Part 2

1.8K 136 0
                                    

Jani terus berlari tanpa henti berharap harimau itu berhenti mengejar, paru- parunya sudan terasa hampir meledak namun harimau Putih itu masih terlihat sangat bersemangat menangkap mangsa di malam Yang cerah. Tanpa Jani sadari seorang kakek yang terlihat berusia 80an terus mengamatinya sejak mobil Jani kehabisan baterai.

Kakek itu merapalkan mantra dan mengetukan tongkat yang dimilikinya ke tanah, sebuah portal bercahaya sangat terang Muncul didepan jalur yang akan dilewati Jani dan perlahan warna portal itu meredup menyamarkan keberadaanya dengan alam sekitar. senyuman kecil terbit di wajah berkeriput itu setelah Jani melewati portal dan menghilang "si Belang itu pintar juga menggiring wanita hahahaha".

*****

Jani POV

Kulihat secercah harapan berada didepanku "KANG KANG TOLONG, INI DIKEJAR HARIMAUU WAAA" tanpa sadar aku terpeleset dan menggelinding kebawah, tepatnya bergelinding kearah para pria yang menggunakan baju adat sepertiku hanya saja mereka membawa beranekaragam senjata yang terlihat asli.

Dengan segera akang-akang Bogor itu menghampiriku itu mengecek kondisiku barangkali aku mati terbentur batu di tengah kegelapan hutan yang pekat, sebagian dari mereka berusaha Untuk mengejar Harimau yang kumaksud tadi sungguh sangat berani para akang Bogor ini seakan ini adalah hal yang biasa mereka lakukan.

Aku langsung bangkit begitu cahaya obor yang mereka bawa mencoba mendekati wajahku karena jujur itu terasa panas, mereka Berbicara dengan bahasa sunda yang sejujurnya aku hanya pahami sedikit namun anehnya aku dapat mengerti dan dapat membalas perkataan mereka dengan baik dan lancar, aku terheran-heran dan kaget dengan diriku sendiri.

Seorang pria menghampiriku dengan tatapan yang menelisik " Nyai seharusnya kamu tidak kabur dari Raden Raka, ini akan membuat Raden marah besar" Aku menyerinyit heran,nyai? Raden Raka? siapa itu?Panggilan macam apa itu? Tapi tetap ku jawab "Ya gimana gak kabur, orang dikejar Harimau!" Para pria yang menggunakan baju tradisional itu sepertinya sudah malas berbicara lebih lanjut kepadaku, dan memilih membawaku begitu saja, ya walaupun aku sebenranya takut tapi sepertinya mereka segan kepadaku.

Di pagi hari aku dibawa ke kota yang terlihat sangat Tradisional bahkan penduduknya menggunakan kebaya dan full bahasa Sunda ya walaupun aku kuliah di Bogor aku belum pernah menyaksikan hal seperti ini. ini seperti pasar yang tradisionalnya bukan main, konnstruksi bangunanya masih menggunakan kayu dan anyaman bambu yang khas dengan tanah sebagai jalanan.

Rasa was-was mulai menghinggapiku jantungku mulai berdebar-debar tidak karuan, apa mereka mengira aku sebangsa dengan mereka mangkanya mereka mengajakku? Atau di Dunia ini tidak Ada yang secantik diriku mangkanya mereka membawaku? Apa pun itu rasanya tidak ada yang benar.

Kami memasuki gapura yang terbuat dari batu merah yang warnanya seperti tanah liat kurasa ini adalah rumah terbagus ditempat ini, sangat cantik dan antik aku belum pernah melihat yang seperti ini sebelumnya. Di undakan tangga rumah seorang lelaki Muda berdiri tampak menunggu kedatangan kami rambutnya panjang dan indah, tubuhnya juga terpahat dengan begitu sempurna, para pria yang bersamaku memberi hormat kepadanya aku pun langsung mengikuti gerakan yang mereka lakukan.

Sekali lagi Aku merasa ada yang salah dengan tatapan laki-laki itu, tatapannya begitu menyorot tajam, alisnya yang hitam nampak berkerut, dan nafasnya tampak tidak beraturan menahan marah.

"Bawa dia kepenjara!" Perintah lelaki itu segera dituruti para pesuruhnya dan para akang ini menyeretku,Tidak seperti tadi yang terlihat begitu segan.

"Kamu tidak bisa menahanku begitu saja tanpa ada alasan yang jelas"aka menghempaskan cengkraman para pesuruh lelaki itu dengan cukup kasar, dia mendekatiku dengan langkah seperti pembunuh dan mencengkram daguku.

Sejujurnya wajahnya cukup karismatik jika ia menghilangkan wajah marah itu. " Berani sekali adiku pergi begitu saja tanpa mengindahkan perintah kakakmu ini! kamu sudah mulai berani kabur dan melawanku Rii, kamu akan menerima akibatnya!" Dia menghempaskan daguku dengan kasar dan berlalu pergi.

*****

Aku duduk berhadap-hadapan dengannya, rasanya sangat tidak nyaman walau Raka bisa dikatakan tampan khas mas-mas jawa entahlah yang jelas ketampanan Raka itu berjeni lokal, tapi dia terlihat sangat marah kepadaku dengan tatapan yang menakutkan aka merasa dikuliti hidup-hidup apalagi setelah aku mengetahui bagaimana kisah Raden Raka dengan adiknya Rinjani.

Ketika aku tertidur sebuah mimpi bak cerita Drama yang sangat apik tentang kisah hidup Rinjani menghampiriku. Kisah hidupnya cukup tragis karena dia adalah anak seorang selir yang memiliki kekurangan, bagiku yang berasal dari dunia moderen bukan masalah namun di sini malah menjadi masalah yang menjadi bahan hinaan untuk orang lain.

Ibunya Rinjani adalah seorang pelayan yang tuna wicara yang disukai ayahnya Raka awalnya itu adalah kebahagiaan besar bagi wanita yang bernama Padimi itu namun itu tidak bertahan lama dengan cepat ayahnya Raka bosan begitu saja dan tidak memandang padimi ataupun Rinjani sedikitpun, sehingga kehadiran Rinjani tidak dihargai.

Sebelum meninggal karena sakit dan tidak diurus, Padimi mempercayakan Rinjani kepada anak tirinya yaitu Raka ,namum apalah daya Raka hanya berpura-pura baik kepada Padimi agar Rinjani dipercayakan kepadanya, setelah itu Raka hanya menggunakan jani sebagai boneka yang ia perlukan untuk kepentingan Raka tanpa peduli hati atau apapun tentang gadis malang itu.

Kasihan sekali si Rinjani Itu sudah jatuh, tertimpa tangga, tenggelam, lalu mati.

Cinta Sang SenopatiWhere stories live. Discover now