11. meskipun sakit, tapi aku bisa apa?

226 14 3
                                    

•••

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

•••

Pagi sekali, Damian sudah bersiap dengan seragam sekolahnya. Dengan senyuman yang tak hilang sedikitpun dari bibirnya, Damian merasa bahwa hari ini adalah hari keberuntungannya. Ralat—mungkin saja kemarin adalah hari keberuntungannya sekaligus hari yang membuatnya merasa begitu menjadi manusia paling bahagia. Setelah menerima jawaban yang menyenangkan dari Lili, hatinya tak segan-segan berdetak kala terus mengingat kalimat tersebut.

Ini benar-benar cinta pertama yang tidak akan pernah Damian lupakan. Lili adalah perempuan satu-satunya yang Damian sukai, dari dulu maupun sekarang. Meskipun hanya sebatas pertemanan namun rasa sukanya terhadap Lili tidak bisa dilupakan. Dan walau sempat menghilang hingga menjadi asing untuk beberapa waktu, hatinya tidak bisa menolak dan melupakan bagaimana ia menyukainya.

Tanpa mau berlama-lama lagi, Damian mengambil kunci motor dan kemudian keluar dari kamarnya. Jadwalnya pagi ini adalah untuk menjemput Lili dan mereka akan pergi bersama menuju sekolah.

Tapi,

Senyum yang mengembang itu seketika redup saat melihat seseorang yang tengah duduk di ruang tamu. Siapa lagi jika bukan Jassmin. Untuk sementara waktu Damian terdiam cukup lama dengan pasokan udara yang menipis. Kemudian menundukkan kepala dan mengambil napas sedalam-dalamnya, hatinya merasa tidak karuan. Dan mungkin saja ini bukan hari keberuntungannya, tetapi hari sialnya harus bertemu lagi dengan perempuan gila yang selalu mempermainkannya.

"Damian, kemari!" Suara itu menggema cukup lantang dan penuh penekanan sehingga membuat bulu kuduknya terasa begitu merinding. Dengan tatapan yang selalu tajam, aura yang dipancarkan Papanya selalu saja sama. Penuh intimidasi, walaupun tidak melakukan kesalahan sama sekali.

Damian melangkah ke arah ruang tamu, raut wajahnya yang berseri-seri sudah hilang tergantikan dengan raut wajah yang datar.

"Kalian berdua pergi bersama," ucap Papanya.

Damian langsung menatap Papanya, "Gak bisa! Aku udah ada janji," balasnya dengan memberanikan diri.

Papanya tersenyum tipis namun membuat Damian takut. "Janji dengan perempuan itu? Sudah berapa kali saya katakan untuk tidak bermain-main dengan perempuan sialan seperti dia, Damian!"

"Pa—"

"Mau melanggar? Baik, silahkan pergi dan kamu akan tahu akibatnya nanti!" Papanya mendekat ke arahnya, kemudian dengan tajam ia berbisik. "Saya tidak akan segan-segan untuk membunuhnya sekarang,"

Kalimat yang ingin dikeluarkan rasanya tercekat di tenggorokan, tanpa berani lagi untuk menjawab Damian sesegera mungkin menghindari tatapan Papanya kemudian melangkah menuju Jassmin dan menyeretnya keluar dengan langkah cepat.

•••

Damian menghempaskan begitu saja pergelangan tangan Jassmin yang sempat ia genggam. Dengan mata yang mulai menusuk tajam menatap lawan bicaranya, Damian dengan penuh rasa kekesalan membentak Jassmin.

DAMILITahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon