Sinta menenangkan diri Sherren secara lembut agar sang empu tenang, kini Sherren menatap Sinta sendu dan menggeleng pelan.

"Sherren..."

suara parau Cakra mampu membuat Sherren menolehkan pandangannya kearah Cakra, dapat Sherren lihat wajah penuh air mata itu menggeleng pelan ke arah nya.

-----------------------------------------------------------

"besok kamu udah bisa ketemu sama Eri, tapi inget jangan pernah berani macam-macam sama Eri"

ucapan tegas sang ayah membuat Xavier mengangguk semangat, hal yang selama ini ia nanti akhirnya akan terwujud besok.

dengan begini Xavier akan mudah untuk meminta maaf secara langsung kepada Eri, sesosok perempuan yang mampu memporak porandakan kehidupannya, cinta pertama Xavier.

Valen yang melihat wajah Xavier kembali bercahaya tersenyum lembut dan mengusap rambut sang anak.

"berarti Vier harus nyiapin hadiah kan buat Eri?" tanya Xavier antusias.

"hadiah?" tanya Valen.

"iya, gak mungkin kan Vier ketemu Eri gak bawa apa-apa, mama mau kan bantuin Vier nyiapin hadian buat Eri?" tanya Xavier kepada ibunya.

"mau kok, nanti mama bantu nyari hadiah nya ya? sekarang kamu balik ke kamar dan istirahat" mendengar ucapan sang ibu, Xavier tanpa bantahan segera melangkah menuju kamarnya dengan bahagia dan tak sabar menunggu hari esok.

Nick dan Valen yang menyaksikan hal tersebut membuat keduanya menatap sendu punggung Xavier yang mulai mengecil, menjauh dari ruangan tersebut.

"aku gak tega ngeliat Xavier kayak gini mas.." Valen sedih akan putranya yang sudah terlalu jauh melangkah.

ia sedih melihat Xavier yang kacau karena sosok Sherren, sosok yang merupakan teman pertama Xavier sedari kecil, namun karena sebuah kejadian Sherren menjauh dari Xavier.

"aku juga gak tega Valen.., gimana pun juga dia anak aku, anak kita, tapi untuk saat ini biarin dia ngejalanin hukuman nya, hukum alam sedang berlaku untuk nya.."

-----------------------------------------------------

hari yang sama
pukul 18.01 PM

kini Sherren tengah tidur setelah beberapa jam yang lalu ia tenang dan berbincang bersama Sinta yang meminta maaf akan kelakuan putra nya, Galang.

Sherren memaafkan apa yang telah Galang lakukan, setelah lama berbincang akhirnya Sherren tertidur dengan pulas.

Sinta sudah pulang, dan kini yang tersisa dalam ruangan tersebut adalah Bima beserta keenam laki-laki lainnya.

"besok Xavier bakal ke sini buat jenguk Sherren" ucapan Bima membuat keenam laki-laki itu menatap nya tajam.

"bang yang bener aja?!" protes Bagas yang tak terima.

"beberapa hari yang lalu ayahnya neror gue buat izinin Xavier ketemu sama Sherren, gue udah nolak berkali-kali, tapi pas bokap nya nyeritain suatu hal, gue pikir-pikir lagi, dan yaudah gue izinin, dengan syarat Xavier gak bakal ngelakuin hal-hal aneh"

ucapan Bima membuat keenam penasaran, cerita seperti apa yang ayah nya Xavier cerita kan kepada Bima sampai sang empu mengizinkan hak tersebut.

"emang cerita apa? dan lo bisa jamin kalau Xavier gak bakal ngelakuin hal-hal aneh ke Sherren?" tanya Elang tajam.

"gue gak bisa ngasih tau kalian, dan gue bisa jamin hal itu" ucap Bima enteng.

"kenapa gak bisa ngasih tau kita? apa yang lo sembunyiin bang Bim?" Arga sedikit jengkel akan Bima yang sangat susah menjawab pertanyaan nya.

I'm not perfect Woman's!! {END}Where stories live. Discover now