Attention!!!⚠️ Dilarang keras memplagiat cerita ini ... Mohon kerjasamanya ;)
Dunia tak lagi sama, mata yang dulu menatap dengan dalam entah mengapa tidak lagi mengerjab, tangan yang dulu kokoh kini tak lagi bertenaga, hanya air mata menjadi saksi...
Raysa berdecak mengingat percakapan dirinya dan abangnya berapa jam yang lalu, realitanya gadis itu tengah merutuki dirinya, harusnya ia menanyakan dulu di mana fakultas penuda itu, agar dia tak berputar-putar mengelilingi kampus sebesar ini sedari tadi.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Ilustrasi gambar kampus Raysa.
"Raysa!" panggil seorang gadis berambut sebahu, aura ceria tampak terpancar di kedua matanya.
"Lo ngapain di sini?" tanya gadis itu bingung, melihat Raysa yang sepertinya terlihat begitu lelah.
"Haus ... gu-gue butuh minum!" Raysa berjalan sempoyongan ke arah kursi yang di sediakan di depan kampus.
"Yaudah-yaudah, lo bawa minum?" Tanya gadis itu, Raysa menggeleng lemah.
"Ya ampun Munaroh!! ya uding nih!" Gadis berambut sebahu itu menyodorkan Tumblermiliknya, sesaat Tumbler berisi air itu telah kandas isinya, gadis itu menggeleng takjub.
"Lo anomali apa lu, buset?"
Raysa cengengesan. "Oke gue siap lanjut sekarang!" Ucapannya langsung berdiri dari tempatnya.
"Sama-sama Cherly yang paling cantik dan baik hati!" Sindir gadis berambut sebahu itu.
"Terimakasih Cheryl ... oke sekarang lo temanin gue!" Tarik Raysa tanpa perasaan membawanya kembali ke dalam gedung.
"Temanin kemana sih?"
"Kembaliin ni ... barang ini," Tunjuk Raysa pada paperbag yang di tentengnya.
"Ke siapa anjirr, dari tadi perasaan gue lihat lo muter-muter mulu, jangan ajak gue ahh kalo gak jelas tujuannya!"
"Lo teman apa manekin sih? gak ada gunanya, manekin di pajang aja ada yang naksir!" ucap Raysa masih terus menyeret Cherly.