02.kebohongan kecil

Start from the beginning
                                        

"Udah Abang gantiin bajunya." seloroh Rayhan yang tiba-tiba muncul di sebelah Raysa, gadis itu menepuk bahu Rayhan sedikit keras karna refleks yg di miliknya.

"Adohh." Rayhan mengusap bahunya.

"Eee ... sorry-sorry bang! lagian kenapa datang gak pake aba-aba sih?" Cecar Raysa, Rayhan tertawa kecil.

"Dihh serius amat lagi PMS mbak?"
Gadis itu hanya mendengus, kembali mengaduk bubur yang masih berada di dalam panci, ia mulai meletakkan bubur tersebut hati-hati ke dalam mangkuk.

"Abang yang antar ke dia ya–"  Raysa mengantungkan ucapan nya di udara. Tak ada jawaban, gadis itu mengedarkan pandangannya.

Ternyata Rayhan sudah tidak ada di dapur, ia menghembuskan nafas pasrah. lalu bergerak meletakkan mangkuk berisi bubur tadi ke atas nampan. serta air putih yang sempat ia isi tadi, mengumpulkan keberaniannya untuk tetap melangkah kan kakinya mencari pemuda yang akan memakan bubur yang telah ia buat.

                             *******

Pemuda itu mengerjabkan matanya perlahan, matanya menangkap plafon putih bersih, dengan dinding penuh poster ia menarik tubuhnya untuk duduk.

"Gue di mana?" Gumamnya.

"Dan di mana baju gue?" Baju pemuda itu telah berganti dengan kaos hitam dengn tulisan kecil didepan nya, serta celana pendek yang ia rasa tidak menggunakan kan celana itu tadi. ia kembali menatap sekelilingnya.

"INI KAN BUKAN KAMAR GUE!" teriaknya histeris.

"Sstt ...." Pemuda itu kemudian mendesis, kepalanya terasa berdenyut hebat. ia memijit pelipisnya pelan, pemuda itu juga menggosok pipinya yang terasa amat kebas, entah apa yang terjadi tapi sekujur tubuhnya benar-benar terasa remuk.

"Lo udah sadar?" Suara itu membuyarkan lamunannya, terlalu banyak berfikir membuatnya tak sadar seorang gadis telah masuk ke dalam kamar yang ia tempati. Gadis itu meletakkan nampan berisi bubur dan air tadi ke atas meja nakas.

"SI-SIAPA LO!" ucap pemuda itu, dengan refleks menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Lo udah aman, sekarang lo ada di kamar Abang gue, di makan buburnya, sekarang sudah tengah malam kalau lo udah enakan, besok pagi lo boleh pulang," Jelas Raysa tanpa menatap mata pemuda itu.

"Yaudah gue permisi," Lanjutnya kemudian melangkah pergi. Pemuda itu termangu sebentar, sebelum akhirnya membuka suaranya.

"Lo siapa? Dan kenapa gue bisa di sini?"

"Biar abang gue yang jelaskan besok, lo bisa istirahat dulu," Ujarnya tanpa berbalik kemudian melangkah kan kakinya keluar dari kamar abangnya.

Blamm ...

Banyak sekali Pertanyaan-pertanyaan yang muncul di benaknya membuat pemuda itu kembali memijit pelipisnya. matanya menangkap semangkuk bubur di atas meja nakas.

Kruyuk ... kruyuk~

Cacing-cacing tak tau diri itu mulai protes dia dalam perutnya, seharian ini ia hanya meminum wine tampa ada makanan yang mengisi perutnya, makanya perutnya tak lagi bisa dia ajak berkerja sama. pemuda itu tidak berfikir panjang dan langsung mengambil bubur itu.

"Tampilannya bagus ...." ia menimang-nimang satu sendok bubur itu kemudian menyuapkan bubur itu ke mulutnya.

"Hmm ... tidak terlalu buruk," Gumamnya dan langsung menghabiskan bubur itu hingga kandas.

                             *******

"Ekhhhh ...." Suara sendawa dari mulutnya itu membuat nya tertawa kecil. kali ini ia memandang intens kamar yang di tempati nya satu-persatu, sembari menyusuri kamar yang menurutnya sedikit lebar ini.

Epilog tanpa prolog : From different way to same wayWhere stories live. Discover now