"Pelan-pelan sya, minum dulu kok bisa sih?"  Rayhan dengam sigap, memberikan segelas air putih kepada Raysa. Gadis itu meneguknya hingga kandas.

"Gimana-gimana?"

"Ini loh, gue tanya ama Dirga, mau gak dia jagain lo."

"Dihh tiba-tiba baget lagian gue gak kenal sama dia, gak ah gak mau!" tolak Raysa.

"Gue tanyanya Dirga."

"Tapi Abang, Raysa udah besar udah bisa jaga diri juga!" Balas nya masih tak terima.

"Dan dia juga kan bukan mahrom Raysa ...." Lanjutnya Sembari memasukkan sesendok nasi ke dalam mulutnya mengunyahnya cepat.

"Abang malah gak tenang kalo lo gak ada yang jagain, soalnya rental udah lama gak pernah Abang tengok, belom ajuin proposal, terus sidang , masih ujian akhir pula, sibuk banget Abang ... kamu kan cewek, bukannya apa tapi Abang khawatir, lo punya dosen juga belum nentu ngasih jadwalnya ... tiba-tiba dadakan kadang-kadang pulang sampe tengah malam kan lo? Dah lah ikut aja gue percaya sama Dirga ya kan ga?!" Jelas Rayhan panjang lebar, Sembari menepuk pundak Dirga, pemuda itu hanya tertawa hambar sebagai jawaban.

Pemuda tampan itu tampak tertekan, hawa di sekitarnya semakin memanas, di tambah lagi Raysa tengah menatap tajam ke arah nya, Dirga mengalihkan pandangannya, kemudian berusaha meneguk santai greentea yang sedikit mengeluarkan asap tipis.

"Intinya gue titip dia ga! Soal dia mau gak mau, gak usah di peduliin!"
Dirga tercengang.

Sementara Raysa membuka rahangnya cengo, mendengar perkataan abangnya yang berada di luar ekspektasinya.

                             *******

"Gue pamit ...." Kata Dirga setelah di rasa ia telah membantu 'sedikit' perkerjaan rumah yang bisa ia bantu, Dirga ingin cepat-cepat pulang mengingat betapa tajamnya mata Raysa tiap kali ia tak sengaja bersitatap.

"Lo mau gue antarin?" Tanya Rayhan.

"Gak perlu gue bisa pulang sendiri, thanks bang buat tumpangannya," Balas Dirga tulus.

Keduanya menyatukan tinju mereka, kemudian keduanya tergeletak, entah sejak kapan mereka bisa seakrab itu seakan sudah berteman dari embrio.

"Kalo butuh bantuan calling aja udah ada nomor gue kan lo?" Ujar Rayhan jenaka sembari tangannya bergerak membentuk kode call.

"Oke siap lah bang!"

Dirga berjalan santai keluar rumah Rayhan, karna Dirga tidak mengucap salam, Rayhan pemuda tegap itu berteriak dari teras rumahnya "Assalamualaikum!"

Dirga menyerngit bingung dengan polosnya ia juga ikut berteriak
"Assalamualaikum!"

"Jawabannya waalaikumsalam bego!" Kata Rayhan tertawa, tak ada rasa curiga sama sekali di sana. Dirga menggaruk tengkuknya salah tingkah.

"Waalaikumsalam!" Teriak Dirga kemudian tertawa kecil.

"Duh goblok bat lah gue, harusnya jangan asal geplak kan keliatan tololnya," rutuknya dalam hati.

Pemuda tampan itu menarik nafas dalam-dalam berusaha membuang energi negatif yang bersarang di tubuh nya, kemudian lanjut berjalan santai menuju jalan besar dari perkarangan rumah Rayhan, sembari bersenandung lirih.

Semilir angin berhembus menerbangkan rambut hitam legam miliknya, wajahnya terpendar cahaya mentari pagi membuat beberapa pasang mata yang melihatnya terkagum dengannya. Dirga yang menyadari itu malah menyugar  rambutnya sok cool sembari tersenyum memperlihatkan gummy smile miliknya.

Epilog tanpa prolog : From different way to same wayWhere stories live. Discover now