"Hehehehe." Raysa menggeleng.
"Kannn udah kakak bilang hati-hati, kan kakak lagi beres-beres ...."
"Hehehe maaf kak."
Raysa hanya mengangguk ringan gadis itu kembali melanjutkan kegiatan bebersihnya.
Talia tampak menyergit ia kemudian memungut bingkai yang terjatuh dari atas karton yang tadi membuatnya sempat tersandung.
"Kak? Apa ini?" Bocah itu menunjukkan sebuah foto yang memperlihatkan Raysa, seorang pemuda dan Talia kecil dengan dia gigi yang tanggal di mulutnya.
"Ini siapa? Kok cantik kayak aku ya?" Raysa mengehentikan gerakannya tertawa kecil, kemudian ia melepas sapunya. perlahan mendekat pada Talia yang memegang bingkai foto itu, air matanya telah bersiap untuk tumpah namun ia segera mengangkat kepalanya menekan kuat-kuat kesedihan nya. ia tersenyum ke arah Talia.
"Ini kamu loh!" Talia meneleng polos kemudian mengangguk tak yakin.
"Udah lama juga ternyata," Gumamnya kemudian, gadis itu tersenyum tipis.
"Masa ini aku sih?? Giginya pada copot semuaaa." Bocah itu nyeletuk.
"Emang sekarang punya gigi ya??" Talia mengulum bibirnya kemudian melipat kedua tangannya di depan dada merajuk.
"Hih! Ini kan ada!" Kemudian ia menunjukkan deret giginya pada Raysa.
"Ada memang tapi item-item hih!" Raysa malah menertawai aksi Talia.
"Ih kak sya mah!" Raysa tertawa, wajah Talia memerah seperti hendak menangis.
"Syutt~udah iya-iya janji nanti kakak beliin es krim stroberi kesukaan Talia deh!" Raysa mengambil langkah cepat sebelum terjadi perang dunia ke-empat.
"Janji?"
"Heum!" Raysa mengangguk cepat.
"Yes! udah dua orang yang janji! Gak boleh curang loh yaa! Harus beliin pokok nya!" Raysa hanya berdehem sebagai jawaban.
"Yeayy!!!"
Raysa terdiam lama memandangi foto tersebut air wajahnya berubah sendu seperti kehilangan?
"Emm itu beneran pas Talia kecil ya?? Tapi kok Talia gak pernah ketemu kakak yang ini ya?" Talia tiba-tiba muncul di samping Raysa, menunjuk potret pemuda yang berada di samping Talia itu. membuat Raysa terlonjak.
Gadis itu menarik nafas lalu tersenyum hangat. "Dulu dia dekat loh sama kamu kamu gak inget ya?" Talia menggeleng.
"Bahkan pas sakit kamu gak mau makan kalo gak di suapin sama kakak nya." Talia mendelik antusias.
"Ih masa Talia begitu sih?" Raysa tertawa.
"Tanyain aja ke Bubu, Aya, sama Abang!" Talia tertawa ketika melihat foto itu sekali lagi.
"Emang iya?? Mukanya kok lucu kayak Abang Rayhan sih?" Raysa tertawa. "Itu pas ikut even di sekolah kamu, kayaknya kamu masih paud deh ... dia cosplay jadi badut, kamu juga di kasih kumis kucing, kalo kakak jadi kelinci."
Talia tertawa. "Ih lucu banget pasti orangnya ... Talia jadi pengen ketemu deh sama orangnya!" Raysa tersenyum tipis
"Lain kali kita ke sana ya?" Talia mengangguk semangat.
"Talia bakal cerita banyak sama kakak nya. bilang kalo sekarang aku udah besar hehehe."
Raysa tertawa, mengelus rambut Talia perlahan.
"Talia mau tau lagi Kakak nya kayak gimana, kak sya mau cerita gak?
Raysa mengetuk-ngetuk telunjuknya di dagunya, "Cerita gak yaa ...."
Raysa kemudian menarik tubuh Talia, kemudian menggelitik Talia hingga bocah itu tertawa terbahak-bahak.
"KAK SYA GELII– HAHAHAHA." Raysa ikut tertawa melihat bocah itu, setelah ia berhasil menjahilinya.
'Di antara potongan memori yang paling ku ingat adalah kamu; bagian terbaik dari bab yang ku tandai di setiap cerita yang akan ku sampaikan pada dunia hari ini, Esok dan selamanya.'
"Namanya siapa kak?"
Tanya talia takala Keduanya telah berhenti tertawa, dan mulai menyusun kembali barang-barang yang tadinya berserakan.
Tangan Raysa berhenti di udara
Gadis itu tertegun sebentar kemudian tertawa, namun kali ini bukan tawa renyah. namun tawa yang terdengar sumbang, membuatnya tak bisa menahan diri lagi. Tangannya terkepal kuat di atas pahanya. dan air mata yang telah berlomba-lomba untuk turun di atas kepalan tangan dan pahanya.
"Kak sya??" Talia bergerak bingung menyentuh bahu Raysa.
"Jujur gue rindu ...." bisik Raysa, selaras dengan hujan yang menderas di luar rumahnya.
******
Segitu dulu gess ...
Ada yang berminat baca?
Ga pesimis tapi ... semangat aja ga sihh?
Have a nice day!!
Note: Aku mulai revisi dari Awal lagi gimana? Lebih bagus apa gak ada perubahan? Komen yeahh :^
YOU ARE READING
Epilog tanpa prolog : From different way to same way
Teen FictionAttention!!!⚠️ Dilarang keras memplagiat cerita ini ... Mohon kerjasamanya ;) Dunia tak lagi sama, mata yang dulu menatap dengan dalam entah mengapa tidak lagi mengerjab, tangan yang dulu kokoh kini tak lagi bertenaga, hanya air mata menjadi saksi...
