Part 26

1.1K 83 2
                                    





Jani memilih berjalan-jalan mengitari kediaman Rajawali bersama dengan dua orang dayang setianya, Sebenaranya Jani merasa cukup jenuh belakangan ini. "Sejak pernikahanku dengan Senopati Byakta, aku belum keluar kediaman lagi Bibi."

Bibi Laksmi menggelengkan kepalanya. "Saya tidak yakin Senopati akan mengizinkanmu keluar dari kediaman Raden Ayu." Berbarengan dengan perkataan Bibi Laksmi, langkah mereka juga sampai di depan camp latihan pasukan Rajawali.

Dengan langkah lebar Jani masuk kedalam gapura yang berhiaskan burung Rajawali ini. "Raden Ayu, anda tidak boleh masuk seenaknya. Banyak prajurit Raden Ayu." Cegah bibi Laksmi.

Jani memandang wajah bibinya. "Tapi aku istrinya bibi, dan tempat ini bisa dibilang milik suamiku." Bibi Laksmi menggelengkan kepalanya. "Memang demikian Raden Ayu, namun karena itu pula anda tidak boleh sembarangan memperlihatkan wajah secara sembarangan apalagi pada sekelompok pria, Raden Ayu."

Jani seketika meminta kipas tangan yang di pegang Mayang, membuka kipas itu untuk menutupi wajahnya. "Apakah seperti ini bisa?" Belum sempat Bibi Laksmi memberikan komentar, Jani sudah masuk ke gerbang membuat Anita paruh baya itu hanya bisa menghela nafas dan mengikuti kemanapun keponakannya pergi.

Dari pintu gerbang, Jani dapat melihat Senopati sedang memperhatikan prajuritnya beradu pedang dengan sesekali memberikan komentar atas gerakan-gerakan yang prajuritnya lakukan. Mata mereka bertemu, seketika Byakta turun dari undakan tangga dan melangkah mendekati Jani.

"Anjani? Kau sudah selsai makan siang?" Jani menganggukan kepalanya. "Apakah kau merindukan kangmas, sehingga datang ke camp pelatihan?" Jani dengan panik menggelengkan kepala, membuat senyum Byakta menjadi kaku.

"Sehabis makan siang dengan permaisuri aku memutuskan untuk jalan-jalan Seno...Kangmas, aku tidak sadar mendekati camp pelatihan, jadi aku memutuskan mengunjungi kangmas. Apakah kangmas sudah makan?" Tanya Jani dengan suara pelan.

Byakta menggelengkan kepalanya. "Belum, Kangmas akan makan bersama prajurit sebentar lagi Anjani. Apakah kau mau menemani Kangmas?" Anjani menganggukan kepalanya semangat mendengar tawaran itu.

"Wah senang sekali makan ditemani istri." Byakta menuntun Anjani dengan hati-hati berjalan menuju tangga, tempat Byakta bisa dengan leluasa melihat para prajurit yang sedang berlatih dengan leluasa.

Untuk sesaat wajah Arangga dan Jani bertemu, membuat mereka dengan sekilas menganggukan kepala masing-masing." Selamat datang Raden Ayu." Sapa Arangga yang dibalas anggukan juga senyum Jani, walau terhalang kipasnya.

"Kenapa memakai Kipas di wajahmu Anjani?" Byakta menanyai Jani sembari memberi titah dengan isyarat tangan untuk menghentikan latihan. "Siapkan makanannya Arangga." Titahnya pada Arangga.

"Bibi Laksmi bilang karena aku telah menjadi istri kangmas, aku tidak boleh menujukan wajahku sembarangan kangmas." Byakta menggelengkan kepalanya. "Ah memang ada peraturan demikian, namun di tempat ini tak apa Anjani. Para Prajurit kangmas mana ada yang berani menatapmu sembarangan, Kangmas bisa mencolok mata mereka jika ada yang berani." Seketika para Prajurit menunduk semakin dalam, tanpa ada yang berani memberikan lirikan.

Makanan mulai dibagikan untuk para prajurit yang usai berlatih, rasa syukur juga terimakasih terucap dengan keras di hati para prajurit itu. Kehadiran Raden Ayu membuat mereka bisa beristirahat lebih cepat dari pada hari-hari biasanya ketika Senopati Byakta sedang melatih mereka, biasanya dalam latihan para prajurit akan dipaksa bertahan sampai titik terakhir mereka tanpa pengecualian.

Makanan yang dibawakan dayang sudah disajikan di meja Senopati Byakta, Senopati menuntun istrinya untuk duduk disamping pria itu. "Kemarilah temani aku makan Anjaniku." Anjani tidak berkomentar apapun, memilih mengikuti langkah sang Senopati untuk duduk.

Cinta Sang SenopatiWhere stories live. Discover now