6. dia bencana

2K 206 108
                                    

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

TING

TONG

Meera yang tengah menata masakannya di meja makan pun terhenti. Kepalanya menoleh ke samping yang langsung tertuju kepada anak keduanya yang tak lain adalah Ravel. "Tolong bukain pintu nya, Dek." Perintahnya pada sang anak.

Ravel pun menurut. Dengan langkah cepat Ravel berjalan menuju arah pintu. Ketika pintu itu sudah dibuka, wajah Ravel langsung terdiam mencoba untuk mengingat si sosok yang menurutnya tidak asing lagi.

"Kamu kan yang waktu itu ke sini?" tanyanya dengan sorot mata menyelidik.

"Kamu nanya?"

Ravel berdecak sebal mendengar respons dari lelaki itu. Mengerlingkan matanya dengan sinis kepada lelaki dihadapannya. "Alay!" ujar Ravel cepat.

Lelaki itu alias Damian terkekeh lucu melihat tingkah dari adiknya Lili. "Biar aku kasih tahu ya? Aku ini calon kakak ipar kamu," jawabnya asal-asalan.

Ravel tertawa mendengarnya. "Mana mau Kak Lili sama modelan alay kayak kamu!" Damian langsung berdehem pelan, sedikit malu mendengar perkataan dari Ravel. Niat hanya ingin bercanda tapi balasannya malah ia sendiri yang dibuat malu. Untung saja tidak ada Lili maupun orang tuanya, yang ada nanti Damian akan bertambah malu.

"Alay gini juga bisa bikin anak orang ketar-ketir. Btw, mana Kakak kamu?"

"Mau ngapain cari Kak Lili?"

"Berangkat sekolah bareng lah."

"Kak Lili lagi siap-siap. Sebagai anak yang baik, aku kasih ijin kamu masuk ke dalam rumah. Tapi ingat, jangan macam-macam kayak waktu itu sampai bikin Kak Lili nangis."

Damian mengangguk setuju. Well, untuk kejadian waktu itu di mana ia datang tiba-tiba ke rumah ini memang disaksikan oleh Ravel. Mungkin saja Ravel merasa bahwa ia membawa pengaruh buruk sehingga Lili menangis. Padahal aslinya, Lili menangis bukan karena sesuatu yang negatif, tapi karena sebuah perilaku Damian yang pertama kali berjumpa lagi dengan Lili.

"Aku minta ya, jangan pernah sakitin Kakak aku. Sampai aku tahu, kamu orang yang pertama aku hajar!"

Damian tersenyum miring. "Anak kecil udah sadis ya."

"Iyalah aku kan anaknya ketua geng!" ucap Ravel tegas.

Damian terkekeh geli mendengarnya. Kemudian lelaki mengusap-usap rambut Ravel dengan gemas, sampai anak itu berdecak sebal. "Maaf, habisnya kamu gemesin."

"Rambut aku jadi acak-acakan!" sentak Ravel dengan wajah juteknya.

"Kalau anaknya ketua geng pasti jago beladiri dong?" Yang tadinya raut wajah Ravel terlihat kesal sekarang berubah menjadi datar kala Damian mempertanyakan hal tersebut.

"Bisa dong!" ucap Ravel dengan sombong. Damian tersenyum tipis, "Oke. Hari Minggu nanti kita duel, setuju gak?"

"Duel apa?" Damian dan Ravel langsung menoleh cepat ke arah Meera yang menatap keduanya. Meera merasa bingung melihat sosok lelaki yang belum pernah ditemui selain teman lelaki Lili yang memang kenal. "Kamu siapa?" tanyanya kembali, kemudian wanita tua itu menghampiri keduanya.

DAMILIWhere stories live. Discover now