Part 44

608 68 40
                                    




Jani memandang daratan Harkapura yang sudah terlihat di depannya, rasa tidak nyaman begitu saja muncul merasuki hatinya ketika melihat tanah kelahiran suaminya. Entahlah Jani merasa begitu asing, bahkan rasanya lebih asing dari pertama kali ia menginjakkan kaki sebagai seorang wanita rampasan.

Terompet-terompet Di setiap kapal Maha Gandala mulai ditiup secara bersamaan, membuat bunyi yang keras memekakkan telinga. Kapal utama yang di tumpangi Jani berlayar paling depan menyisakan puluhan kapal lainnya yang berbaris dengan apik di belakang kapal utama ini, alam seakan merestui serta menyambut kepulangan mereka dari ekspedisi terbesar yang pernah dilakukan oleh Harkapura.

Langit yang cerah juga lautan yang tenang di siang itu membuat pelabuhan di penuhi oleh masyarakat yang sengaja datang untuk menyambut keluarga mereka, beberapa orang sibuk membicarakan hasil rampasan yang dibawa oleh Senopati dari ekspedisi terbesarnya ini, para ibu sibuk menjelaskan ciri-ciri suaminya kepada anak-anaknya yang masih kecil, juga para prajurit Rajawali dan Kerajaan bersatu padu menunggu rekan pejuang juga pimpinan-pimpinan mereka yang ikut serta.

Gaungan terompet yang terdengar membuat orang-orang di pelabuhan itu dengan semangat mendekat, wanita penghibur sudah siap dengan pakaian serta riasan terbaik yang dikenakan, bersiap menyambut awak kapal kesepian tanpa keluarga ataupun teman. Ah ekspedisi kali ini pasti memiliki pendapatan yang sangat tinggi, untuk itulah mereka berdandan sangat meriah layaknya bangsawan yang menghadiri pesta di istana.

Mereka memperhatikan dengan sungguh-sungguh kapal yang akan berlabuh itu, bersiap-siap dengan rasa haru, teriakan semangat, juga rasa takjub yang akan mereka lakukan begitu anggota kapal turun. Keterkejutan tidak bisa ditutupi dari wajah para penduduk, Senopati Byakta yang turun terlebih dahulu sambil membawa bayi yang tertidur pulas di bahu kanannya juga sebelah tangan lagi yang menggenggam tangan seorang wanita cantik yang mereka yakini ibu dari bayi tersebut.

Rasa ingin tahu itu tentulah mereka harus kubur dalam-dalam, kasta yang membentang cukup jauh hanya membuat Rakyat tertunduk dengan penuh rasa hormat tanpa berani berkata ataupun memikirkan apapun. Sementara Jani hanya bisa mengeratkan genggamannya pada lengan Byakta, keramaian di pelabuhan ini sangat berbeda dengan keramaian di tempat yang dikunjungi selama pelayaran, lirikan-lirikan penasaran yang di tunjukan padanya membuat Jani merasa tidak nyaman.

Byakta yang memahami gerak-gerik Jani yang penuh dengan kecemasan segera memerintahkan Ghede untuk mengawal Jani kembali ke kediaman bersama dengan Buntala. "Kembalilah ke kediaman terlebih dahulu kasihku, aku harus menghadap Maharaja terlebih dahulu." Byakta memindahkan Buntala ke gendongan Jani, membuat bayi itu sedikit menggeliat karena terusik tidurnya.

Jani mendekap Buntala sambil memandang Byakta penuh harap. "Apakah aku boleh ikut dengan kangmas menghadap? aku ingin kembali bersama ke kediaman."

"Sebenarnya tidak masalah saja, namun kangmas tahu kau takut dengan keramaian kasihku. Kau bahkan pingsan di pernikahan kita karena banyak tamu yang hadir." Byakta berbisik pelan di telinga Jani, menatap dalam manik istrinya yang selalu terlihat indah dan mempesonanya.

"Aku sudah bisa menanganinya kangmas, aku akan baik-baik saja jika Buntala dan Kangmas ada di sisiku." Jani menatap Byakta dengan sungguh-sungguh, membuat Byakta menganggukan kepalanya menyetujui.

"Angkat kepala kalian, terimakasih atas sambutannya yang sangat luar biasa. Selain para prajurit Rajawali dan Istana, kalian boleh kembali ke tempat kalian masing-masing." Dengan segera kegaduhan mulai terjadi, anak-anak yang dengan kurang ajar menyebut nama ayah mereka, para wanita penghibur menunjukkan kemolekan tubuh ataupun wajah indah mereka, ataupun rayuan-rayuan yang membangkitkan gairah. Sementara para prajurit hanya bisa menyambut rekan-rekannya dengan kode ataupun senyum tipis, karena tugas mereka belum usai walaupun telah menginjakkan kaki ke Harkapura.

Cinta Sang SenopatiDonde viven las historias. Descúbrelo ahora