L I M A

11.6K 401 9
                                    

VOTE DULU SEBELUM BACA
BANTU REVISI TYPO YA
HAPPY READING

"Orang buta juga tau kalau kamu tersiksa."
🦋

[L I M A]

Bangunan bercat gelap yang seperti rumah hantu megah di film-film itu kini terasa tampak hidup. Bukan hanya terdengar suara anjing yang menggonggong galak, kini terdengar candaan di dalamnya.

Daren mempunyai teman. Bukan hasil dari Skala yang menentukan ia harus berteman dengan siapa. Kini semenjak ia memasuki sekolah menengah atas, Daren dibebaskan untuk melakukan apapun. Tak tanggung-tanggung, Daren yang sudah diberi kebebasan langsung memilih untuk membeli rumah dan tinggal sendirian di sana bersama anjingnya. 

Setelah pulang sekolah, Daren dan juga teman-temannya langsung menuju rumah pria itu. Berkumpul seperti biasa.

"Kalian liat Susanto nggak?" tanya pria berambut ikal dengan keringat yang sudah bercucuran. Ia terlihat panik.

"Susanto siapa lagi?" Kali ini Diego yang menyahut, pria keturunan Spanyol berdarah Jawa.

Pria berambut ikal yang bernama Gerry mengacak rambut frustasi. "Ikan gue."

Gerry terus bergerak panik, ia mencari Susanto yang katanya ikan tadi. Mencari di kolong-kolong, di bawah meja, di setiap sudut rumah Daren.

"Goblok!" kesal Reano, teman Daren yang bermulut pedas. Ia sempat mengangkat kaki ketika Gerry mencari ikannya di bawah kursi tempatnya duduk.

Daren yang baru saja datang dari dapur sembari membawa kaleng bir menyerit heran atas tingkah Gerry yang tengah memanjat kursi demi memastikan Susanto ada di atas almari atau tidak.

"Ngapain anjing lo manjat-manjat?"

Gerry yang melihat sang pemilik rumah langsung turun dari kursi tanpa aba-aba. Berlari mendekati Daren.

"Lo lihat Susanto nggak, Ren? Kemarin masih ada di aquarium. Sekarang ilang."

Daren tertawa kecil. Ia menunjuk anjingnya yang tengah makan dengan tenang. Gerry menatap horor.

"Itu Susanto?"

"Iya, ikan jelek yang ada di aquarium kan?"

"HUEE DAREN ANJING! SUSANTO GUE."

Gerry langsung berlari menghampiri anjing milik Daren yang tengah dirantai. Sebenarnya ia tak benar-benar mendekati anjing milik Daren, hanya berjarak sekitar 2 meter. Anjing milik Daren sangat galak, tatapan anjing itu selalu lapar dan siap mengigit siapa saja yang mengganggu. Jadi mau tak mau Gerry hanya bisa meratapi nasibnya tanpa bisa membalas kematian Susanto.

"Menurut kalian gue pengertian nggak sih?" tanya Daren tiba-tiba tanpa mengindahkan suara Gerry yang tengah menangis.

Reano dan Diego yang tadinya tengah menegak kaleng bir langsung tersedak. Tak menyangka pertanyaan seperti itu keluar dari bibir seorang Daren.

"Kenapa tanya gitu?"

"Gue ngerasa Gea takut mulu tiap bareng gue. Padahal gue pengertian kan?"

Diego sebenarnya ingin mengumpat dan meneriaki pria itu dengan sumpah serapah agar Daren sadar bagaimana sifatnya itu. Tapi ia hanya bisa berteriak dalam hati. Masih sayang nyawa.

"Lo pemarah," ujar Reano santai. Mencari mati, atau lebih tepatnya tak takut mati.

Daren diam. Ia menggeleng, "Gue nggak ngerasa gitu."

Mengedikan bahu tak acuh, Reano memasukkan kripik kentang yang tak pernah absen di toples rumah Daren.

"Lo juga kasar, galak, kalo ngomong pedes," ujarnya lagi yang mengundang tawa dari Diego. Padahal Reano juga bermulut pedas! Benar-benar si Reano, tidak takut mati.

Darenio [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang