Dirga menarik nafas dalam kemudian membuka kain yang menutup wajah ayahnya, ia kembali meneteskan air mata.

Pria paruh baya itu tak bergeming, wajahnya Pucat tak di aliri darah, bibirnya menyunggingkan senyum seolah ia telah pergi dengan tenang.

Dirga mengusap kasar air matanya.
"Papa! Papa udah janji bakal lihat Dirga lulus di jurusan hukum buat bela orang-orang yang gak bersalah! papa udah janji bakal ngerayain ulang tahun Angel pas papa udah sembuh! ... mana pa ... papa udah janji! bangun pa!" Dirga mengguncang tubuh papanya yang semakin membiru, pemuda itu meremas kuat pinggiran brangkar menahan sesak di dadanya.

Semua yang mendengar itu tak bergeming, tak juga berniat menghentikan aksi Dirga seakan ikut merasakan penderitaan yang sama.

"Udah ikhlasin ya ga ...." Suara lembut itu menyusup pada indra pendengarannya, Dirga membalikkan tubuhnya, kemudian memeluk tubuh ramping gadis itu.

"Bell gue ga bisa tanpa papa." Tangisnya pecah, Bella membalas pelukan Dirga sembari mengusap lembut punggung Dirga berusaha menenangkan nya.

"Papa lo bakalan lebih sedih kalo lo sedih gini ... udahan ya nangisnya."

Dirga mengeratkan pelukannya, menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher Bella.

"Jangan tinggalin gue bell ... gue butuh lo," ucap Dirga serak.

"Gue gak akan tinggalin lo."

Tak jauh dari sana seseorang tengah tersenyum penuh kemenangan di balik maskernya.

                           *******

Suasana rumah duka terlihat mencengkam, mawar mama Dirga telah pingsan berkali-kali, dan ketika terbangun ia akan terus meracau.
Mata Dirga masih sembab Karna tangisnya, Angel juga tak bisa menahan air matanya sembari terus memeluk tubuh mawar yang terlihat amat rapuh.

Semua orang berbondong-bondong meletakkan karangan bunga di sana terlihat orang-orang ber stelan jas datang untuk memberikan penghormatan terakhir, salah satunya Denis sahabat papa Dirga, pria itu malah memberikan buket bunga pada mawar.

Pria itu berjongkok di depan mawar, merubah posisi mawar untuk menghadap kearahnya.

"Jangan bersedih terus mawar, Jonny tak akan tenang kalo kau seperti ini." pria paruh baya itu menyelipkan rambut mawar ke telinganya lembut tak ada reaksi dari mawar, wanita paruh baya itu terus saja meracau.

Angel menatap Denis jengah bisa-bisanya di keadaan seperti ini pria tua itu ... hiss, Angel menarik tubuhnya ibunya kembali kedalam pelukannya.

"Owhh santai little girl aku tak akan memakan ibu mu!" Ucap Denis tertawa kecil sembari mengacak rambut Angel.

Pria paruh baya itu berdiri, meninggalkan keduanya di situ.

Bella terlihat baru datang ke tempat ini ia meletakkan buket bunga di depan peti Jonny lalu berdoa, Dirga hanya menatap kosong ke depan.

Bella bergerak ke arah Dirga, dengan lembut mengusap punggung Dirga sayang.

"Udah ya ga! Masa gantengku sedih terus sih," hibur Bella dengan senyum hangatnya.

Epilog tanpa prolog : From different way to same wayWhere stories live. Discover now