"Gak usah, mending lo ambil kan taplak meja di meja depan," pinta Raysa.
Dirga berdecak kesal "Lo tinggal keluar apa susahnya sih?!"
"Udah ambilin aja ... apa! loe mau buang air di celana?" Ancam Raysa.
"I-ya, iyaaa ribet banget sih lo!" Gerutu Dirga sembari melangkah kan dirinya menuju ruang tamu.
Tok ... tok ... tok ....
"Nih!" Ujar Dirga.
Tangan Raysa terulur keluar untuk menggapai angin kosong sampai Dirga menyodorkan taplak meja itu, tanpa permisi Raysa menarik kain itu kasar.
"Makasih!" kata Raysa sedikit berteriak, tak pakai lama, gadis itu telah keluar dari kamar mandi dengan taplak meja yang menutup sempurna kepalanya.
"Dah sana cepetan gue dah kebelet!"
Raysa mendengus "Udah numpang kok maksa!"
"Hei gue denger loh!" Teriak Dirga dari dalam kamar mandi, tak menjawab gadis itu memutar matanya jengah, matanya menangkap jam dinding yang menunjukkan pukul 05.30.
"Astaghfirullah!!" Gadis itu langsung berlari kecil ke kamarnya untuk melaksanakan shalat subuh.
*******
"Ah lega ...." Beo Dirga sembari meregangkan otot-otot tubuhnya.
"fabiayyialla ... irobbikuma ... ukazziban ...."
Dirga menghentikan langkahnya sedikit tertegun mendengarkan lantunan ayat demi ayat yang dibacakan Raysa, hatinya berdesir entah mengapa. Seketika pemuda itu tersadar.
'Jangan sampe lo pindah keyakinan Dirga! Kuatkan iman mu!' Monolognya.
"Shodaqoulllahuladzim ...." Raysa mencium mushafnya kemudian menaruhnya di meja nakas, melepas mukenanya, memakai jilbab dan roknya, kemudian bersiap mengerjakan rutinitas pagi seperti biasanya.
"Gue pamit," pamit Dirga pada Rayhan yang tengah duduk santai di depan televisi sambil memangku cemilannya.
"Lo gak sarapan dulu?" Tanya Rayhan pada Dirga.
"Gak usah nanti gue sarapan di rumah."
"Udah lo sarapan aja di sini, entar adek gue yang siapin masakannya enak kok."
"Bukan gitu gue gak–"
"Udah sante aja anggap rumah sendiri, sini mending lo duduk bareng gue di sini dari pada lo berdiri gak jelas di situ."
Dirga menghembuskan nafas berat, dia udah gak kuat lama-lama di rumah ini! Bisa-bisa dia di cuci otaknya, terus jadi orang Islam ... Kan bahaya! yang ada dia malah di coret sama mama dari kartu keluarga, mengingat wanita paruh baya itu sangat sensitif terkait agama yang satu ini. Membayangkan saja membuat Dirga menggidik.
"Lo mau sampe kapan di situ," Tegur Rayhan tampa mengalihkan pandangannya dari televisi.
Dirga menggeleng, menepis spekulasi yang terus bermunculan di otaknya. kemudian ia meletakkan bokongnya pada sofa tersebut, pemuda itu terdiam canggung lalu membuka handphone nya dan malah terfokus di sana.
Tak lama kemudian ...
"Abang sarapan!" Teriak Raysa dari dapur.
"Tuh adek gue dah panggil yuk," Ajak Rayhan menarik kerah baju Dirga, pemuda tampan itu sedikit tertarik, kemudian ikut mengekor di belakang Rayhan.
Kritt ...
Decitan kursi yang di ciptakan oleh Rayhan dan Dirga lalu keduanya duduk anteng di kursi Masing-masing, Raysa dengan celemek nya menghidangkan nasi goreng dengan telur ceplok yang menggiurkan di depan Rayhan dan Dirga.
YOU ARE READING
Epilog tanpa prolog : From different way to same way
Teen FictionAttention!!!⚠️ Dilarang keras memplagiat cerita ini ... Mohon kerjasamanya ;) Dunia tak lagi sama, mata yang dulu menatap dengan dalam entah mengapa tidak lagi mengerjab, tangan yang dulu kokoh kini tak lagi bertenaga, hanya air mata menjadi saksi...
03.Kembali
Start from the beginning
