*******
Raysa berusaha fokus mendengar materi dari dosen yang menjelaskan di depan, entah mengapa penglihatannya sedikit mengabur, ia juga memegangi perutnya yang terasa keram, pinggangnya juga sedikit pegal. Gadis cantik itu berusaha meneguk minuman yang tadi sempat dia beli di kantin dengan tangan sedikit tremor.
'Gue kenapa?' Batinnya pada diri sendiri.
'Apa sudah masuk tanggal ya?' Monolognya lagi, ia memeriksa tanggal astaghfirullah kenapa ia bisa lupa?
Gadis itu segera mengangkat tangannya untuk meminta izin, setelah di izinkan gadis itu keluar menuju kamar mandi dengan tetap memegangi perutnya.
Raysa menghembuskan nafas berat saat melihat tangga panjang.
Ya, gadis itu perlu melewati beberapa tangga untuk menuju ke kamar mandi.
'kenapa mesti bertangga tangga sih?' Batinnya kesal. Meski menggerutu tetap saja gadis cantik itu menuruni tangga satu persatu dengan perlahan.
Raysa sama sekali tak menyadari Dirga yang tengah berjalan di sampingnya, sampai Dirga menarik tangannya kemudian memojokkan dirinya ke dinding membuat dirinya berteriak tak santai.
"Lo apa-apaan sih!?" Ucapannya terhenti takala pemuda itu melepas jaketnya kemudian ia mendekatkan ke arah Rasya.
"Lo-lo mau ngapain–" cicit Raysa mulutnya mengelu.
Pemuda tampan itu menghembuskan nafas berat, kemudian mengalungkan tangannya pada pinggang Raysa untuk mengikatkan jaket di sana, aroma maskulin bercampur tropical menguar di hidungnya. Raysa mematung sedetik kemudian mendorong tubuh Dirga untuk menjauh.
"Lo-lo ngerti batasan gak sih?!" Ucap Raysa keras meski saat ini ia benar-benar tidak bisa menatap lawan bicaranya.
"Oke-oke, gue salah udah pegang-pegang lo." Pemuda itu mengangkat kedua tangannya.
"Tapi tadi gue lihat ada noda di baju lo, emang ketutupan sama hijab lo, tapi warna baju lo cerah jadi keliatan jelas."
Jelas Dirga panjang lebar, dia tak ingin di sangka mesum karna telah membantu menutupi noda gadis berhijab itu.
Skakmat!
Ia tak bisa berkata apa-apa! Malu? Jelas mukanya sekarang mungkin sudah seperti kepiting rebus yang sedikit mengeluarkan asap tipis.
Gadis itu mengatakan apapun ia melangkah gontai untuk kembali ke kelasnya.
"Gue antar lo pulang," Putus Dirga, gadis itu masih tak menjawab dan tetap melangkah kan kakinya.
Dirga menghembuskan nafas pelan berusaha santai, mau tak mau ia menarik Raysa untuk ikut bersamanya.
"Gue masih ada kelas!" ucap Raysa ketus sembari menarik tangannya.
"Gue tau lo sakit ... jangan pura-pura," Ucapnya menunjukkan tangan Raysa yang sedari tadi memegang perutnya.
Raysa menyembunyikan tangannya di belakang tubuhnya menegakkan badannya, sembari menggeleng polos.
Astaga! Dirga baru saja berhadapan dengan siapa sih? Kenapa Raysa terlihat menggemaskan sekarang? Ehh— pemuda tampan itu menggeleng kepalanya.
"Pulang ato gue gendong lo?" Tanya Dirga akhirnya, Raysa menggeleng kepalanya kuat. Huaaaa— bunda tolongin Raysa.
"Gue ambil tas dulu–"
"Itu nanti dulu, bisa di atur sekarang lo pulang dulu ya?" Ucap Dirga lembut.
Raysa menggeleng takjub impresif!
Setelah terdiam lama akhirnya— gadis itu mengangguk pasrah, sebelum ia benar-benar di gendong dengan pemuda itu. Raysa melangkahkan kakinya cepat menuju parkiran. tak membiarkan Dirga berjalan sejajar dengannya.
YOU ARE READING
Epilog tanpa prolog : From different way to same way
Teen FictionAttention!!!⚠️ Dilarang keras memplagiat cerita ini ... Mohon kerjasamanya ;) Dunia tak lagi sama, mata yang dulu menatap dengan dalam entah mengapa tidak lagi mengerjab, tangan yang dulu kokoh kini tak lagi bertenaga, hanya air mata menjadi saksi...
05.Bad day
Start from the beginning
