluar bentar jangan kemana-mana," Ucap Dirga di angguki cepat oleh Raysa tanpa membuka matanya.
Selang berapa lama ... pemuda itu telah kembali dengan tas belanja besar yang terisi penuh, kemudian ia menaruh barang-barang itu di kursi belakang.
Dirga kembali ke kursi pengemudi, melirik kaca yang memperlihat Raysa yang sedang tertidur pulas, membuat pemuda itu menarik sudut bibirnya.
"Good girl."
*******
"Udah sampai," Ujar Dirga pelan. gadis berhijab itu membuka matanya perlahan.
"Ya ampun sorry gue malah kelepasan tidur di mobil lo!" Gadis itu mengelap sudut bibirnya takut jika dia ngeces di sana, Dirga tertawa kecil.
"Gak usah takut, udah banjir tuh dari tadi!" Entah perkataan itu untuk siapa yang jelas perkara itu membuat Raysa bertambah kesal. Pemuda itu turun dari mobilnya kemudian membukakan pintu untuk Raysa.
Raysa turun dari mobil Dirga perlahan, kemudian berjalan dengan sedikit tertatih ia hampir terjatuh saat masuk ke teras rumahnya. Dirga menahan tubuh Raysa, gadis itu dengan cepat menarik tubuhnya.
"Gue bisa kok!" sentaknya.
Dirga hanya menggeleng pelan, membiarkan gadis keras kepala itu berjalan sendiri.
Dirga hampir lupa! Ia mengambil barang-barang yang telah ia beli tadi di dalam mobil kemudian membawanya ke dalam rumah ia menyerahkannya tas belanja itu pada Raysa.
Gadis itu menyerngit bingung.
"Titipan dari Abang lo," kata Dirga bohong. Gadis itu hanya ber-oh ria, kemudian ia beralih kepada Dirga.
Jujur ada perasaan campur aduk di sana, tapi ia harus bicara sekarang.
"Iya gak papa, sama-sama ... gak usah sungkan-sungkan sama gue," Ucap Dirga santai.
Padahal Raysa belum mengatakan apapun tapi–
"Yaelah jangan merasa bersalah gitu, emang gue baik dari Sononya!" Raysa menggeleng kepalanya takjub bisa-bisanya?
"Soal jaket lo bentar gue kembaliin setelah gue cuci, beneran gue gak tipu," ujar Raysa tak enak, Dirga terkekeh pelan.
"Iya terserah lo mau kembaliin kapan, asal jangan di jual aja kan untung di elo rugi di gue!" jawab Dirga nyeleneh.
"Yaudah lo boleh pulang," kata Raysa kembali ke stelan awal.
"Lah Lo ngusir gue nih?" Ucap Dirga.
"Ya iyalah ngapain lo lama-lama di rumah gue ...."
"Mau ngerampok ... ya kagak lah! Yaudah Gue pamit pulang!" Dirga berjalan cepat menuju mobilnya, tapi entah mengapa ia tetap diam tak menjalankan mobilnya, perasaan nya tak enak.
Setelah beberapa lama menunggu, ia berniat mengecek keadaan Raysa sebelum ia benar-benar pergi. Ia membuka pintu depan rumah Raysa yang tak terkunci, mata pemuda tampan itu membulat.
"RAYSA?!"
*******
What's going on?!
Apakah Raysa jadi sumala?
Hihihii tunggu aja kelanjutannya.
Yang gak follow jodohnya Walid❤️🤭
Kuyy follow karna sebagian part bakal di private 😌🙏
to be continued💃
See you soon bubay💅
YOU ARE READING
Epilog tanpa prolog : From different way to same way
Teen FictionAttention!!!⚠️ Dilarang keras memplagiat cerita ini ... Mohon kerjasamanya ;) Dunia tak lagi sama, mata yang dulu menatap dengan dalam entah mengapa tidak lagi mengerjab, tangan yang dulu kokoh kini tak lagi bertenaga, hanya air mata menjadi saksi...
05.Bad day
Start from the beginning
