Part 9

1.2K 113 0
                                    


Jani POV

Segala rangkaian adat pernikahan yang dilakukan seperti rangkaian adat sunda yang Jani kenal di masa depan telah dilaksanakan dengan khidmat hingga siang menjelang sore ini. Setelah mencoba melarikan diri semalam, Bibi Laksmi ternyata telah mengerahkan beberapa orang untuk mencariku ke segala penjuru kediaman untung saja malam itu aku berhasil lepas dengan mudah karena banyak kesibukan yang perlu diurus.

"Statusmu sekarang adalah sebagai istri dari seorang senopati dari negeri sebrang, jagalah selalu nama baik panggaluh beserta isinya, bertingkah laku lah selayaknya seorang putri walau kau lahir dari status Rendahan. kau tidak punya ibu untuk menasihatimu maka aku sebagai bibimu memiliki kewajiban ini Nyai" Bibi Laksmi, walaupun dia terlihat dingin karena suatu alasan aku bisa melihat dia menyayangi Rinjani sebagai keponakannya.

"Kau berkata demikian seakan kau akan melepasku pergi bibi, bukankah engkau akan ikut denganku ke Harkapura?" Bibi Laksmi hanya diam.

"Oh iya, bagaimana bisa aku mendapatkan gelar Nyai? Bukankah itu gelar yang cukup terhormat?" Wanita paruh baya itu menghentikan siarannya dan menatapku dengan kening berkerut lewat pantulan cermin.

"Nyai lupa? Nyai pernah menyelamatkan nyawa putranya Raden Raka ketika ia berusaha dihabisi oleh ibundanya putri Sumiati, Nyai hampir kehilangan nyawa ketika itu. Raden Raka menganggap Gelar nyai pantas untuk anda karena telah berhasil menyelamatkan pewarisnya" Ah jadi begitu Rupanya, hm Rinjani tidak menjelaskan tentang putranya Raden Raka padaku.

"Seberanya Raden Jaka sangat dekat dengan anda, tadi aku melihat tatapan Raden Jaka ketika Nyai sedang disandingkan dengan Senopati seperti akan menangis dia. Sudah selesai Nyai mari kita melakukan pesta terakhir kita di tanah panggaluh ini" Ya tidak buruk lah riasannya, syukurlah bibi Laksmi mengerti dengan perubahan seleraku.

*****

Byakta mengganti pakaiannya dibantu dengan beberapa Pelayan dari kediaman sang tuan rumah. Di sampingnya Arangga yang terus menatap Byakta dengan resah, seolah-olah tidak merelakan sahabat sekaligus junjungannya ini menikah dengan Wanita seperti Nyai Rinjani walaupun hanya sementara.

Byakta hanya menghela nafas jengah dengan tingkah Arangga, sudah bosan dia menegur dan memarahi sifat Arangga yang demikian membuat hati Byakta kesal, karena tidak mampu menahan ekspresi seperti dirinya.

"Pergi, aku bisa menyelesaikannya" Para pelayan wanita itu keluar dengan hembusan nafas lega, didalam kamar Byakta mereka merasa tercekik dengan hawa yang menakutkan.

"Berhentilah bersikap demikian Arangga, tatapanmu pada nyai Rinjani dan padaku tadi sangat mengganggu! Aku yakin wanita itu dapat merasakannya."

Arangga hanya mampu menghela nafas "jangan bersikap seolah-olah tidak akan terjadi apa-apa Senopati, ketika kau kembali ke Harkapura aku akan menghilang! sudah terbayang di benakku ini bagaimana reaksi keluargamu ketika kau secara tiba-tiba membawa seorang istri dan jangan lupakan putri cempaka yang akan menangis. habislah kau Byakta"

"Berhenti berbicara yang tidak perlu Arangga! Bersikaplah selayaknya ajudan senopati bukan Sahabat kita disini untuk Harkapura bukan hanya untuk keluargaku ataupun Cempaka!" Byakta udah dibuat kesal setengah mati, kali ini Byakta benar-benar ingin menggantung leher Arangga.

"Maaf kan aku Senopati aku melewati batasan sebagai seorang abdi yang sedang menjalankan tugas kenegaraan" Byakta menghela nafas dan memerintahkan Arangga keluar.

"Siapkan kepulangan kita dengan baik seusai pesta nanti malam Arangga" Arangga mengatupkan tangannya dan pergi dengan segera, ketika ia membuka pintu ia cukup terkejut melihat Jani berdiri disana dan Jani pun merasa demikian melihat wajah Arangga.

Cinta Sang SenopatiDonde viven las historias. Descúbrelo ahora