Pria paruh baya itu tersenyum sembari menatap putra sulungnya sendu.

"Papa bisa minta sesua-tu sama ka—mu?"

Dirga tak menjawab ia menunggu kalimat apa yang akan terlontar dari mulut papanya.

"Kamu harus memeluk agama Islam seperti kakek mu ga! Papa mo-hon ...."

Deg!

Pemuda tampan itu membulatkan matanya, ia menatap papanya minta penjelasan namun nafas papanya kembali satu-satu.

Namun, pria paruh baya itu kembali berucap "jagain ma-ma dan adik mu ... mereka kelu—arga kamu ga, papa harap kaa-mu bisa menggapai cita-cita kamu sendiri tanpa tekanan dari paa-pa ataupun mama, ja—ngan terlalu bandel yaa ... mama repot nanti-nya huh ...." Karna berbicara banyak Jonny terlihat seperti kehabisan nafas.

Kalimat itu sontak membuat butiran perak itu menetes terus menerus tanpa perintah.

"Udah ya pa ... papa gak usah mikir apa-apa lagi yang papa pikirin sekarang papa harus sembuh ... oke?" ucap Dirga menghapus air matanya kasar menahan mati-matian sesak yang menghujam nya.

"Permisi dik ... biar kita tangani dulu adik bisa keluar." Pinta salah satu perawat membuat Dirga dengan langkah berat keluar dari ruangan papa nya.

Dirga melihat papanya dari kaca transparan di depannya, terlihat beberapa petugas kesehatan membawa alat pemacu jantung, untuk memancing detak jantung papanya, pria paruh baya itu tampak tak ada harapan, membuat Dirga menautkan kedua tangannya sembari berdoa pelan. Matanya menangkap sebuah senyum tipis dari papanya, ia tampak mengucapkan sesuatu dari mulutnya kemudian ....

Titttttttttt ....

Monitor pemeriksa jantung yang tadinya mulai stabil kini telah berubah menjadi lurus, Dirga yang melihat itu tak dapat menahan Isak tangisannya.

"Dirga papa di mana?" Pekik mawar mama Dirga panik, di susul Angel yang juga berada di belakang mamanya, tak ada respon dari lawan bicara, pemuda tampan itu hanya menggeleng lemah dengan tangisnya.

"Ada apa sih kak?"

Srekk ...

Bunyi pintu dorong itu membuat ketiganya melihat ke arah sumber suara, seorang dokter dengan seragam lengkap nya berjalan ke arah mereka bertiga.

"Apa ini dengan keluarga pak Jonny Andre Nicolas?"

"Iya pak."

"Kami para petugas medis berusaha melakukan yang terbaik, tapi Tuhan mungkin ingin mengambil nya lebih cepat ...." Ucap sang dokter gamblang membuat mawar menutup mulutnya, bulir demi bulir telah lolos dari kantong matanya, kakinya lemas seakan tak mampu menopang beban tubuhnya sendiri, tangis wanita paruh baya itu pecah ia berteriak tak terima. persetan dengan keadaannya, saat ini hatinya benar-benar hancur.

Angel terduduk, menarik mamanya ke dalam pelukannya, mata angel  memanas ia juga terluka atas kabar yang tiba-tiba ini.

Dirga mengepal tangannya kuat ia berlari menerobos perawat yang berada di ruangan papanya.

"Ini gak bener! Kembaliin papa gue!" Dirga, pemuda ia itu kesetanan, ia meninju salah satu petugas kesehatan yang menghalangi jalannya.

Epilog tanpa prolog : From different way to same wayWhere stories live. Discover now