"Abang teh apa?" Tanya Raysa.
"Kayak biasanya cuman gulanya di kurangin."
"Kalo lo?" Tanya Raysa tampa menatap Dirga.
"Gue?" Tunjuk Dirga pada dirinya sendiri
"Hmm," Dehem Raysa malas.
"Green tea aja."
"Owh oke."
Gadis berkerudung hijau army itu dengan sigap menyiapkan 3 jenis minuman berbeda, teh Chamomile untuk Rayhan, green tea untuk Dirga dan wedang jahe untuknya.
Aroma nasi goreng dan aroma minuman itu menggelitik penciuman Dirga, tangannya hendak bergerak menyendok satu sendok ke dalam mulutnya, Rayhan yang melihat itu menepuk tangan Dirga pelan.
"Berdoa dulu." Dirga meneguk Salivanya kemudian tertawa canggung.
"Silahkan ...." Ujar Raysa sembari meletakkan teh Chamomile di depan Rayhan, dan green tea di depan Dirga kemudian duduk ia duduk di kursinya.
Rayhan dan Raysa terlihat tengah mengangkat kedua tangan rendah lalu berdoa dengan khusyuk, Dirga yang bingung hanya menundukkan kepala.
"Udah lo kelamaan doanya," Tegur Rayhan sambil tertawa kecil, Dirga tersenyum kikuk, tapi tetap menyendok kan satu sendok nasi ke dalam mulutnya.
"Not bad," batin Dirga.
Ketiganya makan dengan khimad sesekali Rayhan bertanya memecah keheningan.
"Lo masih pelajar Dirga?" Tanya Rayhan di sela makannya.
Dirga sedikit tersedak "apa semudah itu muka gue?" Katanya pada diri sendiri.
"Mahasiswa gue."
"Owh berarti kita se-circle ya? Semester berapa lo?" Tanya Rayhan masih penasaran.
"Semester 5."
"Loh berarti se angkatan ama adek gue dong lo!"
Dirga melirik Raysa, Namun gadis itu tampak terfokus pada makanan nya tanpa terusik dengan perkataan yang di lontarkan Rayhan.
"Iya kan sya?"
"Hah? Apa?" Jawab Raysa linglung.
"Lo semester 4 kan sekarang?" Ulang Rayhan.
"Hooh kenapa emang?"
"Nih si Dirga juga seangkatan sama lo."
Raysa hanya ber-oh ria lalu kembali fokus ke makanannya.
"Terus kuliah di mana lo?" Tanya Rayhan lagi.
"Di UI," jawab Dirga.
"Wah kok bisa kebetulan kita sama-sama dari univ yang sama loh, ee tapi bentar lagi kan gue selesai." Rayhan tersenyum bangga.
"Skripsi aja belom kelar!" celetuk Raysa mengejek Rayhan.
"Dih, tau apa lo gue dah nyusun skripsi ya! Tinggal nunggu sidang, terus ujian akhir dan tek selesai!" Ucap Rayhan di akhiri kekehan.
"Lo pikir segampang menjentikkan jari hah?" Raysa menggeleng tak habis fikir.
"Dari pada lo nulis cerita terus noh tugas-tugas kuliah aja belom kelar," Serang Rayhan balik.
"Dih tau apa lo," ketus Raysa.
"Dih tiwi ipi li," ejek Rayhan.
Dirga hanya tertawa kecil menanggapi keduanya bercengkrama. Ternyata Raysa tak begitu ketus jika bersama abangnya, pikir Dirga.
"Emmm gimana kalo lo jagain adik gue Dirga?" Tanya Rayhan, tiba-tiba.
"Ukh ... ukh ... ukh ...."
YOU ARE READING
Epilog tanpa prolog : From different way to same way
Teen FictionAttention!!!⚠️ Dilarang keras memplagiat cerita ini ... Mohon kerjasamanya ;) Dunia tak lagi sama, mata yang dulu menatap dengan dalam entah mengapa tidak lagi mengerjab, tangan yang dulu kokoh kini tak lagi bertenaga, hanya air mata menjadi saksi...
03.Kembali
Start from the beginning
