Part 14

1.1K 107 1
                                    

_
_
_
_
_

Jani memasuki gapura dengan burung Raja Wali yang berada ditengah-tengah penghubung antara kedua sisi tiang kediaman Byakta, di dinding-dinding pagar terdapat ukiran relief-relief yang indah dengan teknik pahatan yang belum Jani ketahui. Dinding relief itu mengisahkan tentang bagaimana keluarga ini bisa menjadi keluarga ternama nomor dua setelah keluarga kerajaan di Harkapura.

Kediaman yang lebih mirip camp militer bagi Jani, daripada memperlihatkan kejayaan keluarga dengan sesuatu yang menyilaukan mata seperi orang-orang kaya ataupun bangsawan pada umumnya. Keluarga ini memilih bersembunyi dengan menggabungkan Kediaman mereka dengan kamp militer terkuat milik Harkapura yang tentu saja sangat membahayakan keluarga itu sendiri, tapi sepertinya keluarga ini sangat yakin dengan kekuatan yang mereka miliki hingga memilih seperti ini.

Ternyata Jarak antara gerbang Rajawali dan camp militer cukup jauh dengan masih ada hutan di dalamnya, benar-benar mencengangkan. Apalagi ketika para calon tentara yang sedang berlatih melakukan kamuflase menunjukkan diri dengan berbaris sepanjang jalan sambil melakukan salam khas militer pada era ini yang dilewati Byakta dan para pasukan yang dibawanya begitu saja seolah-olah hal seprti ini sangat biasa mereka terima.

Jani dibuat takjub sekaligus ngeri dengan apa yang dimiliki Byakta di zaman ini 'seperti penguasa dunia alam bawah' pikir gadis itu.

Jani mulai memasuki kawasan camp militer, banyak sekali pria yang sedang berlatih dengan tubuh bagian atas yang tidak mengenakan apapun denga kain lebar yang melilit dari pinggang hingga atas lutut mereka belum lagi otot-otot sempurna nan keras yang para pria itu miliki rasanya Jani sangat malu menyaksikan semua hal ini.

Byakta sadar dengan pipi Jani yang bersemu merah dengan pandangan yang ditundukkan, Byakta berisik kepada Jani. "Kenapa kau bisa memerah melihat tubuh pria yang belum sempurna Jani? Kurasa itu karena kau belum melihat tubuhku saja, baiklah nanti akan kutunjukkan padamu." Jani semakin memerah ditambah matanya yang melotot mendengar keputusan Byakta yang bersedia menunjukkan tubuhnya.

Jani berbisik "Tidak perlu senopati, anda terlalu berharga untuk saya." Byakta terkekeh pelan sambil mengusap kepala Jani sekilas, sesuatu yang tidak pernah dilakukannya kepada wanita selain adiknya.

Mereka sampai dilapangan tempat para prajurit bisa melatih tubuhnya, begitu banyak prajurit dengan otot sempurna ataupun melatih gerakan-gerakan mereka dengan senjata agar lihai membabat habis musuh.

Tidak seperti saat berada didalam gerbang, prajurit disini tidak mengindahkan kedatangan Senopati Byakta dan pasukannya, semuanya sangat fokus dengan kegiatan masing-masing tanpa terkecuali.

Jani melirik para prajurit Byakta yang nampak cuek saja dengan kehadiran atasan mereka. "Mereka tidak menyambutmu Senopati, apakah kita yang harus memberi salam terlebih dahulu?" Tanya Jani yang diberi delikan tajam oleh Arangga.

Byakta kembali menatap lurus melihat para prajurit yang berlatih. "Disini peraturannya berbeda Anjani."Gendang ditaburkan dengan kuat, seketika para prajurit yang tadinya memiliki kesibukan masing-masing mulai berbaris dengan sangat rapih. "Junta bawa wanitaku masuk kedalam kediaman!" Titah Senopati Byakta tegas.

Junta seketika melangkahkan kakinya disamping Jani dengan jarak selangkah dibelakang gadis itu. "Baik senopati, mari Raden Ayu Anjani." Jani mengikuti langkah Junta begitu saja, walaupun ia tidak mengerti dan masih memikirkan kenapa Junta memanggilnya seperti itu.

Tidak seperti di Istana, yang mana mata Jani mengamati sekelilingnya dengan sangat teliti dan serius di wilayahnya Senopati Byakta ini Jani merasakan hawa yang menekannya hingga gadis itu hanya diam dengan pandangan yang lurus tanpa mempedulikan sekitarnya.

Cinta Sang SenopatiUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum