Part 3

1.7K 117 0
                                    



Raka duduk berhadapan-hadapan dengan Rinjani tatapannya begitu penuh amarah, sementara Jani duduk berusaha untuk tenang menghadapi sikopat macam Raka jika saja Jani tidak mendapatkan mimpi bagaimana kilasan kehidupan Rinjani mungkin ia akan jatuh cinta terhadap paras Raka.

Mimpi Jani

Malam itu Rinjani berusaha lari dari kejaran prajurit setia Raden Raka, malam ini adalah malam pertama ia berlari setelah sekian lama Rinjani hanya berjalan dengan anggun bak putri bangsawan dengan rasa panik tertangkap tidak peduli paru-parunya aka meledak Rinjani mempercepat larinya. Menyadari kakaknya sekaligus orang yang ia cintai sampai-sampai ia akan memberikan apapun yang Raka minta termasuk hidupnya, Ternyata tidak pernah benar-benar ada kepedulian, perhatian, cinta serta kasih sayang yang Raka berikan kepada Rinjani dan ibunya hanya sekedar pura-puraan belaka untuk menjadikan Rinjani orang yang patuh dan taat pada Raka.

Rasa sesak memenuhi relung hati Rinjani ditambah prajurit yang berhasil melacak keberadaan gadis itu, Rinjani terus berlari tidak tentu arah berusaha untuk kabur tidak mempedulikan apapun yang menghalanginya bahkan melukainya.

Rinjani tiba diujung tebing yang sangat dalam, di ujung jurang Rinjani memutar ulang kehidupannya, ia menyadari bahwa semua yang ia miliki hanyalah kesemuan belaka yang dibuat oleh Raka. 2 hari lalu hati Rinjani sangat sakit begitu mendengar Rencana terakhir yang dibua Raka untuknya "aku akan menikahkan Rinjani dengan byakta untuk melakukan perluasan wilayah, mungkin wanita itu akan mati tapi itu tidak akan ada apa-apanya dibandingkan dengan kekuasaan yang akan kita dapatkan, biarkan ini menjadi pengorbanan terakhirnya demiku lagipula yang bisa dia lakukan hanya mengangkang di depanku" dibalik pintu, hatinya sangat sakit ketika mendengar apa yang dikatakan Raka apalagi Rinjani sedang hamil anak Raka.

"Kau seharusnya memperlakukan Wanita itu dengan baik kang, kau telah membunuh ibunya" perkataan Surya adik seibu dengan Raka  itu membuat sesak Rinjani bertambah parah dan akhirnya memutuskan untuk pergi dengan segera.

*****

Di ujung jurang yang belum diketahui dasarnya, Rinjani sadar bahwa lari dari seorang Raka adalah kesia-siaan belaka Raka adalah tipe orang yang selalu melakukan apapun agar ambisinya tercapai. Tangisan Rinjani pecah, apa yang bisa dilakukan seorang gadis dengan kehidupan yang seperti boneka dan kehilangan cinta apalagi ia mengandung anak dari kakaknya sendiri.

Rinjani merasa tidak akan ada dunia yang menerimanya, ia memegangi perutnya "anakku kehadiranmu adalah kesalahan terbesar yang pernah ibunda lalukan, kehidupan ini juga adalah kesalahan ibunda tidak akan pernah membiarkan mau menderita di dunia ini sendirian" pada akhirnya Rinjani putus asa dan merasa hancur karena mengetahu Raka yang telah membunuh ibunya juga memanfaatkan Rinjani saja gadis malang itu memilih bunuh diri melompati jurang yang belum pernah tersentuh manusia dengan putus asa.

*****

Jani tiba-tiba tertarik masuk kedalam ruangan yang keseluruhannya hitam, bukannya takut Jani terlihat sangat kesal ingin mengamuk "YANG BENER AJA SI ANJIRR, DARI KEMAREN IDUP GUE ANEH BANGET GUSTI"teriaknya kesal sambil mengacak-acak rambutnya.

Ruangan yang tadinya hitam tanpa cela, muncul cahaya didepan jani dengan seorang gadis berbaju kebaya dan kakek tua dengan tubuh kurus kering muncul bak jin botol membuat jani terpanjat kaget "Anjir..anjir apaan ini"

"Maafkan aku Jani, karena aku kamu terpaksa ada disini" ya Jani mengenalnya, dia adalah Rinjani dengan suara lirih tanpa mau menatap Jani.

"Aku benar-benar tidak mengerti, kenapa kalian menarikku kedunia ini? Apa kalian gak tau saya itu sukanya rebahan sambil baca buku dengaran musik! Ini apa-apaan kek tarik masuk dunia ini" Jani tidak mengerti kenapa dia yang harus dipilih untuk Time Travle karena sungguh itu tidak akan berpengaruh banyak.

Namun kakek tua kurus kering itu hanya tersenyum teduh namun bagi Jani senyum kakek tua itu creapy " dasar pembohong saya tahu kamu sering naik turun gunung,  suka rebahan apa?" Perkataan kakek tua itu membuat Jani merinding, dari mana dia tahu Jani suka muncak.

Seakan mengetahui isi pikiran Jani, kakek tua itu tersenyum "saya sering melihat kamu sendirian didepan tebing ketika sedang mendaki, kamu bisa membuat dirimu seakan kuat dan tidak tersentuh didepan orang lain tapi tidak dengan saya Anjani saya paham dengan kehampaan karena rasa sakit yang pernah kamu derita" Tanpa sadar setetes air mata jatuh, Jani dengan segera menghapusnya dan kembali memasang wajah datar.

"Berhentilah untuk pura-para memahami! Aku benar-benar membencinya" kakek tua itu hanya menatap Jani tanpa sepatah kata pun begitupun dengan Rinjani yang hanya diam mendengarkan.

" sifat seperti itulah yang membuatmu terjebak didalam kegelapan yang mengerikan nak, sifat seperti itu tidak akan akan pernah membuatmu merasa sungguh lebih baik, hanya membuatmu kehilangan sesungguhnya dirimu" didalam hati Jani membenarkan perkataan itu.

"Tetaplah berada di sini untuk beberapa waktu dan tolong bantu aku untuk menyelesaikan beberapa permasalahan yang terjadi" Kakek itu tersenyum dengan lebar karena ia sudah sampai ke permintaannya.

Jani yang mendengar itu seketika mengingat kemarahannya " Lah masalah saya didunia saya aja masih banyak kek, masa suruh nyelsain masalah orang lain. Pokonya saya mau pulang!"

Rinjani yang tadinya berdiri dibelakang kakek itu sedikit melangkah kedepan,dengan suara halus menahan tangis sambil menatap Jani "Anjani, kumohon tetaplah disini, tolong gantikan aku untuk beberapa waktu aku berjanji itu tidak akan lama, kematianku membuat banyak kekacauan aku ingin memperbaikinya, jika seandainya aku bisa kembali aku ingin bertahan dan meminta pengampunan atas dosaku...kumohon" Daripada iba Jani lebih merasa kesal dengan wanita itu, Jani memilih mengabaikannya.

"Bagaimana dengan kehidupanku di masa depan? Apa aku akan mati dimakan macan?" Kakek tua itu tersenyum

"Tidak kamu tidak akan mati dimakan macan, kamu hanya akan melewatkan beberapa waktu saja dan akan kembali dengan selamat" ya akhirnya Jani menyetujuinya, ia bertaruh akan dirinya akan kembali atau tidak sebenarnya Jani tidak terlalu peduli.

"Baiklah aku akan berada tinggal disini sementara waktu, ngomong-ngomong apa nama tempat ini?"

"Kerajaan panggalih, berada di wilayah Sunda, ya bisa dibilang berada di wilayah jajahan Sunda"

TUK TUK TUK

Kakek tua itu mengetuk-ngetuk tongkatnya " Kamu akan kembali kedunia mu, jika kamu sudah menyelsaikan hal yang kamu selesaikan disini Anjani, berhati-hatilah" Tiba-tiba tubuh Jani terhempas kuat seakan jiwa dan raganya akan terhempas keluar, untuk pertama kalinya Jani ingin sekai memarahi orang dengan rentetan kata yang runtut dan sistematis.

-
-
-
-
-

Cinta Sang SenopatiDove le storie prendono vita. Scoprilo ora