D U A P U L U H E N A M 🖤

7.4K 239 14
                                    

Langit menghitam lantaran tertutup awan, sudah dapat dipastikan sebentar lagi akan hujan. Hari sudah menunjukkan pukul 5 sore, dan agaknya tidak ada tanda-tanda dari Daren untuk segera keluar dari perpustakaan kampusnya.

Lelaki dengan hoodie hitam polos itu masih saja berkutat dengan buku yang sedang dipinjam, sesekali ia menuliskan sesuatu di iPad. Daren sudah selesai kelas sejak dua jam yang lalu. Dan waktu selama dua jam itu ia gunakan untuk membaca di perpustakaan.

"Daren," panggil seorang gadis tinggi yang tadi pagi sempat datang di basement apartemennya.

Gadis tinggi itu tiada lain adalah Leana. Gadis berparas bule yang saat ini menjadi mahasiswa kedokteran.

Mendengar namanya disebut, mau tidak mau Daren harus mengangkat kepala. Mengalihkan atensi kepada Leana. Lewat mata, pria itu ingin mengucapkan, lo ganggu.

"Jadi gimana?"

Tanpa menjawab, Daren mengangkat sebelah alisnya. Apanya yang gimana?

Seharusnya Leana marah karena Daren tak sudi untuk sekedar membuka mulut untuk menjawabnya. Tapi gadis itu malah tertawa kecil lalu tanpa permisi duduk di depan Daren. Posisi mereka sekarang saling berhadapan, hanya terpisahkan meja panjang berwarna coklat gelap dengan buku-buku tepat di atasnya.

"Lo masih nggak mau jadi pacar gue?"

Iya.

Leana tertawa lagi seolah penolakan yang tersirat dari raut wajah Daren cocok untuk dijadikan bahan lelucon. Sedangkan orang yang ditertawai itu hanya memasang ekspresi malas dipadukan alis yang menukik tanda bahwa ia tak suka kehadiran Leana.

Daren bukan orang yang mudah bergaul, ia sukar bersosialisasi dan malas berinteraksi. Ia tak punya banyak teman dan semua orang juga agaknya enggan berteman dengan seorang Daren yang tempramental dan egois itu, terlebih ketika kasus pembunuhan yang dilakukan Daren disebar luaskan media. Sudah jelas lagi tiada yang ingin mendekati seorang mantan narapidana.

"Kenapa sih?" tanya Leana setelah selesai tertawa. Ia memandang serius pria di depannya. "Gue sebentar lagi lulus kuliah kedokteran. Wajah gue juga cantik, nggak malu-maluin kalo diajak jalan. Otak gue juga pinter, dulu di SMA peringkat gue masih 5 besar pararel. Keluarga gue juga dari keluarga yang terpandang," lanjutnya.

Daren masih bergeming. Ia masih saja berucap lewat mimik wajah. Seolah ingin berkata, Nggak tanya.

Leana menghela napas berat. "Gue kurang apa sih? Tell me, hal apa yang bikin lo nolak jadi pacar gue?"

"Lo tau gue punya Gea?" tanya Daren.

Leana mengangguk. Ia juga tau kalau Daren masih menyandang status sebagai kekasih Gaia. Tapi itu tidak membuat keinginan untuk menjadi pacar Daren pupus. Masih pacar, belum jadi istri.

"Tau."

"Terus lo masih berharap gue mau terima tawaran lo itu?" Daren menipiskan bibir, ditatapnya Leana dengan mata tajamnya. "Lo pikir gue cowok apaan?"

Leana hendak menjawab tapi tanpa pikir panjang Daren langsung memotongnya.

"Mau tau kenapa gue nolak lo?"

Leana merasa aura yang dikeluarkan Daren benar-benar berbeda. Dan Leana tak suka itu.

"Karena lo murahan!" desis Daren tanpa pikir panjang.

Kali ini Leana tidak tertawa. Wajah gadis itu jelas langsung menahan merah. Leana hendak protes tapi langsung dipotong oleh Daren.

"Karena di mata gue lo menjijikkan."

Darenio [ON GOING]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz