T I G A P U L U H D E L A P A N

4.3K 223 7
                                    

halooowww cilooo, kalian kangen aku engga si?

jujur ya, nulis Daren itu perlu banget mood yang bagus, sedangkan akhir" ini mood ku lagi jelek banget:(

sksksk

semoga kalian sukakkkk

bantuin aku revisi ya kalau ada typo 🐟🐠

Terik sinar matahari mulai menyengat, terasa hangat meski terhalang kaca tebal. Cuaca sedang bagus, tidak ada awan hitam, tidak ada angin dingin, satu-satunya hal yang buruk adalah polusi di ibu kota yang agaknya masih menjadi pr pemerintah, dan entah akan dikerjakan atau tidak. 

Dibalik cuaca yang tengah cerah itu, ada resah yang dirasa, luar bisa menyesakkan hati pria berusia 22 tahun itu. Kakinya tidak bisa diam sedari tadi, terus bergerak kesana dan kemari. Rambut yang beberapa menit lalu terlihat sedikit rapi, kini mulai acak-acakan. Kemeja yang melekat di tubuhnya seperti menampilkan isi pikiran Daren saat ini, penuh lipatan, kusut. Seolah tak puas membuat dirinya berantakan, Daren kembali mengacak surai coklatnya yang mulai memanjang hingga menutupi mata. 

Mendesah kesal, mengumpat, meneriaki benda mati, membanting benda-benda kecil seperti buku di atas meja belajarnya, semua sudah ia lakukan. Napasnya memburu, kilatan merah kian tajam seiring monitor yang menggelap, tidak bisa diakses, tidak bisa dibuka. 

Kini ia tengah berbincang melalui telepon dengan salah satu bawahan Skala yang ahli dalam bidang IT. 

"Kenapa gue nggak bisa akses CCTV kamar Gea lagi?" 

"Kemungkinan CCTV-nya mati. Mungkin mengalami kerusakan. Soalnya tadi saya coba retas tetap tidak bisa. Saya coba di CCTV ruangan lain bisa."

"Terus gimana caranya gue bisa pastiin cewek gue baik-baik aja? Dia seharian ada di kamar. CCTV ruangan lain nggak guna, gue butuh yang di kamarnya."

"Tidak ada cara lain. Kecuali kalau mengirim teknisi ke sana untuk membetulkan CCTV."

"Dan biarin teknisi sialan itu masuk ke kamar cewek gue?"

"Ada teknisi perempuan."

"Nggak. Gue bakal kesana sendiri. Gue nggak tenang."

"Tuan, Anda ada kuis 1 jam lagi. Bapak mengingatkan agar Anda tidak berbuat hal nekat yang akan berdampak pada kuliah Anda."

"Peduli setan."

Daren menghembuskan napas kasar. Ia memukul pelan dadanya, berharap rasa tak nyaman itu segera sirna meski yang ia dapati hanya perasaan sesak yang kian menggerogotinya, tidak nyaman, Daren tidak suka. 

Ia hendak menghubungi seseorang, menghubungi bawahannya yang ia tugaskan untuk menjaga Gaia secara diam-diam. Sambungan pertama gagal, tidak diangkat, sambungan kedua juga begitu. 

"Sialan! Kenapa semuanya pada ngeselin banget sih anjing!" 

Sudah menjadi suatu kebiasaan dari Daren, ketika ia kesal hal apapun yang dilihatnya akan hancur, dan itu berlaku pula pada ponselnya yang kini tergeletak mengenaskan di lantai, entah untuk kesekian kali, kembali retak, untungnya layar itu masih mau menyala.  

Daren masih terengah, ia membungkuk untuk mengambil kembali ponselnya. Ia cepat-cepat menghubungi Geo. 

Semuanya seolah sepakat membuat Daren naik pitam. Geo memang menyebalkan, tapi pria tua itu tidak pernah sekalipun mengabaikan panggilan dari Daren, dan hari ini pria tua itu mengabaikan panggilannya.

Darenio [ON GOING]Where stories live. Discover now