Part 27

1K 94 2
                                    






Byakta menatap Jani yang berenang tepat di tengah-tengah lubang gua dengan cahaya kekuningan yang bersinar bagaikan emas  menyinari tubuh Jani, terlihat sangat cantik dimata Byakta. Byakta memutuskan menysusul berenang ke arah Jani kemudian memeluk tubuh itu hingga sang pemilik memekik terkejut.

"Ih Kangmas aku kaget." Ucap Jani sambil menghembuskan nafasnya, sementara Byakta hanya terkekeh mendengar suara Jani yang menurutnya terdengar menggemaskan.

"Kangmas, apa kangmas akan melakukan penaklukan dalam waktu dekat?" Tanya Jani sambil menatap netra yang terlihat kecoklatan itu.

Byakta menatap Jani seperti Jani yang menatapnya. Byakta kemudian mengecup kening wanita yang dicintainya dengan lama, Jani memilih memejamkan matanya meresapi kecupan hangat yang sudah lama ia tidak  rasakan dan rasanya masih sama seperti dulu, hangat dan merasa dicintai dengan penuh, rasanya Jani ingin menangis mendapatkan perlakuan yang sangat ia sukai seperti ini.

Jani memeluk Byakta merasakan matanya yang terasa panas ingin menangis terharu, ah untuk pertama kalinya Jani baru menyadari betapa kesepian dirinya selama ini. Dikehidupan pertamanya ia hanya menjadi Jani si anak pintar penyendiri yang sangat acuh  terhadap segala sesuatu yang terjadi kepada manusia lain di sekelilingnya, sejak kehilangan orang tua, juga akinya. Jani mulai kehilangan minatnya untuk bersosialisasi ataupun menjalin hubungan akrab dengan orang lain, karena rasanya kehidupan Jani sudah dibawa pergi ketika orang tuanya berpulang.

Untuk pertama kalinya setelah sekian lama ia dapat merasakan perasaan seperti ini lagi, dicintai dengn hangat sehangat matahari di sore ini. Byakta lagi-lagi mengecup pucuk kepala Jani sambil mengelus punggung ringkih wanitanya dengan sayang. "Anjaniku kamu terlihat tidak baik-baik saja sejak kangmas datang, apa ada sesuatu yang mengganggumu?" Jani seketika menggelengkan kepalanya.

"Bukan seperti itu Kangmas, hanya saja belakangan ini aku teringat saat-saat terakhirku dengan  orang tuaku, hingga rasanya dadaku ingin meledak karena sesak. Saat aku berendam tobat-tiba kilasan saat terakhirku dengan mereka mulai berputar begitu saja, di satu sisi aku senang bisa melihat mereka, namun kecelakaan itu membuatku benar-benar sakit," Byakta memeluk Jani semakin erat ketika bahu wanita itu mulai bergetar karena tangisnya, berharap Jani bisa sedikit merasa lebih baik. Namun Jani malah menangis semakin keras seakan melepaskan seluruh kesedihannya di pelukan seorang pria yang berasal dari masa lalu ini, tangis keras yang tidak pernah keluar saat orang tuanya tiada sekalipun.

"Aku...aku selalu berusaha terlihat baik-baik saja, aku tidak menangis saat mereka pergi, aku menahan segalanya hingga hatiku sangat sakit, aku kira aku akan baik-baik saja dengan menahan semuanya kangmas. Tapi sampai hari inipun ternyata aku tidak pernah dalam kondisi yang baik kangmas, aku hanya melanjutkan hidup dengan kosong denga dunia yang terasa hampa."

"Anjaniku..." Byakta mengecup kening Jani kemudian menatap mata wanita yang berada diperlukannya ini. "Anjaniku kamu sudah terluka sangat lama, ada kangmas disini cintaku jangan tahan apapun lagi, berbagilah dengan kangmas."

Jani merasa sangat terharu mendengar kalimat yang pertama kalinya ia dengar dari banyaknya orang yang datang ke kehidupannya. "terimakasih telah bertahan sejauh ini hingga kangmas menemukan cintanya kangmas, kamu tidak sendiri lagi. Hm mungkin kangmas akan bepergian untuk penaklukan ke beberapa tempat di masa yang akan datang dan dalam waktu dekat ini juga...." Byakta mengamati ekspresi Jani dengan wajah tidak terimanya.

"Kangmas boleh aku ikut dengan kangmas? Aku merasa terpenjara di kediaman kangmas." Byakta seketika menggelengkan kepalanya tidak setuju dengan keinginan Jani,  Senopati Harkapura itu tidak akan rela membiarkan istrinya terjebak dalam situasi yang berbahaya ataupun menyulitkan.

Jani memasang wajah memohon, Byakta berusaha teguh melihat pandangan istrinya yang seakan-akan tertimpa seribu kemalangan. "Tetaplah berada di kediaman Rajawali Jani, di luar sana sangat berbahaya dan tentu tidak aman untuk seorang wanita... apalagi yang secantik dirimu." Byakta membayangkan al-hal buruk yang akan menimpa istrinya, rasanya dada pria itu sudah terbakar amarah menayangkan hal buruk terjadi pada Anjaninya.

Cinta Sang Senopatiحيث تعيش القصص. اكتشف الآن