4. you're the only one that's precious

3.5K 302 59
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Kayaknya sadar diri dan sadar posisi itu yang harus Lili pertahankan untuk sekarang. Jangan sampai sesuatu yang sudah membaik kembali rusak akibat persoalan hati. Entah apa yang Lili rasakan ketika pertama kali berjumpa lagi dengan Damian versi remajanya. Seketika saja hatinya merasa senang bahwa Mian-nya kembali. Tetapi, semenjak dikabarkan Damian sangat dekat dengan Jassmin murid baru kelas 11 IPA 3, rasa cemburu itu tiba-tiba saja muncul.

Lili hanya takut. Takut untuk kehilangan Damian lagi. Sudah cukup selama belasan tahun berpisah, tapi tidak untuk sekarang. Lili ingin pertemanannya dengan Damian baik-baik saja begitupun dengan teman yang lainnya.

Lili tidak mau muncul satu masalah yang mengakibatkan pertemanannya dengan Damian hancur.

Kini, kedua remaja itu tengah berada di sebuah taman. Pulang sekolah tadi, Damian dengan terburu-buru mengajak Lili pergi. Sampai teman yang lainpun terheran-heran melihat Damian seperti itu.

"Soal yang dikelas tadi jangan di dengerin." Lili melirik Damian sekilas, kemudian kembali pada posisi semula menatap hamparan taman yang penuh pepohonan dan juga terdapat sebuah danau kecil.

"Kenapa gak boleh? Kuping aku berhak untuk mendengar dong."

"Ya. Cuma kan takutnya kamu salah paham."

"Salah paham gimana?"

Damian menggenggam dan menautkan jari-jemarinya pada tangan Lili. Meremas sedikit tangan perempuan itu. Kini Damian tengah dilanda bingung.

Berdehem kecil untuk menetralkan suasana hatinya. "Tentang Jassmin dia bukan siapa-siapanya aku."

"Mau dia siapanya kamu juga bukan urusan aku," ucap Lili dengan tegas. "Kita cuma temenan doang."

"Li, jangan gitu."

"Kayak gitu gimana?" tanyanya sembari menaikkan satu alisnya. Damian menghela napas pelan, ucapan Lili tadi cukup tersinggung.

Damian memegang kedua pundak Lili, menatap manik cokelat itu dengan teduh. Lili sampai memalingkan kepalanya ke samping karena saking gugup ditatap lama oleh Damian. "Aku tuh bukan cuma anggap kamu temen doang, tapi udah kayak saudara. Dulu, waktu awal masuk TK ketemu kamu kayak gak mau deket-deket karena takut diledek, tapi, semenjak kenal kamu aku tahu rasanya bahagia itu gimana."

"Li, jujur dulu aku gak mau pisah sama kamu. Ninggalin temen yang lain juga gak mau. Karena tuntutan, aku harus nurut. Hidup aku kayak robot, cuma dimainin sama yang punyanya. Coba bayangin, anak seumur lima tahun udah dituntut keras sama orang tuanya? Gak ada yang ngertiin perasaan aku selain kamu, Li."

"Dengan semua ini, gak semudah itu aku berpaling sama kamu. Jassmin anak temen Papa ku, umur dia beda satu tahun dari aku. Adanya dia gak membuat aku lupa sama kamu. You're the only one that's precious."

Damian tersenyum hangat, "Jadi, inget terus kata-kata itu. You're the only one that's precious, gak ada yang lain.

•••

DAMILITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang