Part 11

1.2K 103 0
                                    

*****

Ringkikan kuda berhasil menyadarkan Byakta yang terdiam membatu "Pemenang selalu bisa melakukan seenaknya Istriku"  Byakta berbalik pergi dan memacu kudanya dengan kecepatan sedang.

Jani POV

Yah aku tahu pria di zaman ini memang seperti memiliki kekuasaan lebih berkali-kali lipat dari pada perempuan, selama aku tinggal di kediaman Raka aku juga sering melihat dominasi pria sangat nyata tapi senopati Byakta adalah seorang yang memiliki kuasa namun aku melihatnya dengan cukup berbeda. Aku merasa sifatnya cukup baik untuk seseorang yang memiliki gelar tinggi dan kekuasaan.

"Nyai jangan melamun didalam air, nanti anda masuk angin" suara bibi Laksmi berhasil menyadarkanku, yang dengan bodohnya membatu di sungai dangkal. padahal para pasukan sudah selesai membuat camp.

Setelah aku keluar dari air, memang rasanya cukup dingin hingga membuatku hampir menggigil, namun aku tidak akan menunjukkan apapun didepan wanita paruh baya ini "berhenti memanggilku nyai Bibi! Aku sudah bukan nyai lagi, Nyai Rinjani sudah mati semenjak melarikan diri."

"Tapi saya tidak tahu akan memanggil anda apa" bibi Laksmi menatapku dengan kilatan mata yang tajam, mencoba memberi gertakan. yaa tapi aku ini bukan Rinjani jadi mana aku pedulikan.

Baiklah akan kucoba sedikit berakting menjadi bangsawan angkuh, kurasa dulu Rinjani pun sering melakukannya. Aku mendekati bibi dengan dagu yang terangkat dan mata yang ku usahakan seram "kalau begitu tutup saja mulutmu rapat-rapat bibi! orang yang sudah mengkhianatiku sebaiknya menutup mulutnya, kalau tidak aku akan menjahitnya!" Tatapan wanit paruh baya itu bertambah berkilat-kilat, duh sebenarnya sih sudah ketar-ketik tapi ya mau gimana sudah terlanjur.

"Sebaiknya kau jaga sopan santunmu terlebih dulu dihadapkanku, karena dengan begitu kau akan bisa hidup lebih baik sebagai tawanan Nyai!"  Dia pergi dengan dagu yang terangkat, seolah-olah dia adala ibu suri.

Wanita ini rupanya benar-benar ular, kurasa balas dendam untuk ibu Rinjani adalah kebohongan. wanita seperti ini yang sudah gila kekuasaan rasanya sudah tidak bisa diselamatkan, mana mungkin dia akan memikirkan balas dendam untuk adiknya yang sudah dia buang sedari awal.

Bibi Laksmi adalah wanita licik yang tahu cara untuk memanfaatkan dan melakukan sesuatu agar dia mendapatkan keuntungan dan mengamankan keselamatannya.

"Rinjani tendamu telah dipersiapkan, jika lelah silahkan beristirahat ditenda" ah aku lupa, bahwa saat ini aku sedang dibawa sebagai wanita rampasan yang tidak memiliki arti lain selain simbol kemenangan.

Bibi Laksmi dengan tiba-tiba sudah ada didepan Arangga, kukira tadi aku sudah membuatnya kesal dengan perkataan ku. "Bukankah memanggil nama seorang wanita yang sudah menjadi istri tuan anda apalagi dengan menyebut nama depannya saja termasuk lancang Raden?" Bukannya takut Arangga malah tersenyum miring dan menatapku, kurasa kedepannya aku harus waspada dengan pria satu ini.

"Istri? Pernikahan itu tidak kami anggap sah karena belum melalui persetujuan keluarga senopati, istana apalagi maharaja dan tentu saja tidak melalui upacara nenek moyang bangsa kami. Sebaiknya ketika kalian tiba di Ibu kota tutup mulut kalian tentang pernikahan. itu karena kami menganggap itu tidak pernah ada" Perkataan Arangga berhasil mengangkat batu besar yang ada di pundakku, pernikahan memang hal yang menjadi beban pikiranku, dengan Arangga menyatakan pernikahanku dan Senopati Byakta dianggap tidak sah setidaknya aku masih Jani yang memiliki kebebasan penuh atas diriku, ya walaupun tidak sebebas dulu.

Cinta Sang SenopatiWhere stories live. Discover now