"Lo gak boleh lagi pegang-pegang cewek sembarang dan jarak kira berbicara usahakan sejauh 3 meter ... ingat kita bukan mahrom, siapapun selain keluarga kandung lo itu bukan mahrom lo, oke gue rasa gak ada yang mau di bicarakan lagi gue pamit Assalamualaikum ...."
Belum jauh Raysa pergi dari Dirga, Gadis berhijab itu terjatuh terselip gamisnya, dengan cepat wajahnya mencium tanah air.
"Bwahahahaha!!" tawa kontan membahana semua pasang mata yang melihat itu tak bisa menahan tawa mereka, bahkan Dirga di buat menahan tawa, dengan aksi Raysa.
Sial—gadis itu mengumpat tertahan, jujur dia sangat malu! Bunda selamatin Raysa!! huaaa–
Dirga segera menghampiri Raysa, wajah gadis itu kini telah memerah seperti tomat siapa saja yang melihat itu pasti tau jika gadis itu sedang menahan malu.
Pemuda tampan itu membantu Raysa berdiri, Raysa dengan kasar menepis tangan Dirga.
"Gak usah, makasih!" Tolaknya lalu segera berdiri, Raysa mencangklong kan tootbag nya kembali sembari menepuk-nepuk debu yang sedikit menempel di gamisnya.
"Gak usah judes-judes jadi cewek," Ujar Dirga, gadis berhijab itu mendengus.
"Suka-suka gue lah!" Ketus Raysa kemudian melangkahkan pergi meninggalkan Dirga.
Raysa segera berlari mencari keberadaan Cherly, gadis itu ternyata tidak menunggunya , dia malah asik makan cimol di bawah pohon sambil nonton drama kesukaannya.
"Lo kok gak tungguin gue sih?!" ucap Raysa memukul bahu Cherly, membuat cimol yang ingin masuk ke mulut Cherly malah jatuh ke tanah.
Cherly menarik nafas panjang sebelum menjawab Raysa, "lagian lo lama kali, jadi gue nunggu lo di sini."
"Eeee—" ucapan Cherly terhenti takala ia melihat air mata yang mengalir di kedua pipi Raysa.
"Syaa?"
"Huaaaa— gue maluu bangett cher!!"
Raysa just a girl:)
*******
"Bwahahahaha— lo astajim lo hahahaha!" tak ada habis-habisnya Cherly menertawai Raysa, setelah ia menceritakan asal muasal kenapa tiba-tiba dia ngecry.
"Kan gue cerita ke lo bukan ngeringanin beban, yang ada lo malah ngeledekin gue habis-habisan!" bibir gadis itu mengerucut sebal, ia menghapus air mata yang masih tersisa di sana.
"Lo ukhti gak ada feminim-fenimimnya njirr, malah ngebadut lagi di sana," Cherly tertawa lagi.
"Gue kesel banget ya ampunn! ... kenapa coba pake acara tolongin gue segala! muka gue mau taro dimana? Cher tolongin–" Raysa menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Yaudahlah santai, palingan besok-besok juga pada lupa tu orang-orang, secara lo kan beda fakultas," kata Cherly berusaha menenangkan.
"Lupa sih lupa, gue yang jadinya malu buat jalan ke kampus lagi!" Membayangkan betapa banyaknya mahasiswa yang menyaksikan kejadian itu membuatnya kembali menutup matanya.
"Pejamkan mata bayangkan muke Walid," bisik Cherly.
"Ahh sialannn lo!" Raysa akhirnya berdiri dari kursi.
"Eee calon ustadzah kok gitu ngomong nya?" goda Cherly.
"Bodo amatt!" Semprot Raysa kemudian pergi meninggalkan Cherly.
"Lahh gue di tinggal sendiri?" Teriak Cherly pada Raysa yang semakin menjauh, Raysa hanya mengangkat jempolnya sebagai jawaban.
"Jangan tinggalkan aku Dinda~"
Cherly menyusul Raysa cepat, sebelum gadis itu berubah menjadi sumala.
YOU ARE READING
Epilog tanpa prolog : From different way to same way
Teen FictionAttention!!!⚠️ Dilarang keras memplagiat cerita ini ... Mohon kerjasamanya ;) Dunia tak lagi sama, mata yang dulu menatap dengan dalam entah mengapa tidak lagi mengerjab, tangan yang dulu kokoh kini tak lagi bertenaga, hanya air mata menjadi saksi...
05.Bad day
Start from the beginning
