Dirga membuang pandangannya pada angin kosong di depannya sampai ekor matanya menangkap beberapa pria mengangkat peti mati Jonny untuk di kebumikan, Dirga tak bisa menahan tangisnya, pemuda itu berlari mengejar peti papanya.

"Berhenti! Papa gue belum mati! Papa gue masih hidup keluarin!"

Beberapa bodyguard segera menahan tubuh Dirga agar tak mengacaukan proses pemakaman, Dirga meninju salah satu bodyguard, namun pemuda itu berhasil di bekuk.

"Tolong ga sadar ikhlasin!" Robert paman Dirga langsung memeluk tubuh Dirga pemuda itu masih memberontak sembari berteriak teriak marah.

"Dirga, papa kamu udah tenang di sana, jangan memperkeruh keada–"

"Jaga ucapan lo! Papa gue belum mati!"

Bugh!
Satu Bogeman mentah mengenai wajah Robert.

"Udah ga!" Suara lembut itu menghentikan pergerakan Dirga, Nafasnya memburu matanya memerah menahan amarah, ia memeluk tubuh Bella erat sembari terisak.

"Gue mau papa ...."

                             *******

Setelah kejadian yang menyedihkan itu keluarga mereka terlihat suram, mawar tak lagi secerewet biasanya, Dirga sering menatap kosong tanpa arah, Angel juga sering menangis dalam diam gadis remaja itu sedih dengan nasib keluarganya yang sangat-sangat terpukul.

Sudah beberapa hari ini mawar tak mau makan, wanita paruh baya itu seperti tak memiliki semangat hidup, ia terus menyalahkan dirinya atas meninggalnya mediang suaminya.

"Udah maa ... ini bukan salah mama." Angel menangis ia menundukkan kepalanya sakit, itu yang ia rasakan sekarang.

"Udah ya ma ...." lirih Bella ikut menenangkan mawar, wanita paruh baya itu menggeleng dengan air mata yang berlinang deras.

"Disini sakit ... sakit banget jel, bell sakit banget!" Mawar memukul dadanya keras, Bella dengan tempo menghalau gerakan tangan mawar yang mulai tanpa kendali.

Angel memeluk tubuh mamanya erat.
"Maaa ... doain yang terbaik buat papa ya? Jangan sedih begini terus ... Angel sayang mama ...."

                             *******

Hosh ... hosh ... hosh ...
Nafas pemuda itu memburu, keringat tipis mulai bermunculan di sekujur tubuhnya, disusul butiran bening menetes pelan dari kelopak matanya, kejadian itu ... kembali menghantuinya, papa?

Dirga memijit pelipisnya yang terasa pening, matanya teralih pada jam yang terletak pada meja nakas, menunjukkan pukul 16.30 sudah berapa lama ia tertidur?

Dirga menggeleng pelan, kemudian menarik tubuhnya untuk berdiri ia melangkahkan kakinya menuju balkon kamarnya, memperlihatkan suasana kota yang padat, tanpa henti kendaraan terus berlalu lalang, pemuda tampan itu menghembuskan nafas pelan, sembari tangannya memegang tiang pembatas balkon berusaha menenangkan pikirannya yang berkemelut

"Lo dah bangun ga?" Suara yang amat ia kenali itu menyusup di indra pendengarannya, gadis itu langsung memeluk tubuh Dirga erat, pemuda itu berdehem keras sembari melepas tangan Bella yang telah terlingkar rapi di pinggangnya.

Epilog tanpa prolog : From different way to same wayWhere stories live. Discover now