Part 34

931 100 5
                                    





Setelah muntah jani memutuskan untuk kembali ke kediamannya segera, rasa terkejut masih membayanginya, mengapa Raden Jaka bisa ada di Istana Harkapura? Apa yang harus di lakukannya?

Keinginan besar muncul di hatinya untuk menghampiri sosok prajurit yang sangat mirip dengan Raden Jaka, namun keinginan seperti itu tentulah tidak bisa Jani lakukan ketika berada di dalam istana seperti itu.

Bibi Laksmi menyadari keponakannya yang lebih pendiam dari biasanya, sehabis memuntahkan isi perutnya di halaman ruang perjamuan, junjunganya biasnya ini lebih banyak diam.

Bibi Lakmi menengokan kepalanya ke arah tandu, namun sahutan belum juga keluar. "Apa anda baik-baik saja Raden ayu?" Tidak ada jawaban yang di dapat, dengan segera bibi Laksmi menyingkap tirai tandu.

Keponakannya tidak tidur, namun wanita paruh baya itu menyadari tatapan sang Raden Ayu yang tidak ada di sini. "Raden Ayu?" Tidak ada jawaban. "Raden ayu apa anda baik-baik saja?" Kali ini bibi Laksmi memegang pundak Jani membuat gadis itu seketika tersentak dari lamunan-nya.

"Ah aku baik-baik saja bibi, hanya memikirkan Permasuri yang tidak menyukaiku, aku merasa tidak mengerti bibi, kenapa Permasuri sangat membenciku." Bohong Jani, mana mungkin ia memikirkan orang yang tidak menyukainya. Di kehidupan sebelumnya bahkan Jani pernah mendapatkan perundungan dan di asingkan dari lingkungan sosial, tentu saja hal yang di lakukan permasuri bukan apa-apa baginya.

"Tidak biasanya anda memikirkan hal seperti itu Raden Ayu. Bersikaplah seperti anda biasanya Raden Ayu, Jangan gentar terhadap siapapun yang mengintimidasi atau tidak menyukaimu,hidup saja senyaman anda selama tidak merugikan siapapun." Jani hanya mengaguk kecil dengan senyum tipis.

"Ah bibi lihat matahari itu, ini masih terlalu awal untuk kembali ke kediaman.  Aku ingin pergi ke tempat seperti biasany."  Bibi Lakmi menatap Junta, salah satu prajurit terkuat Byakta yang di tinggalkannya untuk mengawal sang kekasih ketika ia sedang berada jauh.

Junta terdiam untuk sesaat. "Hadiah yang dikirim Senopati baru saja tiba Raden Ayu, apakah anda tidak ingin melihatnya terlebih dahulu?" Junta menundukan kepalanya hormat di depan jendela tandu Jani.

Jani mengerutkan keningnya. "Hadiah apa yang engaku maksud Junta?" Setahu Jani Byakta hanya mengirim sepuncuk surat yang berkata merindukannya dan beberapa perkataan rayuan yang biasa suaminya itu katakan.

"Anda harus melihatnya sendiri Radenyu." Akhirnya Jani setuju untuk langsung kembali ke kediaman, malah tidak sabar dengan hadiah apa yang di berikan suaminya itu padanya.

*****

Jani POV

Aku berdiri di halaman favoritku untuk menghabiskan waktu, tidak kusangka suamiku itu akan memberikan hadiah seperti ini.

Kulihat Bibi Laksmi dan Mayangpun di buat tak bisa berkata-kata dengan hadiah yang di berikan Senopati Satu itu.

Kulihat bibi laksmi melihat kearahku dengan wajah melongo yang tidak bisa ia tutupi itu. "Apa ini mimpi Mayang? Sejak kapan pohon sebesar ini bisa di pindahkan?"

Senopati Byakta menghadiahkan sebuah pohon besar milik kediaman Raden Raka, pohon yang pertama kali menemani kami berbicara sebagai calon pasangan.

Pohon dengan sejuta cerita yang disaksikannya setiap pergantian pemimpin di daerah panggaluh. Pohon itu sedang di tanam ulang oleh belasn orang yang bergotong royong, berbaur para prajurit juga tukang kebun yang biasa mengurus halamannya dan jangan lupakan beberapa ekor kerbau yang membantu.

Cinta Sang SenopatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang